Beberapa minggu yang lalu langkah kakiku membawa saya ke sebuah pantai yang cantik dan ciamik. Sekarang ini pantai ini seperti perawan desa yang kembali dilirik para bujang kota metropolitan. Kecantikan dan Keindahan pantai ini tak jauh seperti gadis desa yang kulitnya masih alami dan tidak pernah tersentuh dengan berbagai alat-alat kosmetik.
Sejak bulan Juni tahun lalu pemerintah Kabupaten Nias mulai membenahi lingkungan sekitar pantai ini. Permukaan pantai yang dulu tidak rata kembali diratakan dengan alat berat, beberapa fasilitas penunjang seperti pondok dan kamar mandi tersedia disekitar pantai dan beberapa titik terdapat tempat sampah. Sepintas saat masuk ke dalam lingkungan pantai, pengunjung melihat hamparan pasir yang sangat luas.
Pantai yang ciamik dan enak dipandang mata ini, masyarakat setempat menamai sebagai Pantai Bozihona. Kata "Bozihona" diambil dari nama desa dimana pantai ini berada. Desa Bozihona merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatra Utara. Jarak dari Bandar Udara Binaka Gunungsitoli ke Pantai Bozihona sekitar 24 km atau sekitar 38 menit dengan menggunakan mobil. Saat saya mengunjungi pantai ini 2 bulan yang lalu, keadaan jalan mulai dari bandara sampai objek wisata sangat baik. Kendaraan roda empat atau roda dua bisa melalui tempat tujuan wisata. 500 Meter sebelum sampai di objek wisata terdapat sebuah gapura besar yang bertulisan "SELAMAT DATANG DI DESA WISATA BOZIHONA BEACH".
Keramahan Masyarakat Bozihona
Saat pertama sampai di Pantai Bozihona ada sebuah rasa kekaguman dan kenikmatan tersediri yang lengkap yang baru saya rasakan. Mulai dari sepanjang jalan dari simpang jalan Kecamatan Idanogawo menuju Pantai Bozihona, saya sudah takjub dengan lingkungan sekitar yang sudah terdapat sebuah lapangan futsal yang berstandar. Sepintas dalam benak saya berpikir "Wow, di lingkungan yang jauh dari keramaian terdapat sebuah lapangan futsal".
Ditambah lagi di bagian kiri-kanan jalan terdapat hamparan sawah dan melewati sebuah jembatan yang saat itu baru selesai hujan.
Saat pulang dari pantai saya sempat mengabadikan foto di sekitar jembatan. Sempat pada saat itu juga, saya berpapasan dengan beberapa petani yang baru pulang dari ladang dengan memikul diatas kepala beberapa ikat daun ubi jalar (Dikalangan masyarakat nias ubi jalan sangat penting sebagai pakan utama ternak babi. Bagi kami masyarakat Nias hewan babi selalu menjadi daging yang utama yang harus ada dalam acara pesta nikah, menepati rumah baru, atau acara duka.) Â pada saat berpasasan dengan warga setempat, mereka sangat ramah, terkadang mereka senyum kepada saya.
Walaupun dari raut wajah mereka saya tahu mereka sebenarnya kelelahan habis pulang dari ladang dan memikul daun ubi diatas kepalanya. Tapi, sama sekali saya tidak merasakan rasa capek itu diraut wajah mereka. Mereka kelihatan masih sangat segar, walaupun dari umur sudah kepala 5. Beberapa juga muda-mudi yang saya temui yang mengendarai roda dua, kami berbalas klekson motor.
Keindahan Pantai Bozihona
Dari arah masuk Pantai Bozihona, saya melihat hamparan pantai yang sangat luas dan bersih. Kendaraan yang saya gunakan terus melaju tak jauh dari dari bibir pantai. Sepintas saya berpikir pantai ini sangat cocok menjadi tempat diselenggarakannya lomba bola voli pantai atau lomba lari. Ide ini muncul bukan tanpa alasan dengan melihat keadaan lingkungan pantai yang sangat luas, bersih, panjang dan kecepatan angin di sekitar pantai tidaklah terlalu kencang. Â
Di sekitar bibir pantai juga terdapat beberapa puluh perahu nelayan yang sedang bersandar. Pemandangan ini sangat bisa dinikmati pada sore hari. Beberapa nelayan berpulang dari laut dengan membawa ikan hasil tangkapannya. Ikan-ikan yang ada di sekitar Pantai Bozihona sangatlah segar-segar dan enak untuk dibakar, sangat makyuss. Harga ikan yang ditawarkan oleh nelayan bervariasi tergantung jenis ikan dan ukuran. Sayang pada saat saya berada disana. Karena pertimbangan cuaca yang sudah mendung, saya tidak sempat membeli ikan.
Setelah saya puas mengambil foto di sekitar bibir pantai dengan latar belakang deretan perahu yang sedang bersandar. Saya memutuskan untuk beristirat sejenak di sebuah pondok yang berada ditengah lingkungan pantai. Wow sangat enak duduk berlama-lama di dalam pondok, angin yang sepoi-sepoi membuat saya mulai tidur. Sayang beribu sayang niat saya untuk berlama-lama tidak didukung oleh keadaan cuaca yang mendung. Saat itu saya hanya sekitar 15 menit berada di dalam pondok. Kemudian saya memutuskan untuk pulang.
Sangat disayangkan sebab cuaca yang tidak mendukung, saya tidak sempat mampir di warung yang ada di sekitar lingkungan pantai. Menikmati kuliner ikan bakar yang katanya super makyus dan mengambil beberapa foto di berbagai sudut tempat yang ada di Pantai Bozihono. Mungkin alam semesta berkendak agar saya balik kembali di tempat ini lain kali hehe. Saya berada di sana sekitar kurang lebih 2 jam juga dan yang membuat saya tambah senang untuk masuk ke Pantai Bozihono sama sekali tidak ada yang namanya biaya tiket.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H