Ketika ilusi realitas ini terganggu, individu tersebut bisa hidup dalam dunia yang sangat berbeda dari orang-orang di sekitarnya, membuatnya sulit untuk berkomunikasi dan berfungsi dalam masyarakat. Ini menunjukkan bahwa, meskipun realitas kita mungkin adalah ilusi kita sendiri, memiliki ilusi yang konsisten dan terkoordinasi dengan orang lain adalah kunci untuk hidup yang stabil.
Apakah Ada Realitas Sejati ?
Pertanyaan apakah ada realitas sejati dari di balik semua ini masih menjadi misteri besar dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Teori- teori kuantum dan kajian tentang kesadaran menunjukkan bahwa apa yang kita pahami sebagai "dunia nyata" mungkin hanya salah satu dari banyak kemungkinan realitas yang bisa kita alami. Beberapa filsuf bahkan berpendapat bahwa realitas mungkin tidak ada sama sekali di luar kesadaran individu, dan bahwa setiap orang pada dasarnya hidup dalam alam semestanya sendiri.
Jika benar bahwa tidak ada realitas objektif yang absolut, maka mungkin setiap individu menciptakan versinya sendiri, berdasarkan batasan-batasan otak, pengalaman, dan interaksi sosialnya. Namun, hingga saat ini, kebenaran tentang realitas sejati masih menjadi sesuatu yang sulit dipahami, mungkin diluar jangkauan pemahaman manusia.
Dunia Sebagai Halusinasi Terbesar Kita.
Dengan pemahaman bahwa dunia adalah konstruksi mental yang diciptakan oleh otak, kita bisa menyimpulkan bahwa hidup kita adalah perpaduan antara persepsi subjektif dan kesepakatan sosial. Mungkin kita tidak benar-benar "hidup dalam kenyataan", tetapi dalam dunia yang diciptakan oleh otak untuk memenuhi kebutuhan kita dalam menjalani hidup sehari-hari. Apapun kenyataan/ realitas sejati yang ada di luar sana, kita semua menjalani halusinasi yang sama, hanya saja dengan cara yang cukup konsisten sehingga kita bisa menyebutnya sebagai realitas bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H