Mohon tunggu...
Ivansyah Jonathan
Ivansyah Jonathan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Universitas Nasional - Prodi Ilmu Komunikasi

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Pedagang Pempek yang Gratiskan Dagangannya untuk Anak Yatim dan Duafa

19 Juni 2023   16:48 Diperbarui: 29 Juni 2023   01:20 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
15 Januari 2023, Stasiun Kebayoran Lama. Foto: Ivansyah Jonathan

Kisah inspiratif ini datang dari seorang pria bernama Wawan. Sadar akan kehidupannya dulu penuh dengan kenakalan, kini dengan hati yang tulus ia menjajakan pempek sambil berbagi ke anak yatim dan duafa.

Di tengah himpitan ekonomi yang memprihatinkan, berbagai upaya dilakukan manusia demi menyambung hidupnya dari hari ke hari.

Saat diperas oleh keadaan, akal manusia seakan terhenti fungsinya lalu meraup rezeki dengan cara yang tak lazim. Cara ini pernah dilakukan oleh pria bernama Hermawan (43), biasa dikenal sebagai Wawan atau “Bang Jabo”.

Sedari muda Wawan mengaku menjalani kerasnya kehidupan mulai dari mengamen hingga bergelut di dunia hitam. Ia kerap kali melakukan penindasan kepada kaum-kaum lemah seperti halnya pemalakan. Baginya memperoleh uang sangatlah mudah, akan tetapi diperlukan cara yang tak halal dalam meraihnya.

Kini Wawan tersadar akan hidupnya dulu jauh dari kata keberkahan, ia memutuskan banting setir dari dunia hitam beralih menjadi pedagang pempek. 

“Pada akhirnya saya merasa jenuh akan kehidupan yang dulu saya jalani. Saya merasa banyak kesalahan dalam diri saya ketika menindas orang-orang yang lemah. Setelah saya sadar apa yang diperbuat itu salah," kata Wawan.

"Akhirnya saya berbalik arah mencari suaka baru untuk menebus kesalahan dan dosa saya dengan berjualan dan berbagi kepada sesama. Seperti anak yatim dan duafa yang sebagian dari mereka dulunya pernah saya tindas,” imbuhnya.

Usaha pempek yang dilakoninya, bermula sejak 2019 dengan omset perhari yang tak menentu. “Saya berdagang pempek sudah sekitar 4 tahun dengan omset perharinya gak nentu. Biasanya saya membawa sekitar 250 sampai 300 pempek. Karena hari ini saya berdagang setengah hari, saya hanya membawa 120 pempek. Untuk satu pempek itu seharga Rp 2.000, jadi kalau dagangan sekarang habis saya membawa uang Rp 240.000,” ungkapnya.

Sehari-hari Wawan berkeliling menjajakan pempek mulai dari pasar Kebayoran Lama hingga Blok-M, bermodalkan gerobak serta pempek yang didapatnya pada suatu perkumpulan.

“Untuk gerobak sama pempeknya ini, abang dapetnya dari mana?” tanya saya.

“Jadi tuh kita ada satu perkumpulan yang dimana bos saya sudah menyediakan 18 gerobak sama orang khusus yang membuat pempeknya. Saya tinggal ambil pempek mentahnya aja kesana,” jawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun