Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menunggu Peran Jerman dalam Jalan Damai Perang Rusia dan Ukraina

27 Februari 2022   21:20 Diperbarui: 27 Februari 2022   21:34 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang diantara Rusia dan Ukraina semakin hari semakin berkecambuk. Selama ini akibat perang tidak pernah bermanfaat bagi penduduk setempat. Kebanyakan perang banyak menyisihkan kehancuran, baik dari segi Fasilitas Umum, Roda Perekonomian Masyarakat, dan Traumatik masyarakat korban perang.

Ada baiknya perang adalah pilihan terakhir dalam menyelesai sebuah permasalahan dari konflik antara kedua negara maupun antara daerah. Lebih baik penyelesai sebuah konflik diselesaikan di meja perundingan. Meskipun terkadang sulit dilakukan saat yang berkepentingan dalam sebuah konflik tersebut negara-negara super power. Seperti beberapa hari yang lalu saat konflik perang antara Rusia dan Ukraina berkecambuk Presiden As Joe Biden mengeluarkan sebuah pernyataan:  

Presiden (Vladimir) Putin telah memilih perang terencana yang akan membawa korban jiwa dan penderitaan manusia.

Membalas pernyataan dari Presiden As Joe Biden ini Presiden Rusia Vladmir Putin membuat statmen tidak terencana di sebuah chanel Televisi Nasional

Siapa pun yang mencoba menggangu dan ikut campur urusan kami, dan bahkan menciptakan ancaman bagi negara dan rakyat kami, harus tahu bahwa tanggapan Rusia akan datang secepat mungkin dan memberikan konsekuensi yang belum pernah Anda alami dalam sejarah Anda."

Ucap Putin berapi-api dalam pidatonya pada Kamis (24/2) dikutip dari Tempo.com. Dikutip CNN, ancamana itu secara tidak langsung diutarakan Putin terhadap Amerika Serikat dan Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO) yang selama ini membela Ukraina mati-matian.

Melihat kebelakang kisah antara Amerika Serikat dan Rusia

Tidak bisa dipungkiri hubungan negara Amerika Serikat dan Rusia bagaikan kisah film kartun Tom and Jerry hari ini akur dan beberapa saat kemudian saling mengejar satu sama lain.

Tidak bisa dipungkiri negara Paman Sam semakin maju dibandingkan negara pesaing utamanya Rusia. Diberbagai sektor Amerika Serikat lebih banyak mengintervensi hubungan banyak negara kecil, misalkan saja negara Indonesia (Free port), dll. Meskipun demikian, tahun 1991 Bernard Baruch dan Walter Lippman dari AS mengistilahkan hubungan Amerika Serikat dan Rusia "Perang Dingin"
Terakhir kali hubungan Amerika Serikat dan Rusia sempat sedikit  memanas saat Pemerintan Rusia memberikan suaka kepada intelijen Edward  Snowden melarikan diri ke Rusia.

Kisah perang dingin antara Amerika Serikat dan Rusia mulai 77 tahun yang lalu yaitu pada Konferensi Postdam Juli 1945. Saat konferensi, presiden AS saat itu, Harry S Truman, mendorong system demokrasi, dalam artian seluruh negara-negara Eropa Timur diminta menggelar pemilu bebas. Tapi, penguasa Uni Soviet (Rusia) saat itu, Joseph Stallin, dengan membawa konsep keamanan, menolak mentah-mentah usulan Truman.

Mulai saat itu perang dingin keduanya mulai berkecambuk salah satu yang menonjol adalah perebutan pengaruh kedua negara pada Perang Dunia (II) di mana AS membantu sekutunya seperti Perancis dan Inggris.

Sementara Soviet (Rusia), membantu membebaskan Eropa bagian Timur dari kungkungan Jerman, lantas membangun kembali perekonomian mereka. Kedua negara adidaya ini saling menamamkan ideologinya ke seluruh negara. Amerika Serikat selalu pada kemakmuran-condong kea rah liberalism yang yakin bahwa industry jadi kuncinya. Rakyat yang sejahtera dinilai bisa terhindar dari pengaruh sosialis-komunis Soviet.

Sementara komunis ala Soviet, selain member paket bantuan ekonomi, juga langsung menyasar rakyat yang sedang berjuang dengan mengirimkan tenaga ahli dan peralatan militer.

Sejarah membuktikan dari tahun 1945 sampai sekarang ini hubungan Amerika Serikat dan Rusia mungkin tidak akan pernah akur sampai selamanya..Salah satu alasan ingin menancapkan ideologinya dan diakui sebagai Sebuah negara adidaya di seluruh dunia.

Menunggu Peran Nyata Jerman

Dibalik perang diantara Rusia dan Ukraina yang sedang berkecambuk saat ini. Dibutuhkan sebuah negara yang adil dan mampu menjadi penengah diantara kedua negara. Salah satu solusi adalah melalui jalan perundingan di meja perundingan. Selama ini negara Paman Sam, Amerika Serikat terkadang dijadikan sebagai sebuah negara menjadi penengah sebuah konflik diantara kedua negara atau kedua suku yang sedang bertikai.

Tetapi dalam konflik antara Rusia dan Ukraina, Amerika Serikat tidak bisa menjadi sebuah negara penengah. Dengan pertimbangan kisah atau sejarah masa lalu perang dingin kedua Negara Super Power ini.  

Jerman adalah negara yang tepat menjadi negara penengah antara yang sedang berkonflik. Menteri Luar Negeri  Annalena Baerbock sempat mengeluarkan sebuah statmen.

Situasinya serius. Perdamaian di Eropa dibangun di atas tidak mengubah perbatasan. Kita harus kembali ke prinsip ini: Kedaulatan negara dihormati. Perbatasan tidak akan dipindahkan."

Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock lebih emosional, memperingatkan bahwa dunia "tidak akan melupakan hari yang memalukan ini." "Jerman tercengang, tapi bukannya tidak berdaya," katanya, mengumumkan paket "sanksi besar-besaran".

Bukan tanpa alasan saya memilih Jerman sebagai penengah. Rusia, Ukraina, dan Jerman berada di benua yang sama yaitu Benua Eropa. Meskipun Ukraina dan Rusia berada di bagian Eropa Timur, sedangkan Jerman berada di Eropa Barat bersama Prancis.

Selain dari itu selama ini Jerman pada masa Perang Dunia Pertama (PD I ) dan Perang Dunia Kedua (PD II) telah merasakan keadaan saat sedang perang berkecambuk, penduduk yang harus diungsikan ke sebuah tempat yang lebih aman, mayat-mayat yang bertebaran dimana-mana, dan kerugian secara material pasti didapatkan. Setelah perang berakhir pun masih dirasakan oleh penduduk setempat maupun negara yang kalah perang. Harus mulai lagi untuk membangun satu persatu bangunan yang telah hancur dan terkhusus bagi anak-anak harus menghilangkan traumatik masa lalu. Dan itu membutuhkan jangka waktu yang lama.

Terakhir saya memilih Jerman karena setelah Perang Dunia II dan kejatuhan Hitler. Jerman tidak terlalu ambisi dalam menguasai negara-negara lain, baik dari segi ideologi, penjualan persenjataan maupun dalam bidang ekonomi. Bisa dikatakan Jerman masih bisa dikategorikan sebagai negara yang adil dan buktinya beberapa tahun terakhir mereka banyak menampung pengusian dari perang Libya dan Suriah.

Semoga bisa menjadi nyata Jerman dapat menjadi penengah diantara Rusia dan Ukraina. Perang dipilih sebagai pilihan terakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun