Di akhir hayatnya , ayah teman saya sempat meminta maaf pada kedua putrinya dan istrinya atas KDRT yang dilakukannya, dan bagaiman ia berusaha melawan  emosi yang meledak ledak, dan meyakinkan mereka bahwa sedikitpun ia tak bermaksud menyakiti  mereka . Menyakiti diri sendiri pun tidak membuat  emosinya mereda .Â
Hikmah yang saya petik dari cerita teman saya ini, KDRT Â harus dilihat dari akar masalahnya ,dan harus ada yang peduli terhadap korban dan pelaku.
Seperti tetangga yang memberi perlindungan ini. Mereka berani memberi jaminan karena  memahami kondisi pelaku. Pelaku  KDRT harus mendapatkan pendampingan  untuk mencari bantuan medis, psikologis maupun spiritual.  Korban KDRT  juga harus dipulihkan dari trauma serta mendapatkan pendampingan dari orang terdekat.
Semoga  tulisan ini bermanfaat .Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H