Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Melihat Lebih Dekat Desa Hilisimaetano, Sebuah Desa Wisata Berkelanjutan Pilihan Kemenparekraf 2021

11 September 2022   16:53 Diperbarui: 11 September 2022   16:58 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pakaian prajurit perang (Sumber : Ig desa Hilisimaetano) 

Salah satu keunikan desa Hilisimaetano, terdapat rumah-rumah adat tradisional yang berjejeran disebelah kiri dan kanan halaman desa. Seperti desa-desa wisata yang ada di Nias Selatan lantai halaman pekarangan desa terbuat dari batu-batu kecil yang tersusun rapi.

Dari masa ke masa hingga sekarang, pusat Hilisimaetano. Desa ini merupakan salah satu desa adat tertua di Kepulauan Nias. Sampai saat ini desa Hilisimaetano masih teguh menjaga nilai adat, dimana para Si'ulu (Bangsawan) masih berfungsi sebagai pemangku kepemimpinan adat. 

Si'ila (Cendekiawan) menjadi tetua adat sebagai pemberi pertimbangan kepada bangsawan dan Sato/Fa'abanuasa (masyarakat umum) masih bekerjasama untuk menjaga Lakhomi mbanua (marwah desa)

Keunikan Lain yang Dimiliki desa Hilisimaetano

Desa Hilisimaetano memiliki keunikan lainnya yaitu Lompat Batu (Hombo Batu), atraksi lompat batu juga dimiliki oleh desa Bawomataluo. Awalnya, tradisi lompat batu berasal dari kebiasaan berperang antar desa suku-suku di pulau Nias. 

Pada zaman dahulu suku-suku di Pulau Nias sering berperang karena terprovokasi oleh rasa dendam, pembatasan tanah, hingga masalah perbudakan. 

Masing-masing desa lalu membentengi wilayahnya dengan batu atau bambu yang setinggi 2 meter. Oleh karena itu, tradisi lompat batu lahir dan dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelum berperang.

Para bangsawan dari strata balugu yang memimpin pulau Nias saat itu akan menentukan pantas atau tidaknya seseorang pria Nias menjadi prajurit perang.  

Pada zaman dulu, atraksi Fahombo tidak hanya memberikan kebanggaan bagi pemuda Nias, tapi juga untuk keluarga mereka. Keluarga yang anaknya telah berhasil dalam Fahombo akan mengadakan pesta dengan menyembelih beberapa ekor ternak.

Salah satu pakaian prajurit perang (Sumber : Ig desa Hilisimaetano) 
Salah satu pakaian prajurit perang (Sumber : Ig desa Hilisimaetano) 

Seiring waktu atraksi lompat batu tidak lagi berfungsi sebagai penentu pantas atau tidaknya seseorang pria Nias menjadi prajurit perang. Sekarang ini makna atraksi lompat batu sudah mulai bergeser, sekarang ini lompat berfungsi sebagai atraksi hiburan yang dipertontonkan oleh pemuda-pemuda desa bagi wisatawan yang datang ke desa atau sekedar olahraga para pemuda desa di sore hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun