Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Satu Senyuman Kecil Mampu Mengubah Lingkungan, Dunia Lebih Damai

9 Oktober 2016   15:34 Diperbarui: 9 Oktober 2016   15:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara tidak sadar, mulai banyak masyarakat Indonesia sekarang ini sudah mulai berubah karakternya. Dulu salah satu ciri khas karakter masyarakat Indonesia yang selalu diingat oleh wisatawan manca negara, setelah pulang dari Indonesia. Masyarakat Indonesia itu murah senyum. Tetapi, karena kemajuan teknologi, kesibukan kerja, terbelit hutang, dan berbagai provokasi yang disebarkan di media sosial. Karakter itu mulai berubah. Mulai banyak masyarakat yang pelit senyum. Malah, kelihatan lebih cuek dan murung. 

Salah satu contoh yang sering lihat dan amati di beberapa kost di Jogja. Dalam satu kost, sesama anak kost yang berbeda kampus dan daerah asal. Terkadang tidak pernah senyum satu sama lain, ketika berpapasan di depan kamar mandi atau di jemuran.

Dampak ketidak ramahan itu adalah ketika seseorang kehilangan barang di kost. Satu sama lain antara penghuni kost saling curiga, dan sudah mulai kelihatan saling tuduh menuduh antara sesama anak kost, dan akhirnya muncul kemarahan. Ketika, pemilik kost menanyakan siapa pencuri barang. Coba seandainya jika satu sama lain saling melempar senyum dan saling berkomunikasi antara sesama anak kost. Pasti tidak ada kejadian saling emosi dan tuduh- menuduh.

Saya mempunyai sebuah pengalaman tentang manfaat dari senyuman. Kebiasaan saya setiap pagi. Setelah bangun dan cuci muka, saya biasanya pergi membuang sampah ke tempat sampah yang berada di depan kost. Terkadang 2-3 kali dalam seminggu, ketika ingin membuang sampah, saya bertemu dengan Pak RT. Biasanya Pak RT menyapu halaman, dan terkadang membersihkan parit yang tertimbun dedaunan.

Sebagai orang pendatang di lingkungan tersebut. Ketika tidak sengaja bertatapan muka dengan Pak RT. Saya senyum sambil sedikit menundukan muka. Pak RT terkadang membalas, “buang sampah mas”, saya membalasnya “ia pak”.

Setelah beberapa kali, saling tegur sapa dengan senyuman. Saya dan Pak RT saling berkomunikasi. Ia terkadang menanyakan makanan ciri khas di daerah saya apa, menceritakan anak-anaknya yang sudah sukses, dan pengalaman-pengalaman ketika Pak ia masih muda dulu.

Kejadian 6 bulan lalu, saya merasakan manfaat senyum dan ramah ke Pak RT. Di kost saya beberapa anak kost membuat keributan berulang kali karena pengaruh minuman beralkohol. Karena ulah mereka inilah, saya mendengar dari anak kost yang lainnya. Beberapa warga akan mengepung kost.

Tetapi karena hubungan saya yang baik dengan Pak RT. Ketika, ia sedang menyapu halaman rumahnya. Saya membicarakan kepadanya tentang rencana para warga sekitar. Akhirnya, Pak RT menjamin warga tidak akan melakukan tindakan anarkis tersebut. Singkat cerita, anak-anak kost yang suka mabuk dikeluarkan dari kost.

Itulah satu manfaat kecil dari sebuah senyuman. Karena senyuman komunikasi antara sesama menjadi lebih baik dan saling mengerti karakter sesama.

Dapat Menghindari Konflik

Sejahat-jahatnya seseorang pasti jika seseorang senyum kepadanya ketika papasan di jalan. Ia akan membalasnya dengan senyum atau setidaknya dalam hatinya berkata. “Ini orang sangat ramah”.

Senyum dapat membuat provokasi yang dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk memancing terjadinya konflik agama dapat dihindari. Mengapa bisa demikian?, karena ketika seorang pemeluk agama A berpapasan di jalan dengan salah seorang atau beberapa orang pemeluk agama B. Pemeluk agama A. Pasti akan dibalas oleh si pemeluk agama B. Atau, setidaknya mereka bisa menilai agama A tidak sombong, rendah hati, atau tidak membenci agama B.

Ketika beberapa oknum melempar provokasi di tengah masyarakat bahwa agama A adalah teroris, suka mengihina agama B, C. Sebaliknya, penganut agama B dikatakan sebagai kumpulan orang-orang kaya yang sombong, liberal, dll.

Tetapi melihat karakter agama A atau agama B setiap harinya yang murah senyum dan ramah kepada. Maka konflik yang diakibatkan oleh provokasi yang diakibatkan oleh oknum tersebut dapat dihindari.

Konflik antara dua orang atau lebih akan cepat hilang, ketika salah satu dari orang yang berkonflik memberi senyum kepada musuhnya. Pasti, orang tersebut akan luluh hatinya dan akan berteman kembali.

Semoga kedepannya masyarakat Indonesia mulai membudayakan budaya murah senyum. Satu senyuman kecil akan bisa membuat orang bisa memahami satu sama lain, dan pada akhirnya akan membuat dunia ini bertambah damai.

https://www.facebook.com/iwan.hrfa

https://twitter.com/febriwanharefa1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun