Ina Yunus menceritakan kepada kami. Setiap hari ia bekerja sebagai penyadap karet. Tiap hari getah karet yang dihasilkan sekitar 8 kg. Biasanya, getah karet dijual ke pengepul karet seminggu sekali. Total dalam seminggu Ina Yunus bisa menyadap getah karet sekitar 48 kg. Dengan harga karet yang murah sekitar 5 ribu/kg. .
Dalam seminggu pendapatan Ina Yunus sekitar 250 ribu. Meskipun demikian total pendapatan bersih sekitar 200 ribu, karena 50 ribu jasa untuk mengangkut getah karet dari desa ke ujung jalan.
Mendengar cerita Ina Yunus, saya hanya sedikit terharu, karena dalam sebulan saja pengeluaran saya bisa melebihi pengeluaran satu keluarga Ina Yunus. Sementara, Ina Yunus mempunyai 6 orang anak. Anak pertama Ina Yunus masih berada di bangku kelas 2 SMP, sedangkan anak terakhir masih berumur 1 tahun.
Ketika itu saya sempat menanyakan kemana Ama Yunus. Dengan suara terbata-bata, Ina Yunus menceritakan. Saat musim hujan 2 tahun lalu mengakibatkan hasil getah karet berkurang setiap hari.Â
Sementara, pengeluaran rumah tangga setiap bulan semakin meningkat. Ama Yunus memutuskan untuk  bekerja sebagai buruh kelapa sawit di salah satu PT yang ada di Tapanuli. Tapi, sayang sampai sekarang Ama Yunus tidak mengirim sepersenpun pendapatan yang ia peroleh kepada Ina Yunus sekeluarga.
Akibatnya, Ina Yunus berjuang sendiri untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Terkadang, pendapatan keluarga Ina Yunus setiap bulan tidak tercukupi karena cuaca dan harga karet yang terkadang turun. Akibatnya, Ina Yunus menggunakan cara gali lubang tutup lubang.
Ia hanya mendapatkan bantuan beras bulog setiap bulan. Anak Ina Yunus juga di sekolah tidak mendapatkan kartu pintar atau beasiswa kurang mampu.
Setiap hari, Ina Yunus hanya bisa memaksakan kehidupannya kepada Tuhan. Ia tidak bisa berbuat banyak. Seandainya ia ingin bekerja ke luar desa, tak ada yang menjaga anak-anaknya yang masih kecil. Dan juga di desa Eusakhozi tidak terdapat lapangan pekerjaan. Selain daripada menyadap karet dan bekerja di ladang.
Banyak anggota masyarakat di desa Eusakhozi, seperti Ama Yunus. Mereka keluar dari pulau untuk merantau ke daratan Sumatra. Kebanyakan mereka bekerja di perusahaan kelapa sawit sebagai pembuka lahan. Karena pada umumnya mereka tidak tamat sekolah sama sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H