Mohon tunggu...
iwak pitik
iwak pitik Mohon Tunggu... Freelancer - S1 Teknik Informatika

(Wiguna Mahardika) adalah lulusan S1 jurusan Teknik Informatika dengan IPK 3.32. Memiliki kemampuan interpersonal yang baik, berpikir kritis dan kreatif. Selalu bersemangat untuk berkembang dalam segala bidang diterapkan untuk mengembangkan kualitas.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Nyi Gadung Melati

23 Oktober 2024   21:47 Diperbarui: 23 Oktober 2024   22:07 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah desa di tengah pegunungan memanglah sangat indah, sejuk, damai dengan pemandangan yang memanjakan mata. Akan tetapi disisi lain dari penggambaran yang indah banyak mitos-mitos atau budaya leluhur yang sangat kental hingga menjadi kepercayaan yang uniknya hal yang mulanya umpatan bisa menjadi kenyataan yang menyeramkan. Seperti halnya Amelia , Gadis Kota yang memilih tinggal di Desa bersama embahnya. 

Kesepian karena kesibukan orang tuanya dan keputusan orangtua nya yang menyetujui pekerjaan di luar negeri, membuat Amelia memilih untuk hidup bersama mbah Kakung dan mbah Putri di Desa. Yang tidak lama kemudian mbah Kakung meninggal dunia, meninggalkan Amelia dan mbah Putri hidup berdua di gubug yang bisa dibilang mewah untuk masyarakat Pedesaan. Dikarenakan memang mbah Putri sudah tua juga , orang tua Amelia menyuruh kakak Amelia yang bernama Dewi yang baru saja menyelesaikan kuliahnya untuk menemani Amelia hidup bersama mbahnya. Dan kebetulan memang saat itu Dewi diterima bekerja di salah satu Koperasi Simpan Pinjam di daerah Embah nya tinggal.

www.cahayaislam.id
www.cahayaislam.id

Kebiasaan mbah Putri sebagai orang yang memang hidup di pedesaan yang masih sangat kental kebudayaannya adalah membersihkan tempat keramat  dan memberi sesajen dengan dalih wewangian dan ucapan syukur karena telah diberi sebuah sumber mata air bersih di sebuah sumur pojok desa. Setiap sore selasa kliwon mbah Putri melakukan itu. Amelia gadis yang  lugu selalu diajak mbah Putri untuk bersih sumur (istilah yang sering disebutkan mbah Putri) ketika mengajak Amelia. Amelia pun sangat menyukai akan hal itu karena dia bisa sambil bermain air yang segar dari sumur tersebut dilengkapi dengan sekeliling sumur yang ditumbuhi tumbuhan-tumbuhan buah liar seperti pohon jambu dimana jambu tersebut selalu berbuah dan dibawahnya adalah tempat untuk meletakkan sesaji itu oleh mbah Putri.

www.picswalpapper.com
www.picswalpapper.com

Pada selasa kliwon saat itu dimana hari gelap karena mendung saat mbah putri membersihkan sumur, Amelia berniat mengambil bunga di balik pohon jambu tersebut , secara tidak sengaja Amelia seperti melihat kakaknya yaitu Dewi di arah depan melambaikan tangan membawa buah jambu yang besar-besar. Amelia pun mendekatinya dengan perlahan melompati semak semak belukar sampai menundukkan kepala karena batang semak belukar memaksakan untuk merunduk. Disaat Amelia melewati semak itu dan melihat ke arah kakaknya, yang tadinya memang  benar-benar kakaknya, tiba-tiba kepalanya berputar dan terbang menabrak ke muka Amelia. Disitu Amelia tak sadarkan diri, di sisi lain mbahnya mencari Amelia hingga dia kembali ke rumah dipikirnya Amelia sudah mendahuluinya pulang. 

Ternyata memang tidak ada, si Dewi kakaknya pada saat itu memang sedang di rumah belum melihat Amelia semenjak dia pulang bekerja. Mbah dan Dewi kembali ke sumur untuk mencarinya lagi, tak lama kemudian di balik semak semak Dewi melihat sandal amelia,Dewi memanggil mbah dan mereka mendekatinya. Mereka terkejut melihat Amelia yang tak sadarkan diri membawa sebuah jambu. Mbah menyuruh Dewi untuk menggendong Amelia dan mereka pulang, yang anehnya Amelia tidak pernah melepaskan jambu itu dari genggamannya hingga sesampainya di rumah.

Sesampainya di rumah mbah menyuruh Dewi memanggil Pak Bayan, Pak Bayan adalah seorang ahli spiritual yang biasanya diundang dalam pertunjukan kuda lumping untuk menyembuhkan orang kesurupan. Dewi bergegas melangkah untuk menuju rumah Pak Bayan, dan secara kebetulan Pak Bayan seperti memiliki firasat untuk ke rumah mbah Putri entah apa tujuan dan maksud dari firasat itu. Dewi bertemu Pak Bayan di pekarangan rumah saat Pak Bayan ingin menuju pintu rumah mbah. Melihat raut wajah Dewi yang menunjukkan rasa panik dan takut, Pak Bayan bertanya kepada Dewi kenapa dia terlihat ketakutan. Dewi pun selalu menjawab hanya dengan satu kata, yaitu "Amelia". Pak Bayan bergegas masuk bersama Dewi menuju Amelia yang sedang terbaring di temani mbah Putri. Tak lama melihat Amelia yang sedang terbaring, Pak Bayan keluar lagi. Mbah Putri bingung , baru saja masuk melihat Amelia kok keluar lagi. 

Mbah putri menyusul Pak bayan keluar dan menanyakan kenapa  Pak bayan keluar lagi. Pak bayan pun bertanya pada Mbah putri bahwasanya Pak bayan melihat wanita yang sangat cantik memakai pakaian adat jawa dengan selendang warna hijau di sudut kamar itu siapa. Mbah putri semakin bingung karna di rumah itu hanya ada dia, Dewi, dan Amelia, lalu mbah putri menegaskan pada Pak bayan bahwa pak bayan tidak boleh mengada ada ("tidak elok") kalau kata orang jawa mengada ada karena di rumah hanya ada Mbah, Dewi, dan Amelia. Tak berselang lama, terdengar suara wanita dari dalam rumah memanggil mbah. 

Dengan tergesa-gesa mereka berdua masuk ke dalam rumah, ternyata itu suara Dewi yang ingin memberitahu bahwa Amelia sudah siuman dari pingsannya. Disaat Amelia tersadar dari pingsannya kalimat pertama yang diucapkan Amelia adalah belah jambu sambil menyodorkan jambu yang masih berada di genggamannya. Di belahlah jambu oleh mbah disaksikan Dewi dan Pak Bayan. Ketika jambu terbelah mereka semua terbelalak melihat di dalam jambu terdapat Batu Akik berwarna hijau seukuran bola pingpong berpolakan 2 gunung di satu sisi, di sisi lain tampak berpolakan wanita yang dipaksa kerja pada jaman penjajahan. Amelia pun berkata kepada Embah untuk menyimpan batu akik tersebut.

stock.adobe.com
stock.adobe.com

Singkat cerita Amelia telah beranjak dewasa. Sekarang Amelia sudah duduk di bangku SMA kelas 12 di salah satu SMA di pusat kota di sekitar daerah tersebut. Jarak dari Rumah mbah ke sekolah sekitar 30 menit perjalanan. Semenjak kejadian waktu itu Amelia semakin menjadi orang yang pendiam. Suka berbicara sendiri, tanpa diketahui siapapun, Amelia bisa dikatakan indigo dan dimanapun Amelia berada, Ia selalu ditemani sosok berselendang hijau yang pada waktu itu dilihat Pak bayan. Dewi kakaknya Amelia kerap sekali heran ketika bersama Amelia, tak jarang Amelia tiba-tiba berteriak ketakutan. 

Tapi Amelia enggan untuk menceritakannya bahwa disaat dia berteriak itu disaat dia melihat hal-hal gaib yang menakutkan seperti kuntilanak yang tingginya mencapai pohon kelapa bermulut tiga, orang dengan kepala di punggung berjalan kayang, gundul pecengis(hantu kepala gundul) dan tak jarang juga ia melihat sosok sosok yang kemudian memutar kepalanya kemudian kepalanya terbang menabrak muka Amelia. Di setiap gerombol pohon pisang pasti Amelia melihat pocong, di rerimbunan bambu selalu melihat genderuwo. Seperti sosok-sosok itu ingin menyerang Amelia akan tetapi selalu muncul juga wanita berselendang hijau itu dimana ketika dia muncul, sosok-sosok yang mau menyerang Amelia menghilang.

Nyi Gadung Melati, itu yang dikatakan wanita berselendang hijau kepada Amelia. Dimana Amelia mencium harum melati yang semerbak pasti ada Nyi Gadung Melati disitu. Nyi Gadung Melati adalah sosok penunggu sumur dimana dia selalu diajak neneknya untuk bersih(membersihkan sumur dan menaruh sesaji). Sekarang sosok itu selalu mengikuti Amelia, bisa dikatakan melindungi Amelia. Di sisi lain melindungi, semenjak adanya Nyi Gadung Melati itulah yang membuat Amelia bisa melihat hal-hal tak kasat mata yang membuat Amelia risih dan terganggu. Risih karena dimanapun Amelia berada pasti ada saja sosok-sosok aneh yang menyeramkan bahkan menjijikkan, maka dari itu Amelia merasa sangat terganggu di kehidupannya. 

Seiring berjalannya waktu, Dewi kakak Amelia semakin merasa bahwa ada yang aneh di diri Amelia. Saking seringnya Dewi melihat tingkah aneh Amelia yang seringkali mendengarnya berbicara sendiri dan berteriak tiba-tiba hingga menangis. Dewi mempertanyakan hal itu kepada Abah Man. Abah Man adalah paman Dewi dan Amelia sekaligus guru mengaji Dewi yang tinggal tak jauh dari Desa mbah putri (tetangga desa). Dewi menceritakan semua keanehan Amelia kepada Abah Man hingga menceritakan bahwa Amelia pernah mengalami kejadian yang selalu Dewi ingat, yaitu kejadian di sumur di waktu yang sudah silam dimana menemukan Amelia yang pingsan dengan sebuah jambu yang ketika dibelah berisi Batu Akik. Abah Man tadinya meminta Dewi datang bersama Amelia, tapi Abah Man berubah pikiran, Abah Man yang akan ke Rumah mbah putri saja.

seputaranmisteri.blogspot.com
seputaranmisteri.blogspot.com

Keesokan harinya Abah man datang ke rumah mbah putri. Abah man tidak menceritakan kedatangannya atas apa yang diceritakan oleh Dewi. Sesampainya di rumah Embah putri Abah man langsung disambut oleh sosok Nyi Gadung Melati di samping rumah dibalik pohon Belimbing dengan muka yang tampak marah. Tampak kuntilanak setinggi pohon kelapa dibelakang sosok Nyi Gadung Melati yang mana ternyata kuntilanak dan sosok-sosok yang sering dilihat Amelia sehingga Amelia berperilaku aneh adalah sosok-sosok pengikut Nyi Gadung Melati. Hal itu dibisikkan kepada Dewi ketika Dewi menemui Abah man di depan rumah mbah putri saat Abah man ingin ke rumah mbah putri. Tak lama sosok-sosok itu menghilang dan mereka beranjak masuk.

 Sambutan hangat mbah dan Amelia karna lama tak bertemu Abah man dikarenakan Abah man baru saja pulang dari Tanah Suci. Mereka asik berbincang di ruang TV sampai pada waktunya obrolan itu  terjeda ketika Amelia beranjak untuk menuju kamar kecil. Selang beberapa menit Amelia berteriak sangat kencang disusul TV yang mati secara tiba-tiba. Dewi bergegas menyusul Amelia ke kamar kecil, alangkah terkejutnya ketika Amelia buang air kecil, yang keluar adalah tali rafia yang penuh dengan darah. Dewi membantu bebersih Amelia dan menceritakannya kepada Abah man yang menunggu di depan TV. Sesampainya di depan TV Amelia yang melihat Abah man langsung memperlihatkan muka marah dengan matanya yang berubah menjadi putih semua. Nyi Gadung Melatilah yang merasuki Amelia. Dia berkata "Aku pengen bocah iki" (saya mau anak ini). Melihat dan mendengar itu Abah man terus membacakan ayat-ayat Ruqyah. Mbah yang sangat kaget melihat kejadian itu ingat bahwa dulu disuruh Amelia menyimpan batu hijau yang dibelah dari buah jambu. Mbah berkata bahwa Amelia pernah menyuruh menyimpan batu itu. Kemudian batu itu diberikan kepada Abah man dan dilanjutkan membaca ayat-ayat ruqyah. Amelia tiba tiba berlari keluar rumah menuju sumur yang seringkali dibersihkan mbah dan Amelia waktu dulu. Sejak kejadian Amelia hilang dan ditemukan pingsan, mbah sudah tak lagi melakukan apa yang dilakukan mbah  dulu yaitu membersihkan sumur dan menaruh sesaji. 

kenmei.edu.vn
kenmei.edu.vn

Amelia yang dirasuki Nyi Gadung Melati berlari dan hendak menceburkan dirinya ke sumur itu, Abah man yang menyusul larinya Amelia langsung mencengkram baju Amelia disusul Dewi dan mbah putri yang langsung memeluk Amelia. Abah man melanjutkan membacakan ayat-ayat ruqyah disusul munculnya sosok-sosok pengikut Nyi Gadung Melati termasuk kuntilanak setinggi pohon kelapa bermulut tiga. Sosok-sosok itu memperlihatkan diri dengan bentuk terseram mereka. Dewi yang saat itu tak sengaja melihat ke arah mata kuntilanak itu, Dewi ditampakkan seperti halnya yang biasa dilihat Amelia. Kepala kuntilanak itu berputar dan lepas dari badannya kemudian terbang menabrak muka Dewi. Dewi merasa kepanasan, kulitnya seperti melepuh hingga memuntahkan darah. Akan tetapi Dewi tetap menggenggam Amelia tanpa mempedulikan rasa panas dan apa yang terjadi pada dirinya. Seiring bacaan-bacaan ruqyah dilantunkan sosok-sosok itu satu persatu mulai hilang, dan Nyi Gadung Melati yang awalnya merasuki Amelia keluar dari tubuh Amelia dan Amelia pun terbujur lemas. Nyi Gadung Melati menampakkan diri dengan bentuk terseramnya yaitu kepalanya yang sompal dan kulit muka terkelupas dengan mata sebesar bola pingpong, melayang di atas sumur. Melihat itu Dewi dan mbah Putri sangat ketakutan, menangis sambil memeluk erat Amelia yang terbujur lemas. Seusai membacakan ayat-ayat ruqyah, Abah man melempar batu yang diberi mbah putri ke sosok Nyi Gadung Melati. Ketika batu dilempar dan sampai ke sosok itu terjadi letusan yang mengeluarkan asap dan sosok Nyi Gadung Melati pun menghilang.

Kemudian Abah man mengajak mereka untuk pulang. Amelia yang terbujur lemas digendong oleh Abah Man dibantu dengan Dewi dan mbah Putri. Sampai di rumah mbah putri, Amelia yang terbujur lemas ditidurkan di Kamar. Lalu Abah man menceritakan apa yang terjadi itu adalah karena Nyi Gadung Melati yang ingin mengganggu Amelia karna memang halnya bangsa seperti itu tugasnya mengganggu dan menyesatkan manusia. Nyi Gadung Melati membuat Amelia bisa melihat hal-hal seperti itu supaya Amelia terus berlindung pada Nyi Gadung Melati dengan dalih Nyi Gadung Melati Melindungi. Padahal yang sebenarnya Nyi Gadung Melati ingin menjadikan Amelia budak di alam bangsa Gaib dan mengambil aura Amelia untuk mempercantik paras Nyi Gadung Melati di alamnya.

www.sitnas.id
www.sitnas.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun