Mohon tunggu...
Ivonne
Ivonne Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selamat membaca :)

Selanjutnya

Tutup

Financial

Stock Market Booming di Indonesia akibat Kurangnya Pemahaman Budaya Risiko

14 September 2021   23:07 Diperbarui: 14 September 2021   23:12 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                 

Di masa pandemi ini, khususnya pada tahun 2020 hingga awal tahun 2021 banyak orang berbondong - bondong untuk mendaptakan keuntungan bahkan menjadikannya sebagai Passive Income dari saham. 

entunya hal ini terjadi karena berbagai alasan, salah satu dan yang paling utama adalah dengan terjadinya resesi ekonomi di Indonesia bahkan setelah kuartal II 2020 ekonomi Indoensia juga terkontraksi alias negatif diakibatkan oleh banyaknya perusahaan yang gulung tikar alias bangkrut di masa Covid-19 ini. 

Tidak heran mengapa banyak orang melakukan hal tersebut karena banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaannya akibat kena PHK dari perusahaan atau binisnya yang bangkrut. 

Tentunya agar dapat bertahan hidup, mereka harus mendapatkan pendapatan di tempat lain seperti di saham dengan harapan mereka dapat tetap bertahan hidup atau bahkan mendapatkan keuntungan atau pendapatan dari saham yang lebih besar dari gaji atau pendapatan sebelum masa Covid-19 sehingga mulai tahun 2019 Stock Capital Market semakin meningkat dan rata-rata investor aktif harian juga meningkat. 

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) per 19 november 2020, jumlah investor pasar modal yang tercatat mencapai 3,53 juta investor atau naik sebesar 37% dan sebesar 42,6% merupakan investor saham dan sisanya investor reksa dana dan obligasi.  

Di akhir tahun 2020 rata-rata investor aktif harian ada 55.000 per hari namun di tahun 2020 meningkat drastis menjadi 84.000 atau sebesar 152%. Bursa juga mencatat nilai transaksi investor retail juga meningkat pesat, yakni mencakup 44,3% terhadap total transaksi sepanjang Januari hingga Oktober 2020. Hal ini juga tentunya berakibat dengan perbandingan porsi investor lokal dengan investor asing di indonesia. 

Menurut  data statistik pasar modal per 2 oktober 2020 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat total investor lokal sebesar 51.67% dan investor asing sebesar 48.33% yang mana dulunya sebelum masa pandemi total investor asing lebih besar daripada total investor lokal atau lebih besar dari 50% kepemilikan di indonesia. 

Mengapa Orang Berinvestasi di Saham?

Stocks | kp-press.com
Stocks | kp-press.com

Mengapa orang-orang memilih untuk berinvestasi di saham daripada instrumen lain meskipun investasi di saham sangatlah beresiko? pertanyaan ini sangatlah mudah untuk dijawab karena sudah banyak informasi yang beredar di internet mengenai kelebihan investasi di saham daripada instrumen lain seperti reksa dana, obligasi, p2p, deposito berjangka, dll. 

Salah satu alasannya adalah karena para investor hanya perlu memahami bagaimana fluktuasi harga saham di market terjadi (Trading) dan menganalisa laporan keuangan untuk pemilihan saham yang tepat (Fundamental). 

Harga saham di indonesia juga kebanyakan cukup terjangkau untuk dibeli karena ada saham yang dapat dibeli 1 Lot seharga kurang dari Rp100.000,- yang mana harga tersebut sangatlah cocok bagi kantong para calon investor di indonesia. 

Alasan lainnya adalah karena pengerjaanya yang fleksibel, para investor tidak perlu bangun dini hari, jalan jauh dan bekerja di pagi hari hingga malam hari seperti pekerjaan kantoran yang mana penghasilannya setara atau bahkan lebih kecil daripada berinvestasi di saham. Itulah mengapa banyak orang yang tertarik untuk berinvestasi di saham selama masa pandemi ini. 

Banyak orang yang menganggap berinvestasi di saham pasti akan mendapat banyak keuntungan, namun faktanya untuk berinvestasi di saham sangatlah berisiko seperti hukum "High Risk GHigh Return"

Di tahun 2020 juga banyak sekali bermunculan content creator yang membahas bahkan mengajak banyak orang untuk memulai investasi di saham dengan memberikan penjelasan terkait keuntungan berinvestasi di saham. 

Ada content creator yang memang menjelaskan mengenai investasi di saham dengan tulus dan benar namun juga ada investor yang berpura-pura menjadi content creator untuk mendapatkan banyak Engagement untuk dimanfaatkan (seringkali investor menyebutnya sebagai PomPom). 

Hal inilah yang menjadi permasalahan bagi investor lokal di indonesia. Banyak sekali korban-korban dari PomPom tersebut yang mengakibatkan investor baru di indonesia mengalami kerugian bukannya mengalami keuntungan. Bahkan kerugian tersebut bisa hampir sebesar 1 Miliyar Rupiah, gagal menikah, kehilangan harta dan asset, bahkan ada yang hampir bunuh diri karena kerugian tersebut. 

Contoh Kasus : Saham ANTM

Mari kita ambil contoh lonjakan yang terjadi di saham ANTM (PT. Aneka Tambang Tbk) yang harga sahamnya melonjak sangat pesat dan tinggi akibat isu-isu rencana pembentuka holding baterai listrik dan peresmian Indonesia Battery Corporation juga karena PomPom dari investor-investor nakal yang ingin mengambil keuntungan dari calon investor lokal indonesia yang masih belum paham dan familiar dengan saham. 

Saham ANTM ini di tahun 2020 sangatlah diminati oleh investor lokal indonesia yang baru bahkan yang sudah lama terjun ke investasi saham.

Dari data RTI, harga saham ANTM naik ke harga Rp3.600,- per lembar saham yang dulunya hanyalah sebesar Rp800,- di tahun 2019. 

Kenaikan drastis ini tentulah karena banyaknya orang-orang berbondong-bondong membeli saham ANTM untuk mendapatkan keuntungan yang besar seperti investor lain dengan hanya membeli saham di harga yang sudah ditentukan oleh investor lama (PomPom) tanpa memerhatikan risiko-risiko lain. Mereka hanya mendepankan imbal hasil tanpa edukasi yang jelas tentang risikonya. 

Tentunya hal ini sangatlah mengkhawartikan dan perlu untuk diatasi. Mereka (calon investor lokal di indonesia) tidaklah memperhatikan kemungkinan risiko-risiko yang mungkin akan terjadi ketika berinvestasi di saham. 

Meskipun berinvestasi di saham sangatlah menggiurkan namun risiko tetaplah ada. Risiko tersebut bisa seperti Emiten yang bangkrut atau kena suspend, kerugian (Capital Loss), dan banyak lagi. Sehingga perlunya kesadaran akan budaya risiko di indonesia terutama ketika ingin berinvestasi di saham. 

BUDAYA RISIKO

dictio.id
dictio.id

Menurut Embun Prowanta (ISO 31000) Budaya sadar risiko (Risk Culture) adalah nilai, kepercayaan, pengetahuan dan pemahaman tentang risiko yang dianut oleh sekelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama.  

Jadi, sadar risiko dapat disebut sebagai budaya ketika semua pihak yang terlibat dalam sebuah hal atau kegiatan memiliki keselarasan dalam memahami dan melaksanakan nilai, kepercayaan, dan pengetahuan tentang risiko. 

Dalam kasus ini, budaya risiko haruslah ditumbuhdan dikembangkan pada pengetahuan mengenai risiko-risiko dalam berinvestasi di saham dan sadar akan terjadinya PomPom di lingkungan sekitar terutama di social media. Budaya sadar risiko berkembang sejalan dengan waktu dan beriringan dengan peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi. 

Sebelum menerapkan Budaya Sadar Risiko maka diperlukanlah pemAhaman mengenai Budaya Risiko itu sendiri agar dapat lebih memahami mengenai Budaya Risiko.

Pembangunan Budaya Risiko di Indonesia

Ketika kita ingin mengembangkan budaya sadar risiko di masyarakat, kita harus mengubah budaya itu menjadi budaya yang dilakukan berdasarkan kesadaran risiko.

Unutk mengembangkan dan menumbuhkan budaya tersebut diperlukanlah beberapa pihak (seperti pemerintah) selanjutnya para pihak bekerja sama menumbuhkan budaya sadar risiko.

Sedangkan untuk menumbuhkan budaya risiko individu dengan memberikanpemahaman, mengenai arti, manfaat, dan dampak ketika memiliki budaya sadar risiko. Dengan adanya budaya kesadaran akan risiko maka hal-hal buruk seperti kerugian dari saham dapat dihindari oleh para calon investor lokal indonesia. 

"Risk comes from not knowing what you're doing" - Warren Buffett

Ketika budaya risiko ditumbuh dan dikembangkan dengan baik maka mereka akan lebih siap m'"enghadapi segala risiko yang akan terjadi di masa mendatang. Selain itu budaya risiko juga dapat diterapkan untuk menghindari risiko lainnya. Kedepannya, diharapkan budaya sadar risiko dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di Indonesia sehingga kasus seperti yang sudah saya jelaskan dapat dimitigasi di awal dan dampaknya dapat pula dikendalikan.

Budaya sadar risiko dalam kasus berinvestasi di saham dapat dilakukan dengan pemaparan edukasi dari pemerintah mengenai investasi di saham, para calon investor juga dapat mempelajari mengenai saham melalui buku-buku terpercaya, tidak mudah tergiur dengan omongan manis orang lain tentang suatu saham,dan banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ketika ingin berinvestasi di saham agar tetap mendapatkan keunungan dengan cara yang baik dan bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun