Sudah tiga kali berturut-turut saya selalu menonton FKY (Festival Kesenian Yogyakarta). Tapi, menurutku FKY tahun ini sangat kren karena semua kesenian dan kewirausahaan kecil dan menengah sudah terwakili. Ditambah lagi dengan dekorasi, workshop, teater, dan nonton bareng film pendek hasil produksi para sineas muda Yogyakarta menambah kesempurnaan FKY tahun ini.
Sebenarnya saya tidak ada niat ke FKY tahun, karena saya sudah tebak, pasti konsep setiap tahun ini akan sama seperti konsep tahun lalu. Tapi, ketika saya sedang melewati di depan gerbang taman kuliner, Sleman, dimana FKY diadakan tahun ini. Saya melihat desain photo booth di pintu gerbang yang colourful, dan sebuah kerangka bambu yang sangat besar yang berbentuk seperti siput. Saya menjadi tertarik untuk berkunjung ke FKY.
1-2 menit melewati jejeran berbagai poster. Saya belok kiri, kearah stand-stand kerajinan tangan yang berjejeran di sebelah kanan-kiri jalan. Para pengerajin gelang, pakaian, flanel, boneka menawarkan berbagai hasil hasil kerajinan tangannya kepada para pengujung FKY. Harga hasil kerajinan tangan tidak mahal.
Hampir sama dengan harga yang ada diluar Festival. Saya sempat membeli gelang. Harganya hanya 2 sepuluh ribu. Yang saya salutkan para pengerajin di FKY sangat kreatif mendaur ulang berbagai bahan-bahan. Meskipun hasil tangan sendiri. Barang-barang yang dijual sangatlah berkualitas.
Tempat penjualan makan terletak 20 meter dari stand-stand kerajinan tangan. Menaiki 4 anak tangga dan kemudian belok kiri sekitar 15 langkah. Saya menemukan tempat penjual makan. Wah jenis-jenis makanan yang dijual di FKY sangat bervariasi, mulai dari makan kentang, ayam, makan tradisional, jajanan pasar, berbagai minuman dingin, dll. Para penjual makan sangat kreatif dalam menawarkan jualannya. Ada penjual jamur goreng menggunakan konsep, skripsi sambil teriak “makan jamur goreng…skripsi akan cepat selesai”. Saya menjatuhkan pilihan saya ke jajanan pasar, ditambah dengan es dawet.
Secara sekilas saya melihat seorang mahasiswa berambut gondrong dari ISI (Institut Seni Indonesia) menjelaskan kepada para peserta workshop tentang mengatur degradasi warna, memblok, dll. Tidak lama kemudian. Para peserta worksop mengambar di atas sebuah kain. Sebelum mewarnai. Mereka mengskate gambar yang ingin diwarnai dengan pinsil. Kemudian, baru menggambarnya dengan arkrilik. Diantara para peserta workshop ada juga 2 orang bule dan satu orang India atau Bangladesh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H