Bijak Dalam Membelanjakan Kiriman Orangtua
Untuk meminimalisir pengeluaran harus bijak. Saat mendapatkan kiriman dari orangtua. Saya kembali membuka rencana pengeluaran bulan saya. Kemudian kebutuhan saya yang bisa bertahan dalam sebulan seperti sabun, beras, sikat gigi, dan deterjen. Semua kebutuhan tersebut, saya membelanjakannya pada awal bulan. Sementara untuk pengeluaran setiap hari seperti uang lauk dan pengeluaran mingguan, fotokopi buku. Saya membagikannya sesuai dengan bagian pengeluaran masing-masing.
Contoh lainnya yang biasa saya lakukan adalah pada saat fotokopi materi kuliah. Saya lebih memilih kertas buram di bandingkan kertas hvs. Karena kertas buram Rp. 90 per lembar, sementara kertas hvs Rp. 125-150 per lembarnya. Jika materi kuliah selama 1 semester sebanyak 200 lembar. Setidaknya saya sudah irit Rp. 7.000-10.000 ribu. Itu sama saya dengan harga 1 kg beras (kebutuhan beras saya selaman 3 hari).
Bijak Dalam Memilih Teman
Saat kuliah D-3 dulu. Saya memilih untuk gabung dengan komunitas yang aktivitasnya berdiskusi tentang buku atau film. Terkadang saat akhir pekan. Kami menyewa sepeda selama 2 jam. Biasanya tempat penyewaan sepeda menyewakan sepeda kepada kami dengan harga Rp. 5.000/2 jam. Coba seandainya saat itu. Saya memilih komunitas yang anggotanya hidup glamor. Setiap hari jalan ke Café, jalan-jalan ke Semarang atau Yogyakarta. Bisa-bisa uang kiriman bulan saya Rp. 600.000 habis dalam 2 hari. Sementara untuk 28 hari kedepan saya tidakk bisa makan.
Belajar saat saya kuliah D-3 dulu. Saat kuliah S-1 di Yogyakarta. Saya memilih bergabung dengan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) kerohanian. Biasanya kegiatan UKM hanya ibadah setiap hari Jum’at, dan terkadang usaha dana.
Bermimpi
Untuk konsiten dalam pengeluaran setiap bulannya. Harus berani bermimpi. Saya dulu bermimpi setelah lulus D-3. Saya harus melanjut ke S-1 Sastra Inggris. Saya tahu saat itu orangtua tidak sanggup membiayai kuliah S-1. Buru-buru membiayai S-1. Seandainya tidak mendapatkan beasiswa biaya kuliah dari Yayasan, saya tidak bisa melanjut kuliah di Pulau Jawa. Mungkin saya hanya bisa kuliah Universitas Terbuka di kampung. Tetapi dengan pengeluaran yang konsisten dan mimpi untuk ingin melanjut. Saya bisa melanjutkan kuliah S-1 di sebuah PTS (Perguruan Tinggi Swasta) di Yogyakarta.
Kerja Sambilan
Saat saya semester 4. Saya beranikan mengajar bahasa Inggris dan beberapa mata pelajaran yang diajarkan di SD. Tarif saya mengajar untuk mata pelajaran bahasa Inggris tingkat SMA adalah Rp. 125.000/ 8x pertemuan, dan untuk tingkat SMP Rp. 90.000/ 8 pertemuan/ Dalam 1 bulan saya bisa menabung Rp. 200.00 dari hasil mengajar.Â
Jadi selama 3 tahun setidaknya saya bisa menabung Rp. 2.400.000 plus hasil tabungan saya dari uang kiriman orangtua saya kurang lebih 2 juta. Setidaknya pada saat saya lulus D-3. Saya mempunyai tabungan sebesar 4,4 juta. Uang itulah yang saya pergunakan untuk melanjut ke S1. Kemudian saat saya kuliah S-1. Saya memberanikan diri untuk menerjemahkan beberapa teks bahasa Inggris dan terkadang saya juga jadi tour guide. Setidaknya dengan pekerjaan freelance tersebut. Saya bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp. 200.000- Rp. 400.000 per bulan.