Mohon tunggu...
Ivone Dwiratna
Ivone Dwiratna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang hamba TUHAN

Believe, Belajar, Bertindak

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Orang-orang yang Tercerahkan (1): Perjalanan Mencari Hakikat

1 Mei 2016   04:49 Diperbarui: 1 Mei 2016   11:08 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ga ada... ga ada yang berubah. Merasa biasa saja. Hanya ternyata... setelah 6 bulan setelah itu ada ‘tsunami’ dalam kehidupan rumah tanggaku dengan Rini terjadi..” Nada suaranya tidak berubah. Kurasakan getirnya rasa sakit sudah terasa datar. Ekspresi kesedihannya pun sudah tidak ada lagi kulihat.

Rein, sahabat saya yang memutuskan untuk pergi karena rasa sakit yang teramat dalam. Kini setelah hancur berkeping-keping, ia telah mampu menata kembali hatinya. Bangkit berdiri dan menjadi sahabat saya yang tegar. Yang belajar untuk sepenuhnya bersandar pada Allah, bukan kepada manusia lagi. Ia telah dihajar lahir dan batin oleh situasi. Tapi Allah dengan rasa cintanya yang besar telah menyelamatkannya dan banyak mengajarkan melalui 3 tahun masa-masa tersedih dalam hidupnya.

Dalam perjalanannya mencari hakikat, Rein banyak menjumpai hal-hal yang menarik dan berkesan juga. Selama perjalanannya, ia masuk dari satu hutan ke hutan lain, naik turun gunung, tidur di goa atau di masjid, berkelana sendiri dan pergi jauh dari keramaian. Tempat yang paling berkesan menurutnya adalah Alas Purwo di Banyuwangi. Disana tantangan terbesarnya, baik lahir maupun batin. Alamnya sangat menantang.

Seringkali saat berziarah, ia bertemu dengan banyak hal. Termasuk pula pertemuan-pertemuan kasat mata dengan orang-orang bercahaya. Dan saat itu terjadi, kadang Rein sering tiba-tiba pingsan karena tak kuat untuk bertemu mereka. Dari sekian kali bertemu mereka, setidaknya ada dua kali pertemuannya dengan orang-orang bercahaya yang menyuruhnya naik haji.

Setahun sebelum mengakhiri perjalanannya mencari hakikat, Rein tinggal di sebuah masjid di kawasan Sidoarjo. Kesehariannya hanya berdoa dan mengarahkan seluruh hati dan fikirannya pada Allah di masjid itu. Berdoa, berdoa dan berdoa. Bahkan untuk makan sehari-hari, ia tidak fikirkan. Ada saja cara Allah memeliharanya. Ada saja yang memberikan makanan untuknya, mengajaknya makan, memberinya uang, atau apapun itu. Luar biasa cara Allah untuk memelihara umatnya.

Allah itu adil. Setelah 3 tahun berkelana mencari hakikat, Allah menghapus airmatanya. Di masjid itulah Rein akhirnya bertemu dengan seorang gadis yang mau menerimanya apa adanya. Setelah 2 bulan mengenalnya, akhirnya Rein pulang ke rumah dan menikah. Kini ia dikaruniai 2 anak perempuan yang lucu dan cantik dalam pernikahan keduanya.

Tapi kini ada yang berubah darinya, apapun yang ia lakukan untuk mencari rizki tidak lagi seperti dulu. Apapun yang ia kerjakan, meskipun prospeknya sangat baik, tinggal ‘panen’....tapi selalu musnah saat hendak memetik hasilnya. Dari situ Rein mencoba untuk mengurai dimana permasalahannya, barulah ia teringat.. Ia telah bersandar pada hal lain. Ia tidak lagi menyandarkan hidupnya pada Allah. Setelah itu, dengan karunia yang ia miliki, kini Rein hidup dengan membantu orang lain dan hidupnya kembali totalitas pada Allah.

Sahabat saya yang satu ini melepaskan kemelekatannya dengan duniawi dan memberikan hidupnya hanya untuk Allah..berdoa dan memuji namaNya. Melalui banyak peristiwa, Allah mengajarkannya untuk melepaskan segala kemelekatan akan dunia. Ia telah memberikan hidayahNya. Ia tidak takut lagi akan rasa  lapar, haus, ketiadaan akan harta, ketakutan kehilangan orang-orang yang dicintai dan ketakutan akan apapun didunia ini. Ia hanya takut akan Allah dan hanya menyandarkan hidupnya pada Allah.

Hidup itu memang tidak mudah, tapi tergantung dari bagaimana orang itu berjuang untuk berdiri dari keterpurukannya. Kita harus berjuang untuk bangkit dari kesedihan dan luka yang menenggelamkan. Dan jangan bersandar pada manusia, karena yang kekal dalam kehidupan adalah perubahan... Manusia mudah berubah. Setiap orangpun memiliki kepentingannya dan keinginannya sendiri.

Saat kita dalam kesulitan atau masalah, terkadang reaksi kita menghalangi Allah bekerja dalam kehidupan kita. Terkadang kita marah, menolak, melawan, menarik diri, menyerang, atau apapun juga. Atau kadang kita tidak mau lagi berbuat apa-apa. Jangan... teruslah berjuang dan bersabar. Belajarlah mengampuni. Seperti sahabat saya Rein. Ia telah belajar untuk bisa mengampuni mantan istrinya, mengampuni dirinya sendiri. Jika kita mampu menundukkan diri sendiri dengan menerima dan ikhlas atas segala apa yang terjadi dalam hidup, saat itulah segala kemarahan dan luka-luka itu akan berganti menjadi suatu kepasrahan dan di saat itulah kuasa Allah bekerja atas diri kita...

Terkadang perlu luka-luka dan keheningan agar kita dapat menerima Allah dengan sungguh-sungguh dan tidak lagi bersandar pada manusia. Untuk sahabat-sahabat yang dalam beban berat, sakit, sedih, atau apapun itu... Jangan pernah menyerah, tetaplah berjuang dan letakkan Allah sebagai pusat kehidupan kita... Percayalah Allah akan menolongMu, dengan caraNya yang tidak disangka-sangka...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun