Pendidikan merupakan salah satu fondasi utama pembangunan suatu bangsa. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah seringkali mengimplementasikan berbagai kebijakan, salah satunya melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang mengacu pada penilaian kinerja guru. Sebagai bagian dari perencanaan kinerja PMM, guru saat ini semakin aktif berburu sertifikat pelatihan sebagai upaya meningkatkan ketercapaian poin. Meskipun kontroversial, langkah ini sebenarnya membawa dampak positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dan profesionalisme guru.
Pengelolaan kinerja merupakan sistem penilaian kinerja guru yang diarahkan untuk mendorong guru untuk terus meningkatkan kompetensinya. Dalam perencanaan kinerja , poin-poin tertentu harus tercapai agar guru dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Salah satu cara yang banyak diambil oleh guru untuk mencapai poin tersebut adalah dengan mengikuti berbagai pelatihan dan mendapatkan sertifikat yang diakui oleh pemerintah.
Penting untuk memahami bahwa sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, fokus utama opini ini adalah pada aspek positif dari fenomena guru berburu sertifikat pelatihan. Mencari sertifikat pelatihan bukan hanya sekadar upaya untuk mencapai target poin, tetapi juga menjadi sarana untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pertama-tama, mendapatkan sertifikat pelatihan menunjukkan komitmen guru terhadap pengembangan profesional. Dengan berpartisipasi dalam berbagai program pelatihan, guru menunjukkan kesediaan untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuannya. Hal ini sangat penting dalam dunia pendidikan yang terus berkembang dan mengalami perubahan. Dengan terus mengikuti pelatihan, guru dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang metode pengajaran terbaru, teknologi pendidikan, dan pendekatan inovatif dalam proses belajar-mengajar.
Kedua, sertifikat pelatihan memberikan validasi terhadap keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan, memiliki sertifikat pelatihan dapat menjadi keunggulan tersendiri. Sertifikat tersebut bukan hanya sebagai bukti partisipasi, tetapi juga sebagai tanda bahwa seorang guru telah menjalani pelatihan dengan serius dan telah memenuhi standar tertentu. Ini memberikan keyakinan kepada pihak sekolah, orang tua, dan siswa bahwa guru tersebut memiliki kualifikasi yang memadai untuk memberikan pembelajaran yang berkualitas.
Ketiga, buruan sertifikat pelatihan menciptakan lingkungan kerja yang berorientasi pada peningkatan kualitas. Sebagai bagian dari perencanaan kinerja di PMM, sistem penilaian ini tidak hanya mengukur kuantitas jam mengajar, tetapi juga mengakui nilai tambah dalam hal pengembangan profesional. Ketika guru-guru secara aktif mencari pelatihan dan sertifikat, mereka menciptakan budaya kerja yang memotivasi untuk terus meningkatkan diri. Kolaborasi antar guru juga dapat meningkat, dengan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan tersebut.
Keempat, sertifikat pelatihan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keterlibatan guru dalam pengembangan kurikulum dan peningkatan proses pembelajaran. Dengan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang metode pengajaran yang efektif, guru dapat lebih aktif berkontribusi dalam merancang kurikulum yang relevan dan menarik bagi siswa. Mereka juga dapat berperan dalam memperkenalkan inovasi dalam metode pengajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih dinamis dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun, perlu diakui bahwa fenomena guru berburu sertifikat pelatihan juga menimbulkan beberapa kontroversi. Beberapa kritikus berpendapat bahwa fokus terlalu banyak pada pengumpulan sertifikat dapat mengabaikan aspek esensial dari pengajaran, seperti kemampuan komunikasi, kepedulian terhadap siswa, dan kreativitas dalam pengajaran. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk menyusun perencanaan kinerja melalui PMM dengan analisis yang seimbang, yang tidak hanya mengejar angka poin tetapi juga menghargai aspek kualitatif dari kinerja guru.
Dalam konteks ini, penting juga untuk merespons kebutuhan unik dari setiap guru. Setiap pendidik memiliki keahlian dan minat yang berbeda, sehingga perencanaan kinerja PMM harus memungkinkan fleksibilitas dalam memilih jenis pelatihan yang paling relevan bagi perkembangan profesional masing-masing guru. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu memberikan dukungan aktif dalam menyediakan berbagai pelatihan yang dapat memenuhi kebutuhan beragam ini.
Selain itu, perlu ada evaluasi terus-menerus terhadap efektivitas program pelatihan yang diikuti oleh guru. Pemantauan yang cermat dapat membantu menentukan apakah pelatihan yang diadakan secara konsisten memberikan dampak positif pada kualitas pengajaran ataukah ada perluasan dalam variasi topik pelatihan yang ditawarkan.
Penting juga untuk menciptakan iklim yang mendorong partisipasi aktif dalam pelatihan tanpa menimbulkan tekanan berlebihan pada guru. Penekanan pada pengembangan profesional yang bersifat kolaboratif, di mana guru dapat saling mendukung dan memotivasi satu sama lain, akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memajukan tujuan bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam kesimpulan, fenomena guru berburu sertifikat pelatihan, sebagai bagian dari perencanaan kinerja melalui PMM, memiliki dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, penting untuk menjaga keseimbangan antara fokus pada poin-poin kinerja dan pengembangan kualitatif aspek pengajaran. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan lembaga terkait, serta dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keunikan setiap guru, upaya ini dapat memberikan kontribusi nyata untuk mencapai tujuan peningkatan mutu pendidikan di tingkat nasional dan ketercapaian Raport Mutu Pendidikan yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H