Harga satu porsi nasi goreng di Colombo 350 ribu. Itu salah satu pengalaman yang sangat berkesan pertama kali tiba di Colombo. 2 bulan yang lalu saya mengikuti kegiatan yang diikuti oleh para pemuda dari 3 benua, Asia, Afrika, dan Eropa. Saat tiba di Bandara Internasional Colombo, Sri Lanka, saya sempat sedikit panik. Saat itu media sosial Facebook, WA, dll diblock oleh pemerintah Sri Lanka.
Ketika tiba di Colombo, saya ingin membeli kartu perdana. Tapi niat saya tersebut, saya undurkan, karena untuk mendapatkan kartu perdana harus menggunakan KTP masyarakat Sri Lanka. Ada cara lain mendapatkan kartu perdana, tapi uang yang dikeluarkan lebih besar.
Dengan menggunakan KTP masyakakat lokal harga kartu perdana + 4 GB sekitar 600 rupee (60 ribu), sementara tanpa KTP sekitar 1.300 rupee (130 ribu). Setelah kami pertimbangkan, saya dan kedua orang teman dari Indonesia tidak membeli kartu perdana. Berhubung juga saat itu media sosial sedang di blokir oleh pemerintah.
Tak berselang beberapa menit setelah kami keluar dari bandara, seorang panitia menjemput kami. Selama perjalanan dari Bandara Internasional Colombo ke penginapan. Banyak sekali perbedaan dengan situasi dan kondisi di Jakarta. Bagi masyarakat Sri Lanka, Colombo adalah ibu kota negara Sri Lanka atau di Indonesia kota Colombo sama dengan Jakarta.
Tentara dan Polisi ada dimana-manaÂ
Mungkin karena konflik antara agama beberapa hari yang lalu sebelum saya datang atau mungkin seperti itu cara pengamanan kota Colombo. Di beberapa titik di pusat kota Colombo terdapat tentara dan polisi yang berjaga-jaga. Mereka berpakaian lengkap dan membawa sepucuk senjata.Â
Terkadang pandangan mereka tajam kepada beberapa pengendara motor atau mobil. Mungkin hal itu sudah pemandangan yang wajar. Tapi, buat saya itu tidak wajar. Membuat saya sangat tidak nyaman berada di kota Colombo.
Kota Berkembang
Selain dari kendaraan beroda dua yang membuat Kota Colombo macet. Â Faktor lain yang membuat kota Colombo macet adalah pembangunan mall, hotel, dan proyek relakmasi. Sekarang ini inverstor yang banyak masuk ke Sri Lanka adalah inverstor dari Tiongkok daratan.
Beberapa proyek besar yang investornya pengusaha Tiongkok adalah Hotel Shangrila dan Reklamasi. Proyek relakmasi di Colombo berjalan tanpa hambatan. Bukan seperti di Indonesia.