Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Death of Bahasa at It's Own Land (Kematian Bahasa Indonesia di Tanahnya Sendiri)

14 Januari 2016   09:57 Diperbarui: 14 Januari 2016   11:00 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENG-JOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.

Inilah salah satu isi sumpah pemuda, yang telah di susun beberapa puluhan tahun yang lalu oleh para pejuang bangsa Indonesia. Secara perlahan-lahan sumpah ini hanya bukti sejarah bagi anak-anak Indonesia masa kini, bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan kesatuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Sekarang ini anak-anak terkhususnya di kota-kota besar lebih banyak menggunakan 2 bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu topik pembicaraan. Misalnya saja gw lagi on the way ne tunggu ya dan xry my homework late to take on Mr.X’s table” dll. Bukan hanya dalam pergaulan saja, dalam hal produk juga. Jika sebuah toko mempromosikan barangnya dengan menggunakan bahasa Inggris. Maka harga barang lebih tinggi di bandingkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Salah contoh toko tas kulit di instagram mempromosikan barangnya dengan menggunakan bahasa Inggris one of the material this bag is leather. Harga tas tersebut jutaan rupiah dan orang banyak meregram, kemudian memberikan tanda suka.

Bukan hanya dalam produk tas saja, jika memesan kopi dengan menggunakan kopi hitam maka harga kopi 3 ribu rupiah, Tapi. Jika memesan black coffe harga kopi bisa menjadi 15 – 20 ribu. Sementara yang menjadi konsumen dari toko-toko adalah orang Indonesia bukan orang Inggris atau orang Amerika. Mengapa harus memaksa menggunakan bahasa Inggris ke konsumen yang mempunyai bahasa persatuan Bahasa Indonesia.

Penggunaan secara berlebihan bahasa Inggris bukan hanya di kalangan para generasi bangsa. Di kalangan atas yang ahli di bidang penyakit yang sama terjadi juga. Seperti yang di post di Fb hari ini tentang undangan Kusala Sastra Khatulistiwa yang ke 15. Undangan ini di buat oleh sebuah lembaga yang memberikan penghargaan bagi para sastrawan/I Indonesia. Pastinya dalam memberikan penghargaan kepada seseorang sastrawan akan memperhatikan gaya bahasa penulis bahasa Indonesia si sastrawan. Tapi seadainya demikian mengapa dalam poster undangan lebih menonjolkan bahasa Inggris di bandingkan bahasa Indonesia. Malah penggunaaan bahasa Indonesia hanya pada judulnya saja.

 

Apakah ini sama dengan toko tas atau toko kopi ?. Jika menggunakan bahasa Inggris maka harga produknya semakin naik?

 Sumber Foto :

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10208437064182601&set=a.3950926090025.172654.1186303858&type=3&theater

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun