Mohon tunggu...
Ivan Yusuf Faisal
Ivan Yusuf Faisal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bukan jurnalis, hanya sharing. Rijks Universitêit de Gröningen, Ned

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Hidup ala Togog

27 Desember 2017   02:53 Diperbarui: 27 Desember 2017   17:04 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kok sampeyan masih bisa tertawa lepas," sindir Bagong

"Emang haruse gimana bro?" tanya Togog. Tentu saja dia ketawa, wong yang dihadepin pawakannya lucu kaya Bagong.

"Orang Kayangan ga seserius yang kamu bayangin. Kami suka tertawa juga, bahkan dalam kondisi yang tidak patut untuk tertawa."

Togog terdiam sejenak. Mencoba merenungkan teguran Bagong itu.

Memang di waktu senggang dari aktivitasnya, Togog biasa mengisinya dengan obrolan santai dan tentu saja dengan bumbu candaan, guyon kere, bahkan kadang terlepas keterbahakan. Dan itu sudah membudaya. Dalam kondisi apapun.

Sangat berbeda halnya dengan makhluk-makhluk di Alengka atau Pringgondani yang selalu bertampang serius dalam segala hal, termasuk lawak sekalipun. 

Mungkin kalo di bumi sama kayak tidak adanya tampang ekstra-ekspresi pada film Friends, atau bahkan serial Mr Bean sekalipun. Sedikit ekspresi dari bintangnya cukup bisa diterjemahkan sebagai kelucuan, ketololan, dan pemicu tertawa lainnya. Entah karena otot mereka lebih keras atau memang budaya lawaknya yang berbeda. Namun anehnya kita juga tertawa dengan lawakan versi mereka.

Termasuk sekarang. Ini adalah situasi yang tidak begitu baik bagi Togog. Hatinya dihancurkan kekasih, dan kekasihnya tega hati posting di instagram dengan siapa dia akhirnya memilih setelah hengkang dari Togog. Dan nyatanya, Togog masih bisa terbahak sambil berpeluh menggulung tembakau pegunungan Gohkarna dengan papir dari Hutan Indraprasta.

Dan Togog kembali merenungkannya. Haruskah?

"Piye ta gog? Mbok ya aku diajari. Sapa tau lemakku ikutan rontok pas ngguyu. He he he-he". Ucap Bagong sambil garuk garuk keleknya.

"Gong, jangan salah tangkep. Ngguyu adalah bagian dari pelemasan urat. Jadi ya nda ada maksud untuk bergembira di atas penderitaan diri sendiri, atau bahkan menertawakannya. Itu tetap saja keji."

"Gong, tak kasih tau. Sebenernya tertawa hanya untuk melepas stres, karena menurut ilmu cakruk kami, stres itu ada tiga macam : (1). Stres mulyo, yaitu memikirkan diri sendiri yang sedang stres hingga kita bertambah stres. Menjadi mulia karena kita sangat berempati dengan diri kita yang sedang dirundung stres. 

(2).Stres muspro, yaitu memikirkan orang lain yang sedang stres dan kita ikut menjadi stres. Ini stres yang sia-sia karena hasil kestresan kita tidak akan bisa membantu orang lain yang sedang stres itu. (3). Stres ciloko, yaitu memikirkan orang lain yang tidak stres dan kita menjadi stres karenanya. Ini adalah stres yang bikin celaka, karena orang lain saja tidak memikirkan dirinya sendiri dan happy-happy saja, kenapa kita yang menjadi stres?". Papar Togog sambil berdiri gagah dengan tangan ikut bergerak layaknya akademisi.

"Butuh powerpoint ndak gog?" Potong Bagong sambil ketawa.

"Matamu gong". Dilemparnya gelas keramik isi kopi ke perut Bagong.

"Nah, untuk menghindari stres itu gong aku tu selalu ketawa dan terus tertawa untuk mempertahankan emosi dan perasaan kami di lingkungan yang sulit ini, agar tetap bisa fokus kepada logika, ben ya tetep bersemangat mbok ya di siosio, dan ya biar ndak terhanyut dalam suasana yang bisa meruntuhkan moral kami." Togog bener-bener serius. Maaf, maksudnya Prof. Togog, S.H., L.LM

Togog ngelamun. Nasibnya gini amat. Kisahnya sama pesis kaya Prabu Duryudana.

Dia diselingkuhi istrinya sendiri Nyai Ratu Banowati. Sebagai salah satu penguasa Astina, Prabu Duryudana sebenarnya sudah ikhlas diselingkuhi, wong ya bukan pertama kali. Tapi setiap ketemu sama Banowati dia selalu keinget Arjuna, selingkuhan Banowati. Sebenarnya Duryudana sedih ya nelangsa. Kalo sang Prabu ngamuk, Togog lebih enjoy.

"Gog, tak kasi tau mantra. Ini aku dapet dari Batara Guru, dan sudah jaminan kayangan bakal sukses bikin calonmu pisah dari selingkuhannya". Kali ini, air mukanya ngga celelekan lagi. Bagong serius.

"Pie gong?" Togog penasaran walaupun merasa ini bakal muspro.

"Gini, coba ikutin aku:

Tolak balak sejatine katresnan muspro doyo asmoro terus sebut nama calonmu dan selingkuhannya, terus dilanjut cidro pedot sih sejatine suloyo sumangkir pedot sihmu.

Baca tiga kali sekira pas dia tidur. Nanti dialam bawah sadarnya, dia bakal ninggalin selingkuhannya, gog." Imbuh Bagong

"Ya po gong?" Togog tertarik, penasaran.

"Iya gog, jajalen. Sopo reti berhasil ngga semuspro dugaan awalmu". Ucap bagong. Togog terkesiap. Kok Bagong bisa baca pikirannya.

"Tapi aku ikhlas kok gong. Kalo semisal dia sudah nggak cinta aku, berarti sembahyangku kurang. Tirakatku kurang jero. Cinta itu ndak bisa dipaksakan. Kalo dia milih gitu, yaudah. Denger dia posting suara partner barunya di story ig aja sudah cukup ngelu. Aku gamau pusing. Aku mau fokus ke hidupku aja dulu. Matursuwun gong." Togog sambil berkaca di matanya. Dia narima ing pangdum.

Bagong didepannya merem, dengan pisang goreng dimulut. Dia tidur dengan posisi udel yang kebuka.

"Wolha asu tenan koe gong". Umpat togog. Diselomotkannya ujung rokok ke pusar Bagong yang terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun