Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyebab Rendahnya Pembelajaran di Sekolah Dasar yang Berada di Nias Barat

11 Oktober 2017   06:32 Diperbarui: 11 Oktober 2017   08:28 3045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebanyakan siswa sekolah dasar masih kurang memahami bahasa Indonesia. Meskipun saya sudah mengulang beberapa kali materi pelajaran, mereka tetap tidak bisa memahaminya. Itulah salah satu permasalahan terbesar yang saya alami ketika mengajar, ujar Kistauli Marlina Sitanggang, guru Sekolah Dasar di SDN No. 078493 Fadorosifulubanua.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar di Indonesia. Para siswa yang memahami bahasa Indonesia dengan baik akan berdampak pada prestasi mereka yang baik di sekolah. Dengan prestasi siswa yang baik juga akan berpengaruh ke Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualiatas dan mempunyai daya saing.

Dalam sistem pembelajaran di sekolah ada 2 pihak yang berperan, guru dan siswa, seperti yang dikatakan oleh Dwi Erna R, pembelajaran adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar. Dalam pembelajaran ada dua pelaku utama yaitu  pendidik dan peserta didik.  

Berhubungan dengan kata pendidik, pada masa lalu ada sebuah kisah nyata tentang Kaisar Hirohito. Setelah Jepang kalah perang yang diakibatkan oleh bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Kota Hiroshima dan Nagasaki. Kaisar lalu mengumpulkan para jenderal yang masih tersisa, ia menanyakan  "Berapa guru yang masih tersisa?". Para jenderal pun bingung mendengar pertanyaan Kaisar Hirohito dan menegaskan pada kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi kaisar tanpa guru. Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, "kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu cara menciptakan bom. Kalau kita tidak bisa belajar, kita tidak dapat bersaing dengan mereka?. 

Maka kumpulkan para guru yang masih tersisa. Di mata Kaisar Hirohito, guru sangat penting dalam mendidik generasi Jepang. Hasil dari perintah Kaisar Hirohito menjadi terbukti. Negara Jepang tidak butuh lama untuk menjadi negara maju dan menguasai dunia dengan teknologi, seperti sekarang ini.

Dibandingkan dengan negara Jepang.  Negara kita Indonesia jauh tertinggal dibelakang. Agar negara kita pada ulang tahun emas ke 100 (2045) bisa bersaing dengan negara Jepang dan negara-negara maju lainnya. Indonesia perlu meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu meningkatkan mutu pendidikan adalah meningkatkan kualitas pembelajar di seluruh daerah di Indonesia secara merata.

Tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), tingkat yang pertama yang harus ditingkatkan mutu pendidikannya. Ditingkat ini para siswa yang masih berumur 7-12 tahun masih dengan mudah menerima ilmu dari guru. Menurut William Stern dan Clara Stern, pada masa kanak-kanak awal, perkembangan bahasa ditandai dengan: 1. Dapat menyusun kalimat tunggal sempurna 2. Dapat menyatakan perbandingan 3. Timbul pertanyaan-pertanyaan. Selain daripada itu, anak pada usia ini dapat dengan mudah menangkap segala informasi.  Dengan metode pembelajaran yang baik anak-anak usia 7-12 tahun dengan mudah menangkap  pelajaran.

Meskipun seharusnya pada usia anak 7-12 tahun dengan mudah menangkap pelajaran. Tetapi, berbeda dengan yang dialami oleh  anak-anak Sekolah Dasar di Nias Barat.  Secara geografis Nias Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Pulau Nias yang berbatasan dengan Kecamatan Tugala Oyo (Utara), Kecamatan Llwau (Selatan), Samudra Indonesia (Barat), dan Kecamatan Gid (Timur). 

Sebelum tahun 2009, Kabupaten Nias Barat masih wilayah Kabupaten Nias, tetapi sejak  26 Mei 2009 Kabupaten Nias Barat menjadi satu kabupaten tersendiri. Menurut data Sekretaris Kabinet Republik Indonesia,  tentang Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019. Kabupaten Nias Barat merupakan salah daerah yang termasuk dalam kategori 3T (Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Menurut Kepres nomor 131 tahun 2015, salah satu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal adalah   Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu penentuan SDM berkualitas adalah tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sebuah daerah.  

Tingkat pendidikan sebuah daerah berkualitas salah satu dipengaruhi oleh sistem pembelajaran sekolah yang baik dan berkualitas. Di Kabupaten Nias Barat terdapat beberapa tingkat pendidikan sekolah, mulai dari Paud, TK, SD, SD, SMP, dan SMA. Tingkat pendidikan Sekolah Dasar, merupakan awal terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Badan Statistika Nias Barat Tingkat Partisipasi sekolah pada tahun 2016 untuk usia 7-12 tahun sebesar 97,38 %. Lebih lanjut menurut data Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Barat dalam buku Kabupaten Nias Barat Dalam Angka, jumlah sekolah dasar di Nias Barat ada sekitar 103 sekolah dengan rasio murid-guru 15,62 (hlm 102).

Banyak anak-anak di Nias Barat selama proses pembelajaran ditingkat sekolah dasar  mengalami berbagai masalah dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan jawaban kuesioner kesembilan narasumber guru yang mengajar di SDN No. 078493 Fadoro Sifulu Banua, SDN No.0767716 Idohia, SDN No. 078138 Hilimbuasi, SDN No. 078138 Hilimbuasi, SDN No. 078493 Fadorosifulubanua, SDN No. 075059 Lasara Bagawu, SDN No. 071091 Sisobambowo, SDN No. 071088 Mazingo, fasilitas dalam kelas (44.4 %), metode pengajaran (94.4 %), dan Keaktifan para siswa (85.5%).

dok pribadi
dok pribadi
Dari ketiga pengelompokkan pertanyaan. Hasil jawaban yang paling rendah  adalah fasilitas dalam kelas. Penyebab fasilitas di beberapa sekolah di Nias Barat rendalah adalah dalam satu meja terdiri dari 3 orang siswa yang saling berdempetan satu sama lain, dan dalam kelas masih belum teraliri arus listrik yang mengakibatkan  para siswa jika langit mendung tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, karena kekurangan cahaya dan juga para siswa tidak dapat menggunakan proyektor atau loudspeaker.

1-59dd5722bde5755d530cc442.jpg
1-59dd5722bde5755d530cc442.jpg
Keadaan salah satu ruangan kelas di SDN.075059 LASARABAGAWU. dok pribadi
Keadaan salah satu ruangan kelas di SDN.075059 LASARABAGAWU. dok pribadi
Sedangkan berdasarkan jawaban essai para kesembilan guru terdapat 2 masalah yang dihadapi oleh para siswa Sekolah Dasar (SD) di Nias Barat adalah :

Masih ada siswa yang belum memahami bahasa Indonesia

Masih banyak siswa Sekolah Dasar di Nias Barat belum mengerti bahasa Indonesia. Para guru yang dalam proses mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah ini kesulitan dalam mengajar para siswa Sekolah Dasar. Meskipun guru telah mengulang beberapa kali materi pelajaran, tetap para siswa tidak mampu memahami pelajaran. Begitu juga dengan materi yang ditulis oleh para guru di papan tulis.

Bosan dan Malas

Akibat fasilitas yang sangat minim para siswa bosan dalam kelas. Ketika proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, 2-3 orang siswa minta izin ke guru untuk ke kamar mandi. Selain itu, para siswa malas mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru. Salah satu penyebab para siswa malas mengerjakan tugas adalah siswa tidak memiliki buku-buku pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah pemerintah Kabupaten Nias Barat memberlakukan pendidikan gratis. Para guru tidak diperbolehkan meminta uang fotocopi buku kepada para siswa, dan pihak dinas pendidikan juga tidak memberikan buku penunjang pelajaran secara gratis. Beberapa siswa sekolah dasar mendapatkan beasiswa pemerintah melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP), tetapi uang beasiswa tersebut tidak dipergunakan oleh orangtua siswa untuk membeli keperluan sekolah anak, tetapi menggunakan untuk membeli kebutuhan pokok.

Menguatkan pembelajaran di Nias Barat

Ada 2 kelompok besar permasalahan yang dihadapi Sekolah Dasar di Nias Barat, yaitu fasilitas dan para siswa yang masih belum memahami bahasa Indonesia. Untuk mengatasi permasalahan yang pertama: perlu diadakan penguatan dalam fasilitas. Penguatan dalam hal ini adalah pihak sekolah melalui dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) menyediakan aliran arus listrik di seluruh ruang kelas, penyediaan meja dan kursi, dan yang terakhir penyedian proyektor dan fasilitas pendukung lainnya. Untuk memenuhi biaya pihak sekolah juga dapat meminta bantu kepada pihak Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.  Sementara, untuk melengkapi kebutuhan buku-buku pelajaran para siswa, program pendidikan gratis yang diberlakukan oleh pemerintah Nias Barat mungkin perlu ditinjau kembali. Supanya beberapa kebutuhan belajar para siswa dapat terfasilitasi dengan baik.

Memahami bahasa Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para siswa SD di Nias Barat. Untuk mengatasi permasalahan ini dibutuhkan tenaga profesional, seperti lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dari ProVisi Education, Indonesia mengajar, atau Sokola Rimba untuk menangani permasalahan ini. Sebab mengatasi permasalahan ini gampang-gampang susah, sebab para siswa dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan lingkungan sekitar lebih banyak berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah Nias dibandingkan bahasa Indonesia. Meskipun demikian, jika ditangani oleh orang yang tepat pasti bisa teratasi dengan baik.

Permasalahan menyangkut fasilitas dan para siswa dapat memahami bahasa Indonesia dapat teratasi ke depan. Sehingga, SDM Nias Barat berkualitas dan berdampak bagi  pemerintahan daerah Kabupaten Nias Barat yang bisa keluar dari kategori daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Refrensi :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias, Buku Kabupaten Nias Barat Dalam Angka: 2017

https://carapedia.com/pengertian_definisi_pembelajaran_menurut_para_ahli_info507.html

Catatan:

Penulis hanya bisa mendapatkan informasi keadaan pendidikan Sekolah Dasar dari 9 narasumber, karena penulis tidak memiliki surat izin meneliti yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga/instasi. Sebelumnya, penulis membagikan kuesioner ke 20 orang guru, tetapi yang mengembalikan lembaran pertanyaan beserta jawaban sebanyak 9 orang guru.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun