“Ngambilnya dimana ya?” tanya saya.
“Di jalan At-Thohiri, Sukabumi Selatan, Jakarta Barat,” terangnya.
Derasnya hiruk pikuk perkotaan tidak menjadi alasan bagi Wawan untuk bersedekah dengan membagikan pempek secara percuma kepada anak yatim dan duafa. Hal ini terpampang dalam tulisan kertas pada bagian depan gerobak yang bertuliskan “Gratis Setiap Hari Buat Anak Yatim dan Duafa”.
Wawan mengaku aksinya ini dilakukan karena ia turut merasakan betapa pahitnya hidup seperti menahan rasa lapar dan sulitnya mencari pekerjaan.
“Apa sih yang ngebuat abang gratisin pempek ke anak Yatim dan duafa?,” tanya saya.
“Karena dulu saya juga merasakan apa yang mereka rasakan seperti kerasnya hidup dijalanan, menahan rasa lapar, sulitnya mencari pekerjaan, dan pada akhirnya saya salah jalan menjadi seorang preman," akunya.
"Setelah hidup saya membaik seperti sekarang, saya ingin membantu mereka dengan cara memberi mereka makan agar tenaganya terisi untuk mencari pekerjaan yang halal. Saya berharap kepada mereka untuk menjauhi segala tindakan seperti mencuri dan mencopet, karena hal itu hanya membuat hidup mereka lebih terpuruk,” lanjut Wawan.
Keseriusan Wawan menolong para duafa tak hanya sekedar menggratiskan pempek, bahkan Wawan kerap kali mengajak mereka untuk bekerja sepertinya.
“Saya memang tidak memberi mereka uang, melainkan hanya memberi mereka makan dan mengajak mereka berdagang seperti saya. Karena di tempat bos saya masih ada beberapa gerobak kosong dan belum ada penjualnya. Kalau mereka niat bekerja pasti saya ajak tapi ada syaratnya, jujur dan jangan korupsi,” kata Wawan.
Di lubuk hati yang terdalam Wawan mengaku ikhlas bersedekah seperti memberi makan anak yatim dan duafa yang ditemuinya.