Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Minat Membaca dan Menulis Para Siswa melalui Perpustakaan Mini

23 Oktober 2017   18:30 Diperbarui: 23 Oktober 2017   18:38 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa siswa sedang memilih buku yang hendak dibaca dan menceritakan di depan kelas buku yang telah ia baca (Dokumentasi Pribadi)

3. Berasal dari latar belakang menengah ke bawah, akibatnya para orangtua tidak mampu membeli buku.

4. Tidak tersedia perpustakaan daerah.

5. Perpustakaan di sekolah tidak difungsikan.  

Untuk mendorong para siswa untuk membaca dan menulis. Saya menerapkan trik dengan: 

Iming-iming nilai

Untuk mendorong para siswa kelas 10 UPW untuk membaca. Saya sedikit memberikan iming-iming hadiah berupa nilai. Pertama, saya menyuruh mereka untuk membaca buku yang ada di perpustakaan mini kelas selama 15 menit diawal jam pelajaran saya mengajar. Setelah mereka selesai membaca. Saya menggunakan waktu 5 menit untuk 2-3 siswa menceritakan kembali isi buku yang telah mereka baca di depan kelas. Tujuan saya melakukan ini. Supanya para siswa lain termotivasi untuk membaca buku yang diceritakan oleh siswa yang bercerita di depan kelas.

Sementara, bagi siswa yang tidak sempat bercerita di depan kelas. Mereka menulis atau mereview buku yang telah mereka baca. Kemudian, hasil review tersebut, ditempelkan di sebuah madinng yang berada di dinding depan kelas. Supanya, para siswa kelas 10 UPW bisa membaca hasil review temannya dan tertarik untuk membaca buku yang telah direview.

Beberapa hasil review para siswa (Dokumentasi Pribadi)
Beberapa hasil review para siswa (Dokumentasi Pribadi)
Umumnya di Pulau Nias budaya literasi sangat kurang. Anak-anak kurang tertarik dalam membaca. Sementara beberapa guru hanya mencoba mengerakan literasi karena termasuk dalam K13. Selain daripada itu, buku-buku yang bermutu di Nias sangatlah kurang. Akibatnya, bahan bacaan anak-anak yang suka membaca malah buku-buku dewasa. Oleh karenanya sudah saatnya di setiap daerah terpencil ditempatkan agen-agen literasi dengan pembinaan dari pusat. Supanya agen-agen literasi ini dapat memotivasi dan membagikan ilmu tentang cara membaca buku yang baik dan mereview sebuah buku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun