Saat ini langkahku mengarahkanku ke sebuah desa wisata. Sebuah desa yang berjarak beratus ribu km dari Jakarta atau sekitar 90 km dari Bandar Udara Binaka Nias. Kali ini saya mengunjungi desa Hilisimaetan.Â
Kata Hili artinya bukit atau gunung, sementara Simaetan berbicara tentang kawasan yang sangat luas, Yang berarti kata Hilisimaetan merupakan yang sangat luas baik di Nias Selatan maupun kepulauan Nias.
Beberapa bulan yang lalu desa Hilisimaetan, terpilih sebagai salah satu dari 50 desa se-Indonesia, penerima Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 dan disusul bulan Oktober lalu desa wisata Hilisimaetan, terpilih sebagai 5 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022 kategori homestay terbaik.
Adira Finance 2 tahun yang lalu.Â
Bertepatan dengan Maniaml Fest 2022 yang dihadiri langsung oleh Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabarekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, saya yang bertempat tinggal di Gunungsitoli harus menempuh perjalananan kurang lebih 100 km dengan motor yang saya cicil melalui
Desa wisata Hilisimaetan bisa dikatakan Desa Wisata Ramah Berkendara, karena jalan menuju desa ini sangat bagus dan terdapat petunjuk jalan.
Meskipun jauh jarak yang saya tempuh, perjalanan saya tidak terasa capek dengan jalan yang sudah di hotmix (adira.id/e/fkl2022-blogger) sepanjang jalan mulai dari Teluk Dalam yang merupakan pusat pemerintahan, kabupaten Nias sampai di desa wisata Hilisimaetan jalan sangat bagus. Perjalanan saya semakin membuat saya nyaman dengan adanya SPBU Pertamina di km 1 Teluk Dalam dan sebuah SPBU arah desa wisata Hilisimaetan.
Kurang lebih 10 km sebelum sampai di lokasi desa wisata Hilisimaetan, saya sedikit memperlambat sepeda motor saya, untuk menikmati udara segar dan sekilas pemandangan Pantai Sorake. Gelombang ombak di Pantai Sorake berkisar 6-8 meter. Biasanya bulan April -- Agustus, para peselancar dunia dari Australia, Jepang, Amerika sering mengunjungi Pantai Sorake untuk berselancar. Â Â
Selayang Pandang tentang desa Wisata Hilisimaetan
Dulu desa adat Hilisimaetan Bernama Batu Ofulo, pemimpin desa pada zaman desa bernama Banua Batu Ofulo adalah Tuha Solag Niha atau nama aslinya adalah Hifo Bagt.
Banua (desa) Hilisimaetan memiliki Panjang kurang lebih 500 meter.
Dulunya perkampungan Hilisimaetan pernah diukur dari Bawagli Raya (Gerbang Selatan) ke Bawagli Lu (Gerbang utara) lebih 500 meter. Masyarakat di desa Hilisimatan pada umumnya berprofesi sebagai petani di sawah.
Sedangkan masyarakatnya mempunyai dua kasta yaitu:
(1) Kasta cendekiawan atau Si'ila, yang memiliki keahlian berfungsi untuk mendukung program pemerintah atau dari bangsawan atau Si'ulu.
(2) Kasta bangsawan atau Si'ulu.
(3) Kasta Sato atau Fa'banuasa yang merupakan masyakat kebanyakan.
Festival Kreatif Lokal
Setelah kurang lebih 3 jam perjalanan dari Gunungsitoli dan mampir untuk ngopi di Pantai Sorake, saya akhirnya sampai di desa Hilisimaetan. Selama perjalanan dari Pantai Sorake ke desa wisata Hilisimaetan jalannya sangat mulus dan lebar dengan bentangan sawah dan pepohonan hijau di sebelah kanan dan kiri jalan. Dalam benak saya pantaslah desa ini dikatakan Desa Wisata Ramah Berkendara.
Setelah memarkir kendaraan di bawah pintu gerbang desa. Saya langsung melanjutkan perjalanan saya di lapangan desa Hilisimaetan. Yang sebelumnya saya harus melewati beberapa anak-tangga dengan dibagian kanan dan kiri terdapat patung yang menyerupai kepala naga. Pemuda/I di desa wisata ini sangatlah ramah dan menyambut setiap tamu yang datang.
Festival Kreatif Lokal atau Maniaml Fest 2022 dilaksanakan beberapa hari dengan mengundang beberapa artis lokal dan beberapa tari yang dibawakan oleh Pemuda/I dari desa Hilimodregeraya, desa Batusalawa, dan beberapa desa sekitar. Diantara beberapa tari yang ditampilkan, saat berada di desa Hilimaetan ada 2 tari yang membuat saya kagum melihatnya dan memaknai makna dibalik tari ini, yaitu:
1.Tari Famadaya Harimao
Tari Famadaya Harimao adalah sebuah tari yang sangat spektakuler menurut saya. Dimana beberapa penari pria membawa sebuah replika patung yang menyerupai harimau. Kemudian, patung tersebut diarak mengelilingi lapangan desa sambil para penari menyebut
syair-syair :
Ina...luae...ina he ....
No hoya... no hoya...zihn he.. he...okhta...
Maniaml...le ohekta... he Harimao...Sindruhu
Sihul...he oheta
Tari ini ini terinspirasi dari folk masyarakat desa Hilimaetan. Famadaya Harimao adalah sebuah ritual pada zaman dahulu dalam sejarahnya, Harimao ini sebelumnya bernama Lawl, Sebelum masuk agama masyarakat setempat bersandar kepada Lawl ini.
Dulu ada penampakan nyala api yang terbang dan menghinggapi pepohonan, ada sebuah pohon yang disebut Manawu'a Dan, Nyala api atau Lawl itu bertahan disitu sambal mengeluarkan suara, "Jangan ubah alat pengukur beras (Tumba)".
Ketika Afore atau Tumba tidak diubah maka kesuburan dan kesejahteraan akan tercipta bagi masyarakat itu sendiri. Pesta atau ritual Famadaya Harimao dilaksanakan 7 tahun sekali.
 Pengarahan Harimao diarak di negeri Maniaml peran Ere (Imam agama tradisional) sangat penting dalam ritual ini, karena merekalah yang menyampaikan doa-doa. Sebagai contoh, biarlah wabah penyakit lepas dari tengah-tengah masyarakat.
Pada akhirnya replika patung yang telah diarak keliling desa akan dibuang di jurang. Pembuangan patung replika harimau menandangan wabah penyakit di desa telah dibuang.
2. Tari Famaluaya
Tari yang tak kalah spektakuler menurut saya adalah Tari Famaluaya. Kata Famaluaya dalam pengertian di Nias bagian Selatan adalah sebuah bentuk gerakan selebrasi. Sebuah ekespresi untuk mengambarkan persatuan dan kesatuan. Tari Faluaya terdiri dari 40 orang, 60 orang dan bisa juga lebih, yang penting diperhatikan disini adalah barisan tersebut memiliki pertahanan, yang kuat dan kokoh.
Di dalam Tari Famaluaya terdapat tiga lapis penari, yaitu Tlunaroro atau istilah lain adalah satu-satu barisan itu memiliki makna dan pengertian tersendiri.
Pertama barisan paling kanan disebut barisan Hilisoaya,
Kedua, barisan tengah adalah barisan Boto Mbanua,
dan barisan sebelah kiri adalah barisan Amahurua.
Ketiga barisan itu terpatri di tombak yang bermata tiga (Toho Sitlu Ikhis)
Jenis-jenis Faluaya yang ada di desa Hilisimaetan terdiri dari beberapa macam, pertama Faluaya Fual.
Fual ini adalah gerakan awal sebuah pasukan atau barisan. Untuk jenis kedua adalah Faluaya Silig, yaitu para prajurit kampung membentuk sebuah lingkaran yang diiringi dengan Hoho.
Hoho adalah syair-syair kuno Nias sebagai ekspresi daripada sebuah kampung. Hoho Faluaya sebagai pemberi semangat kepada prajurit, Â tujuannya untuk tidak menginginkan kekalahan di dalam sebuah peperangan ketika melawan kampung lain.
Untuk jenis ketiga adalah Faluaya Jankh atau lebih identik dengan tari perang atau tarian selebrasi ketika mereka pulang atau mereka mengalahkan musuh atau kampung lain.
Faluaya tidak terbatas pesertanya dan memiliki kepala pasukan dan pemimpin tertingginya adalah para bangsawan (Si'ulu) dan cendekiawan (Si'ila).
Beberapa peralatan perang prajurit Nias atau prajurit yang ada di desa Hilisimaetan yaitu Baluse (Perisai), Toho (tombak), Takula Tefa (topi), rba (baju zirah), dan Balatu (pedang). rba, untuk baju perang seorang prajurit yaitu baju zirah atau rba terbuat dari besi tempahan. Pada zaman dahulu ketika persendiaan bahan besi kurang, prajurit memakai baju yang terbuat dari ijuk atau dalam bahasa Nias disebut Leama.
Kreatifitas Pemuda/I desa Hilisimaetan
Bukan hanya kekayaan budaya dan seni yang dimiliki oleh masyarakat desa Hilisimaetan. Ide dan Kreatifitas dimiliki oleh Pemuda/I desa Hilisimaetan. Semenjak Pak Mentri Sandiaga Uno datang ke desa wisata Hilisimatan UMKM mulai gercep dilakukan oleh anak-anak muda Hilisimaetan. Beberapa anak muda sudah berani untuk membuat usaha kecil-kecilan, mulai dari gelang yang terbuat dari akar, gantungan kunci, dan baju kaos yang bertuliskan HILISIMAETAN.
Harga yang ditawarkan lumayan bervariasi mulai dari (1) Gelang Bahar Motif Naga 100 ribu, (2) Gelang Bahar Motif Harimau 100 ribu, (3) Gelang Bahar Merah Motif Naga 100 ribu, (4) Gelang Bahar Merah Polos 70 ribu, (5) Gelang tempurung 100 ribu, (6) Gelang Tenun 8 ribu, (7) miniatur rumah adat mulai dari 500 ribu sampai 3 juta, dan (8) berbagai samurai dengan harga 1-30 juta.
Semua barang-barang hasil UMKM pemuda/I desa Hilisimaetan dapat dipesan secara online dengan harga ongkir yang terjangkau.
Keindahan Alam desa wisata Hilisimaetan
Alam yang indah dan sawah yang subur dianugrahkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa kepada masyarakat desa Hilisimaten. Masyarakat desa Hilisimaten kebanyakan berprofesi sebagai petani. Setiap pagi mereka sudah bertani sambil membawa perlengkapan bersawah, terkadang di sawah mereka beraktivitas untuk mengusir burung-burung yang suka memakan panen atau dalam bah. Nias manadamoi ziliwi. Bentangan sawah di desa Hilisimaten sangatlah luas dan untuk bisa sampai ke area pesawan bisa dengan menggunakan roda dua.
Bagaimana teman-teman tertarik mengunjungi desa wisata Hilisimaetan yang memiliki keindahan alam dan sebagai Desa Wisata Ramah Berkendara, karena bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat dan jalan menuju kesana lumayan bagus. Disekitar desa wisata ini juga terdapat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lukas dan sebuah gereja, tempat saksi pengkabaran injil Kristen Protestan di wilayah Nias bagian Selatan.
Penulis : Febriwan Harefa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H