"Jika sepekan kedepan angka kasus positif Covid-19 tak kunjung turun, maka bisa dipastikan seluruh rumah sakit di Pulau Jawa dan Bali kolaps," Dan itu artinya, Rumah Sakit (RS) selanjutnya tidak akan menerima pasien dengan optimal. Kurang lebih, begitulah bunyi berita BBC Indonesia yang saya baca.
Saya pribadi tidak kaget dengan berita diatas. Restoran masih menerima dine-in, perkantoran yang masih menerima 25% karyawan untuk work from office (WFO), serta masih terlihat orang-orang yang berkerumun tanpa menggunakan masker. Meskipun pemerintah sudah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan membatasi jam buka restoran hingga jam 8 malam, masih ada saja celah untuk virus ini menyebar. Â
Tetapi jika dipikir-pikir lagi, memang tidak segala kegiatan bisa dilakukan secara daring. Contohnya saja mahasiswa, ada beberapa mata kuliah yang memerlukan kerja praktek/ di laboratorium.Â
Teman saya yang seorang mahasiswa kedokteran harus menghabiskan sebagian waktunya untuk belajar mengidentifikasi penyakit pasien melalui daring. "Feel nya beda kalau kita mengamati langsung dibandingkan hanya belajar dari monitor", begitulah imbuh teman saya ini. Belum lagi gangguan koneksi internet yang dapat menghambat proses daring.
Program Covid-19 Indonesia
Program pemerintah untuk menurunkan jumlah penderita Covid-19 seakan kurang berhasil, jika melihat angka penderita Covid-19 yang tak kunjung turun.
Baru saja sebuah kafe di Bandar Lampung mendapat 'amukan' dari Satgas Covid-19, Yan Budi, yang juga menjabat sebagai Kapolresta Bandar Lampung Kombes. Amukan ini pun tak lain dari sikap pengunjung kafe itu sendiri. Para pengunjung kafe tidak segera membubarkan diri meskipun Yan Budi telah meminta mereka dengan santun. Ada lagi satu pengunjung yang menolak menggunakan masker.
Hingga artikel ini ditulis, setidaknya sudah ada 1,012,350 penduduk Indonesia yang terkena positif Covid-19, dengan jumlah penduduk yang sembuh sebesar 820,356 penduduk dan jumlah yang meninggal sebesar 28.468 penduduk.
Jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia, dapat disimpulkan bahwa 1 dari 270 orang di Indonesia sudah positif Covid-19.
Berkaca Dari Negara Lain
Nasi sudah menjadi bubur. Virus sudah menyebar keseluruh tanah air. Tugas kita sekarang, apa yang kita bisa lakukan dimasa depan. Bagaimana kita menghentikan penyebaran virus ini. Cara efektif apa yang bisa membawa perubahan itu.
WHO menilai keberhasilan melawan virus Corona adalah dengan mengendalikan virus itu sendiri dan mengurangi kasus kematian. Â
Direktur eksekutif kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan "Patokan untuk sukses adalah mengurangi kapasitas virus ini untuk membunuh, untuk memasukan orang ke RS, untuk menghancurkan ekonomi dan sosial kita. Kita harus mencapai titik dimana kita mengendalikan virus, virus tidak mengendalikan kita dan kita memiliki tindakan balasan yang menjaga kapasitas virus ini untuk menyebabkan kerusakan pada tingkat minimum dan kita kembali memegang kendali. Saya akan melihat itu sebagai kesuksesan"
Yang pasti, keberhasilan sebuah negara dalam merespon pandemi ini bukan hanya dilihat dari kekayaan negara tesebut ataupun dari bagusnya program kesehatan masyarakat negara itu. Amerika Serikat merupakan negara adidaya, Amerika Serikat punya program kesehatan yang baik, tetapi Amerika Serikat dianggap sebagai salah satu negara yang tidak merespon pandemi dengan baik. Satu dari 990 penduduk Amerika Serikat meninggal karena Covid-19. Â Amerika Serikat saat ini memiliki lebih banyak kasus kematian dibandingkan Taiwan dan kasus kematian timbul setiap 5 menit.
Mungkin Indonesia bisa berkaca pada negara-negara yang berhasil merespon pandemi
Taiwan
Setelah terdengar kabar adanya virus Covid-19 di Wuhan China, Taiwan segera menghentikan banyak penerbangan dari China, melakukan karantina pada para traveller, mengentikan kapal pesiar untuk berlabuh, melakukan testing secara luas serta memperbanyak produksi masker.
Taiwan juga memberikan intensif tunjangan kepada pasien dengan Covid-19 dan orang-orang yang telah berkontak dengan pasien Covid-19. Tindakan-tindakan ini berhasil mempertahankan kasus Taiwan di bawah 800 kasus sepanjang tahun dan untuk menghindari lockdown.
Selandia Baru dikenal sebagai negara yang mampu 'menghancurkan' kurva penyebaran Covid-19. Sama seperti Taiwan, Selandia Baru mempersiapkan RS untuk menerima pasien Covid-19, mengontrol kebijakan perbatasan, serta me-lockdown satu negara untuk menghapus virus ini. Dan pada bulan Juni, Selandia Baru mengumumkan negaranya bebas Covid-19.
American Samoa
American Samoa adalah satu-satunya wilayah di AS yang tidak memiliki kasus Covid-19. Dalam upaya untuk mencegah virus lebih awal, semua penerbangan yang memiliki penumpang dihentikan untuk masuk. Oleh karena isolasi total ini, American Samoa tidak harus menerapkan penutupan jalan, jaga jarak, ataupun testing. Tindakan serupa pernah dilakukan 100 tahun lalu oleh American Samoa untuk menghindari kematian akibat pandemi influenza 1918.
Finlandia
Finlandia dikenal sebagai negara yang berkomunikasi dengan baik kepada publik yaitu dengan berbicara ke masyarakat secara terbuka. Finlandia berhasil mengedukasi penduduknya dari berita-berita hoax menggunakan literasi medianya sehingga mampu menghadapi rumor-rumor dan keraguan di masyarakat dengan memanfaatkan para influencer melalui media sosial, sehingga Finlandia bisa memberikan informasi-informasi yang akurat.
Influencers yang dimaksud bisa saja anak SMA yang punya 1000 pengikut di media sosialnya. Tokoh-tokoh lain seperti dokter, pengemudi bus, dan karyawan toko ikut andil dalam mempromosikan
Singapura
Singapura merupakan negara tetangga kita yang dapat menjadi sorotan. Singapura adalah salah satu negara yang memiliki tingkat kematian terendah didunia dengan kurang dari 100 pasien yang berada di RS.
Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong mengatakan bahwa Singapura tidak akan membiarkan penyakit ini menyebar dan menyebabkan herd immunity meskipun negara-negara lain menerapkan demikian. PM Lee akan berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga warganya agar tetap aman dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada.
Singapura terus melakukan contact tracing dan testing hingga Singapura sekarang mampu melakukan puluhan ribu tes laboratorium per hari. Singapura juga memperbanyak kapasitas intensive care unit dan tempat isolasi mandiri.
PM Lee mengakui letak kesuksesan respon pandemi adalah karena warganya yang saling kooperatif. Meskipun terasa menyakitkan dan berat, mereka tetap tabah karena mereka percaya dengan pemerintah mereka.
"Saya sangat berterima kasih atas kerja sama dan dukungan mereka (rakyat Singapura). Dukungan mereka akan tetap penting karena kami terus berjuang untuk menjaga keamanan warga Singapura," kata PM Lee.
Komunikasi dua arah diperlukan dalam situasi ini. Berkaca dari negara-negara tetangga, pemerintah maupun rakyat Indonesia harus saling bekerjasama dalam menyukseskan program Covid-19. Program yang baik pun tidak akan berhasil bila tidak ditaati oleh seluruh pihak.
Daftar pustaka dapat dilihat pada: BBC Indonesia, Data pemerintah, Kompas.com, Detikcom, Straitstimes, Politico. Edu, The Wall Street Journal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H