Mohon tunggu...
iwak pitik
iwak pitik Mohon Tunggu... Freelancer - S1 Teknik Informatika

(Wiguna Mahardika) adalah lulusan S1 jurusan Teknik Informatika dengan IPK 3.32. Memiliki kemampuan interpersonal yang baik, berpikir kritis dan kreatif. Selalu bersemangat untuk berkembang dalam segala bidang diterapkan untuk mengembangkan kualitas.

Selanjutnya

Tutup

Horor

~Siluman Asu~ Gadis Penggembala Tikus Teror Masyarakat

25 Oktober 2024   21:36 Diperbarui: 25 Oktober 2024   21:40 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Dari kejauhan Agus mendengar suara gemerisik seperti tikus yang sedang mengorek-orek sesuatu. Dia mengambil senapannya dan secara perlahan mendekati suara itu. Dikala fokus matanya yang memandang secara tajam ke arah suara, bukanlah tikus yang ia lihat. Agus justru melihat ada gadis kecil dengan dress putih dan rambut yang menutupi mukanya. Tidak merasa heran sedikitpun Agus pun mendekatinya dan bertanya mengapa malam-malam di situ. Gadis itu tak menjawab satu patah kata pun. Terkejutlah Agus saat gadis itu menyibakkan rambutnya, memperlihatkan mukanya yang rata. Karena memang Agus orang yang sembrono, bukannya takut justru di arahkanlah senapan yang ia bawa ke arah gadis tersebut. Namun peluru yang ia tembakkan tembus ke arah badannya. 

Beberapa kali peluru ditembakkan justru yang terjadi gadis itu membesar dan merubah wujudnya menjadi Siluman Asu yang mengerikan. Wujud itu terus membesar hingga sempurnalah wujud Siluman Asu. Mata berwarna merah, taring yang berantakan, lidah yang menjular panjang menyentuh tanah. Siluman Asu melolong memanggil pasukan tikusnya untuk melibas padi di sawah Agus. Kini Agus merasakan sendiri apa yang diceritakan masyarakat. Tikus-tikus menutupi semua padi di sawahnya seakan-akan itu bukan sawah lagi, akan tetapi lautan tikus yang sedang melibas padi-padi Agus. Agus tak bisa berbuat apa apa, disisi lain perwujudan besar Siluman Asu masih di depannya. Menatap Agus dengan sangat tajam seperti ingin melahabnya. Tak bisa menahan ketakutan itu Agus memutuskan berlari kencang pulang menuju rumahnya. Ia tak peduli padinya habis dimakan tikus. Ia lebih mementingkan keselamatannya saat itu.

pamungkas.com
pamungkas.com

          Singkat cerita dari kejadian-kejadian  yang dialami masyarakat Desa terus terjadi. Banyak yang gagal panen sebab ulah Siluman Asu. Hal ini membuat masyarakat sepakat bahwa harus ada yang mengusir Siluman Asu supaya padi-padinya aman lagi. Supaya tak ada lagi kejadian-kejadian mengerikan dan meresahkan yang menimpa masyarakat Desa. Sularso selaku kepala desa mendatangkan ahli spiritual untuk mengusir makhluk itu. Namanya Mbah Ndong, ahli spiritual yang disepuhkan yang tinggal di sekitar wilayah tersebut. Sebenarnya Mbah Ndong sudah mengetahui hal tersebut atas cerita-cerita yang beredar semakin luas. 

Mbah Ndong hanya menunggu waktunya saja untuk menanganinya. Dengan waktu yang telah ditentukan yaitu bulan suro, Mbah Ndong ditemani Agus orang yang pernah mengalami kejadian menuju ke sawah tempat padi yang sudah menunjukkan waktunya panen. Sembari membaca mantra, Agus menyebarkan garam yang diberi Mbah Ndong untuk disebar di tubuh Agus. Tak lama Mbah Ndong membaca mantra Agus yang tadinya sedang diam sambil menghisap rokok dikejutkan dengan melihat sebuah istana yang megah di seberang sungai. Itu adalah tempat tikus-tikus itu mengumpulkan padinya kata Mbah Ndong. Mbah Ndong mengajak Agus untuk menuju tempat tersebut. 

Setelah sampai di tempat tersebut, Mbah Ndong dan Agus sudah disambut dengan Si Gadis Kecil dan tikut-tikus pengikutnya. Seakan mereka sudah tahu bahwa Mbah Ndong ingin mengusirnya. Gadis itu langsung merubah wujudnya menjadi wujud yang mengerikan,  yaitu Siluman Asu bermata merah dengan lidah menjular panjang menyentuh tanah. Agus sempat ingin berlari meninggalkan Mbah Ndong namun tak bisa karena saking banyaknya tikus yang mengelilingi mereka. Mbah Ndong tampak berkomunikasi dengan makhluk tersebut. Sedangkan Agus memilih memejamkan mata karena takut melihat itu semua. Setelah sekian lama berkomunikasi dengan Siluman Asu, Mbah Ndong mengajak Agus untuk pulang. Agus pun mengiyakan ajakan Mbah Ndong dan mereka pulang.

psbdlngt.com
psbdlngt.com

          Di kemudian harinya Mbah Ndong menuju rumah Sularso bapak kepala desa Sebayanan. Mbah Ndong menceritakan apa yang terjadi pada malam itu bersama Agus. Mbah Ndong menjelaskan kepada Sularso bahwasanya makhluk itu tak mau pergi dan ia tak mudah dikalahkan. Namun ada satu cara agar dia tidak meresahkan masyarakat lagi, agar dia tidak menghabisi padi-padi lagi. Yaitu dengan menumbalkan satu pasang kerbau jantan dan betina setiap tahunnya di bulan Suro. 

Mendengar itu Pak Sularso langsung menyetujui permintaan tersebut agar masyarakatnya hidup tenang dengan hasil panennya dan Sawahnya yang diolah warga juga tak mengalami gagal panen lagi karena ulah tikus. Lantas Sularso segera membelikan sepasang kerbau jantan dan betina untuk ditumbalkan kepada Siluman Asu di hari itu juga dalam bulan Suro dan di tahun-tahun berikutnya. Kini masyarakat sudah tak mengalami gagal panen lagi dan bisa hidup dengan tentram. Meski begitu, masih ada beberapa warga yang ditampakkan Siluman Asu yang mengerikan tersebut, tapi itu tak menjadi masalah yang serius karena makhluk itu sudah tak pernah menghabisi padi lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun