Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Terbuka untuk Bapak Presiden Jokowi

10 April 2016   07:02 Diperbarui: 10 April 2016   08:42 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat pagi Pak Presiden…

Saya tahu Bapak begitu sibuk dan mungkin tidak punya cukup waktu untuk membaca surat ini. Tapi, semoga ada orang yang berbaik hati menyampaikan isi surat ini kepada Bapak.
Saya ingin memberitahukan Pak, di Sumatera Utara ada sebuah pulau kecil yang jarang "terjamah" kemewahan ibukota. Mungkin Bapak pernah dengar tanah kelahiran saya ini, Pulau Nias.

Pak Presiden yang terhormat, saya menulis surat ini untuk menyuarakan isi hati saya dan masyarakat Nias secara keseluruhan. Nias sedang mengalami pemadaman listrik selama hampir 200 jam, hampir seminggu penuh. Mungkin jika pemadaman seperti ini terjadi di Pulau Jawa, masyarakat sudah demo besar-besaran di depan Istana Merdeka dan dalam hitungan jam, Pak presiden langsung menyuruh Menteri ESDM, Sudirman Said dan Direktur PLN, Sofyan Basir untuk langsung turun tangan menyelesaikan permasalahan listrik.

Tapi kami masih begitu sabar dan menanggapi hal ini dengan post-post lucu yang menyejukkan hati. Menurut beberapa sumber, pemutusan listrik ini akibat PLN nunggak, kurangnya pemasokan, dsb. Alasan ini bertahun-tahun kami terima dengan lapang dada. Tidak pernah ada solusi, dan tidak pernah ada penanganan memadai. Mungkin bagi kami, kesabaran akan selalu berbuah manis. Sayangnya tidak, yang ada keadaan memburuk, kami semakin terpuruk, merangkak dalam segala keterbatasan yang kami punya. Nias sekarang begitu gelap Pak, yang punya genset bisa dihitung dengan jari dan kami tidak bisa menggunakannya seharian karena bahan bakar yg semakin mahal. Pekerjaan terbengkalai dan kerugian lain yang tidak bisa saya jelaskan satu persatu.

Pak Presiden, sebenarnya kami menaruh harapan besar ketika Bapak terpilih menjadi orang nomor satu di negeri ini. Jangan bilang ke siapa-siapa ya Pak, 84 % masyarakat Nias memilih Bapak pada saat Pemilihan Presiden 2014. Kalau keadaan tidak darurat seperti sekarang ini, sebenarnya kami akan "mencari solusi sendiri". Buktinya masalah gizi buruk yang parah, kasus korupsi, gaji PNS yang tidak dibayarkan sampai sekarang, hasil pertanian yang dibayar begitu rendah, gedung sekolah yang tidak layak pakai, akses pelayanan kesehatan yang sangat susah pun tak pernah sampai ke telinga Bapak. Kasusnya hilang begitu saja bak tertelan bumi. Terabaikan begitu lama, mendidik kami menjadi masyarakat yang "terlalu mandiri".

Pak Jokowi yang terhormat,,
Kami tidak seperti masyarakat Indonesia kebanyakan, yang terus menyalahkan Bapak untuk semua permasalahan yang terjadi di Negara ini. Kami hanya meminta sedikit belas kasih Bapak. Boleh tidak Pak, sedikit dari pasokan listrik di Pulau Jawa dibagikan ke kami?. Tidak perlu sestabil disana Pak, secukupnya saja. Pedamaman bergilir pun tak apa. Setidaknya tidak separah seperti sekarang ini.

Yang terakhir Pak, saya dan masyarakat Nias berharap Pak presiden bisa menyempatkan diri untuk blusukan ke Pulau Nias. Demikian surat saya ini Pak. Semoga Bapak presiden yang terhormat tidak menilai surat saya ini dari rangkaian kata yang ada di dalamnya, tapi menilai dari ketulusan hati saya sebagai seorang anak bangsa yang prihatin dengan keadaan Pulau saya tercinta. Terima salam saya dalam bahasa daerah Nias, Ya’ahowu.

 

Tertanda,
Winter Inevi Presly Hulu

 

[caption caption="Credit by : Agus Hardian Mendrofa"]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun