Bencana pandemik Covid-19 masih belum berakhir. Semua sendi-sendi kehidupan lumpuh total. Sektor  perdagangan, transportasi, dan sekolah, dll kena imbas dari pandemi Covid-19. Aktifitas sekolah adalah salah yang terkena imbas dari pandemik Covid-19.  Baik di perkotaan maupun di pedesaan banyak sekolah yang diliburkan. Â
Sekarang ini para siswa banyak melakukan aktifitas di rumah. Materi-materi pelajaran yang seharusnya diajarkan di sekolah oleh para guru, tapi karena pandemik ini, para guru mengajarkan secara  online. Para guru saat ini diharuskan untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi dengan bantuan media teknologi. Â
Walaupun selama Covid-19 siswa-siswi diliburkan, tapi tugas para guru tidak berkurang. Sebelum pandemik, aktifitas yang biasa dilakukan oleh guru adalah mempersiapkan bahan ajar dan menyampaikan di depan kelas. Yang terjadi selama Covid-19 tugas guru semakin bertambah.
Pembelajaran diajarkan secara daring. Guru terlebih dahulu mempersiapkan materi, kemudian  materi tersebut dibuat sekreatif mungkin dalam bentuk video, ppt, atau dalam bentuk google classroom atau sejenisnya. Â
Selama pandemik ini, terkadang  saya berpikir itulah sisi positifnya, para guru harus lebih kreatif dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Bagi guru yang  berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang pendapatannya teratur tiap bulan tidak menjadi masalah dengan adanya pandemik ini. Tapi, bagi guru yang berstatus honorer, pandemik ini menjadi sebuah masalah baru. Salah satunya adalah masalah pendapatan dan pengeluaran perbulan.
Selama ini guru honorer, dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:  Guru SMA/SMK yaitu guru honorer  provinsi, guru honorer jenis ini dibayar gajinya pemerintah provinsi, guru yang sudah mendapatkan NUPTK yang gajinya dari  dana Biaya Operasional Sekolah (BOS), GTT Sekolah yang gajinya dari komite sekolah atau GTY yang gajinya dari Yayasan. Sementara, untuk jenjang SMP dan SD ada 2 jenis honorer yaitu GBD (Guru Bantu Daerah) dan GTT dari dana BOS atau komite.
Pada umumnya dibanyak daerah gaji para guru honorer baik yang berstatus GTT Provinsi maupun dari dana bos dibayarkan 3 bulan sekali.
Permasalahan yang dialami oleh para guru honorer
Disinilah muncul permasalahan, guru yang berstatus honorer. Selama masa pandemik, para guru setidaknya mengeluarkan biaya kuota internet kurang lebih Rp. 200.000/bulan.
Kuota internet ini biasa digunakan untuk mencarikan bahan materi pembelajaran, tutorial, membuat google classroom, dan mengirimkan ke group para siswa materi yang sudah selesai dibuat, dll.
Pengeluaran pembelian kuota internet sudah menjadi pengeluaran rutin. Sedangkan, pendapatan para guru honorer dibayarkan 3 bulan sekali.