Mohon tunggu...
Iwan Sunarya
Iwan Sunarya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

mengalir bersama denyut nadi buruh dan pekerja seni lukis batik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memberdayakan Buruh Batik Belia, Mungkinkah?

17 Oktober 2011   12:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:51 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buruh batik adalah salah satu elemen penting dalam proses penciptaan batik, tanpa mereka bisa jadi batik hanya akan menjadi industri pabrikan ( sablon dan Printing ), Buruh batik berperan mulai dari membuat pola, mencanting, mewarnai, Nglorod ( meluruhkan malam dari kain ) sampai pada proses menjemur. Buruh batik dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan :

  1. Pemula yaitu buruh batik yang belum berpengalaman biasanya berperan dalam proses pewarnaan ( nyolet dan ngerek ), pada umumnya buruh batik pemula terdiri dari anak-anak sehingga dapt dikategorikan rawan terhadap eksploitasi anak, pendapatan buruh batik pemula biasanya antara 10-15 ribu perhari.
  2. belum mahir yaitu buruh batik yang sudah mampu menguasai tehnik pewarnaan  maupun tehnik meluruhkan malam ( nglorod ) dan mulai belajar menggunakan canting cap, pada kategori ini biasanya diambil dari buruh batik pemula yang telah beranjak dewasa. pendapatan buruh batik belum mahir antara 17500- 20 ribu perhari
  3. Mahir yaitu buruh batik yang telah mampu menguasai tehnik pewarnaan dan menggunakan canting cap dengan baik. disamping itu telah mampu menyesuaikan pola dengan model baju yang hendak dibuat. pendapatan mereka pada kisaran 25-35 ribu perhari.

dari tiga klasifikasi diatas satu hal yang jelas bahwa rata-rata buruh batik hanya mengeyam pendidikan formal setingkat SD, bayangkan saja jika mereka yang super kreatif itu dapat mengeyam pendidikan setingkat Diploma. satu hal yang merisaukan bagi saya adalah makin tingginya angka anak putus sekolah yang menjadi buruh batik, data yang kami punya dari 4000 jiwa penduduk desa kami  terdapat 80 anak yang bekerja di industri ini. memang menjadi buruh batik adalah sebuah pilihan, tetapi tentunya dengan membiarkan mereka " tereksploitasi" sama halnya dengan menyetujui ekspolitasi itu sendiri. Kiranya perlu dipikirkan cara untuk memberdayakan buruh batik khususnya buruh batik yang masih berusia belia, agar mereka mampu dan bisa memperoleh hak mereka sebagai seorang anak.... mohon saran dari rekan-rekan kompasiana... salam dari kota batik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun