DUNIA INI ADALAH HALUSINASI INDIVIDU : Mengapa Semua yang Kita Ketahui Diciptakan Oleh Otak ? Apakah segalanya ini hanya manifestasi dari otak kita sendiri ?
Pernahkah kita berpikir bahwa segala hal yang kita lihat, dengar, rasakan, dan alami sebenarnya hanyalah konstruksi dari pikiran kita sendiri ? Bahwa hukum fisika, prinsip moral, identitas diri, dan kehidupan ini adalah hasil dari interpretasi otak yang mengisi kekosongan di luar sana ? Ide ini memicu perdebatan filosofis panjang mengenai "realitas", yang mungkin hanyalah ilusi yang dihasilkan oleh otak kita. Jika ini benar, maka "realita" bukanlah sesuatu yang independen dari kita, melainkan sebuah halusinasi individu atau halusinasi pribadi kita sendiri.
Dunia Sebagai Konstruksi Mental.
Otak manusia adalah organ yang luar biasa, dansgaa persepsi tentang dunia luar sepenuhnya bergantung pada bagaimana otak memproses informati. Dalam hal ini, dunia yang kita "lihat" adalah dunia uang diciptakan oleh otak, bukan dunia sebagaimana adanya. Proses pengolahan ini mencakup segalanya, mulai dari cara kita memandang warna, bentuk, suara, hingga konsep-konsepp abstrak seperti hukum alam dan prinsip-prinsip moral.
Dalam prosesnya, otak menangkap informasi dari indera kita (mata, telinga, kulit, dll) dan mengolahnya menjadi pengalaman yang koheren. Namun, apa yang diolah otak bukanlah representasi pasti dari kenyataan, Otak hanya memberikan "terjemahan" dari data sensorik menjadi sesuatu yang dapat dipahami. Hal ini membuka kemungkinan bahwa realitas yang kita alami bukanlah realitas sebenarnya, melainkan hanya ilusi yang konsisten dengan bagaimana otak kita bekerja.
Halusinasi Sebagai Realitas : Kasus Penderita Skizofrenia Akut.
Skizofrenia akut adalah gangguan dimana seseorang bisa terjebak dalam halusinasinya sendiri yang seolah-olah itu adalah kenyataannya dan penderita tak bisa kembali karena menurut penderita itu kenyataan mutlak bukan halusinasi seperti menurut orang lain. Dalam halusinasi mereka itu semua nyata "bagi mereka". Halusinasi suara, penglihatan, alamiah seperti normalnya manusia pada umumnya dengan segala hal yang ada di semesta ini. Tapi itu hanyalah halusinasi penderita skizofrenia. Segalanya tampak nyata hingga bagi penderita itulah kenyataan mutlak. Bagi orang lain mungkin itu halusinasi. Penderita skizofrenia akut bisa sampai dalam tahap hidup dalam kenyataan di dunia halusinasinya dan tak bisa kembali karena menurut mereka itulah kenyataan sebenarnya.
Skizofrenia akut memberikan contoh nyata tentang bagaimana seseorang bisa hidup dalam dunia halusinasi yang dianggap sebagai realita mutlak. Seseorang dengan skizofrenia parah seringkali mengalami delusi dan halusinasi yang sangat kuat, hingga mereka tidak dapat membedakan antara pengalaman halusinasi mereka dan dunia "nyata" di luar. Misalnya, seorang penderita skizofrenia mungkin merasa bahwa ia diawasi oleh orang-orang yang sebenarnya tidak ada atau mendengar suara yang bagi mereka sangat nyata.
Dalam kasus skizofrenia, otak menciptakan realitas yang benar-benar menyeluruh dan mendalam, lengkap dengan "tokoh" atau "suara" bahkan hal tak terbatas yang ada dalam pikiran penderita. Dunia yang dialami itu adalah hasil dari konstruksi otak mereka, yang tidak dapat dibedakan dari realitas. Seperti kita mempercayai kenyataan yang kita alami, mereka pun mempercayai dunia halusinatif mereka dan bagi mereka itu kenyataan yang penderita alami. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dianggap sebagai "realitas" sepenuhnya bergantung pada persepsi dan keyakinan, bukan pada fakta objektif yang berada di luar.Â
Fisika Sebagai Produk Imajinasi Kolektif.
Menariknya, teori ini tidak hanya berlaku pada persepsi individu tetapi juga dapat diterapkan pada konsep-konsep yang kita anggap objektif, seperti hukum fisika. Hukum-hukum fisika seperti gravitasi atau termodinamika muncul dari hasil pengamatan manusia terhadap dunia sekitar, dan kita menyusunnya agar bisa dipahami secara konsisten oleh otak kita. Dari sudut pandang ini, hukum fisika tida lebih dari "kesepakatan" yang dibuat oleh manusia berdasarkan pengalaman kolektif. Mereka bukan kebenaran absolut, tetapi konsep-konsep yang berguna bagi otak untuk memahami dunia.