Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Peran Generasi Milenial Perkotaan Memajukan Pendidikan di Pelosok Indonesia

4 Mei 2018   07:20 Diperbarui: 4 Mei 2018   08:14 2533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia."

Kalimat diatas adalah salah satu kutipan dalam isi pembukaan UUD  1945  dan UUD 1945 yang mana pemerintah berkewajiban dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memenuhi hak warga negara dalam memperoleh pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa.  Hampir 73 tahun  tentang  kewajiban pemerintah Indonesia memajukan pendidikan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan  UUD 1945 dan UUD 1945 sudah telah tertulis. Tetapi, sekarang ini pendidikan di Indonesia dari Sabang-Merauke masih belum merata sama sekali.

Salah satu contoh bukti ketidak merataan pendidikan antara kemampuan siswa yang bersekolah di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa  adalah menguasai teknologi informasi. Di  Pulau Jawa sebagian besar para pelajar SMP dan SMA sudah mempunyai akun  gmail atau alamat e-mail yang  sejenis. 

Kebanyakan dari mereka sangat mahir menggunakan akun tersebut untuk  mengirim  surat (e-mail), foto, dan video. Sementara, di daerah lain seperti Pulau Nias, Sumatra Utara kebanyakan anak-anak di daerah ini tidak mempunyai akun pengirim surat seperti Gmail atau sejenisnya.

Berdasarkan pengalaman penulis menjadi seorang guru di salah satu SMK yang ada di Gunungsitoli, Pulau Nias. Beberapa anak di kelas 10 Usaha Jasa Pariwisata (UPW) tidak mengetahui tentang Gmail dan cara membuat Gmail tersebut. Sebagian kecil dari beberapa siswa tersebut juga tidak dapat mempergunakan Gmail dengan baik. Selain mereka membuat akun Gmail untuk  keperluan untuk mendaftar akun Facebook.

Selain itu juga, di daerah-daerah pelosok terkhusus di Indonesia bagian barat masih banyak siswa yang tidak bisa berbahasa Inggris. Mereka masih banyak mempergunakan bahasa daerah dan terkadang dicampur bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan sesama teman. Sedangkan, sebagian besar para siswa yang bersekolah di Pulau Jawa sudah bisa berbahasa Inggris dengan baik dan bisa menyusun kalimat dengan benar dalam bahasa Inggris.

Faktor yang menyebabkan ketimpangan antara kemampuan para siswa yang bersekolah di Pulau Jawa dan di beberapa daerah di pelosok Indonesia, seperti Nias, Sumba, Soe, dan Papua, dll dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: Sumber Daya Manusia (SDM) guru dan fasilitas, seperti buku-buku penunjang mata pelajaran dan media pembelajaran, seperti video animasi, gambar, dll. 

Di beberapa daerah seperti Papua, Sumba, dan Nias, beberapa guru mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang ia peroleh semasa di bangku kuliah, seperti guru yang memiliki latar belakang pendidikan Matematika  mengajar mata pelajaran Olahraga atau guru yang mempunyai latar belakang pendidikan bah. Inggris harus mengajar mata pelajaran Simulasi Digital. 

Dengan latar belakang pendidikan dan mata pelajaran yang diajarkan seorang guru di sekolah hanya belajar dari materi-materi dan buku panduan yang dibagikan oleh Dinas Pendidikan atau pihak sekolah. Sementara ia hanya mempelajari isi dari buku yang akan diajarkan dalam waktu  beberapa minggu sebelum guru tersebut mengajar. 

Di depan para siswa guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan hanya mengajarkan kepada para siswa sesuai dengan yang tertera yang ada di dalam buku. Para siswa hanya menerima materi yang hanya sesuai yang ada di dalam buku.

Sementara faktor lain yang menyebabkan ketidak merataan pendidikan adalah buku. Masih banyak sekolah-sekolah di luar pulau Jawa tidak mempunyai buku-buku pelajaran atau buku-buku refrensi yang berhubungan dengan materi yang diajarkan di sekolah.

Akibat dari permasalahan yang banyak dialami oleh para siswa generasi milenial di daerah pelosok saat ini, karena jumlah guru yang mengajar sesuai latar belakang pendidikan kurang banyak dan bahan refrensi sangat minim menyebabkan para siswa di pelosok tidak dapat bersaing dengan para siswa lain untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Salah satu contoh untuk tahun ini SMA Negeri 1 Huruna Kabupaten Nias Selatan  (Daerah 3 T) yang masuk melalui jaur SMPTN dan beasiswa BIDIKMISI hanya 8 orang. Ke 7 orang siswa tersebut terterima di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) dan 1 orang di Universitas Sumatra Utara (USU).

Cara mengatasi ketidak merataan pendidikan di Indonesia

Salah satu cara mengatasi permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh para siswa berada di daerah-daerah pelosok dibutuhkan peran para anak muda milenial yang berada di perkotaan atau mereka yang berkecimpung dalam dunia teknologi, khusus bidang startup.  

Perkembangan perusahaan start up digital di  Indonesia saat ini terus berkembang. Berdasarkan hasil riset Badan Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia  pada tahun 2016, Indonesia memiliki jumlah startup tertinggi se-Asia Tenggara dengan total sekitar 2000 startup. Pertumbuhan ini juga akan teraus meningkat hingga 6,5 kali lipat pada tahun 2020.

Salah satu startup digital  yang sedang berkembang adalah startup yang bergerak dalam bidang pendidikan. Beberapa startup yang berkembang dalam bidang pendidikan, seperti HarukaEdu, PrivatQ Indonesia, Ruangguru,dll. Dengan muncul beberapa startup digital yang bergerak dalam bidang pendidikan. 

Para anak muda milenial yang bergerak dalam bidang startup digital bisa ikut serta membantu para siswa generasi milenial yang berada di daerah-daerah pelosok Indonesia dengan membuat sebuah startup digital yang berisi materi-materi pelajaran, video animasi, gambar, dan berbagai bahan-bahan pelajaran pendukung.

Hal itu didukung dengan program pemerintah, pada tanggal 17 Juni 2016, Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama KIBAR membuat sebuah gerakan nasional 1000 startup digital dengan tujuan melahirkan 1000 perusahaan rintisan baru yang berkualitas dan mampu memberikan solusi atas segala permasalahan yang ada di Indonesia.

Faktor lain yang mendukung tentang peran startup digital pendidikan dalam pemerataan pendidikan adalah  adanya Satelit Telkom 3S yang telah diluncurkan pada tanggal 30 Januari 2017.  Dikutip dari media tekno.kompas.com, 30 Januari 2017. Satelit Telkom 3S mempunyai fungsi salah satunya untuk  menjangkau jaringan internet diseluruh daerah pelosok yang ada di Indonesia.

Dengan adanya satelit telkom 3S sekarang ini sangat membantu generasi milenial yang ada di pelosok dalam mengakses internet. Seperti di Pulau Nias, Sumatra Utara  yang mana 4 kabupaten (kab. Nias, kab. Nias Barat, kab.Nias Utara, dan kab. Nias Selatan)  yang ada di pulau ini merupakan dalam kategori Daerah 3 T ( Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) sampai pada saat ini sudah bisa terakses jaringan internet dengan kecepatan 100 mbps. 

Meskipun beberapa daerah di pelosok sudah mulai terakses jaringan internet dengan baik di Nias. Tetapi, masih banyak para siswa  yang tidak dapat bersaing dengan siswa yang ada di luar Pulau Nias, baik dalam lomba olimpiade, dan Karya Ilmiah Remaja.  

Maka yang dibutuhkan sekarang ini adalah peran generasi milenial yang ada di perkotaan dan bergerak dalam bidang startup digital , dunia kreativitas seperti dunia animasi, pembuatan video dan guru untuk turut serta dalam membangun dalam membangun sebuah startup digital yang bergerak dalam bidang pendidikan. 

Kedepan, startup digital tersebut dapat diakses oleh para siswa generasi milenial yang berada di daerah pelosok dan dipergunakan untuk belajar mencari materi pelajaran. Dengan adanya start up digital yang bertemakan pendidikan, 10-15 tahun kedepan pendidikan di Indonesia akan merata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun