Mohon tunggu...
Ivan Yusuf Faisal
Ivan Yusuf Faisal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bukan jurnalis, hanya sharing. Rijks Universitêit de Gröningen, Ned

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tresno Togog

19 November 2017   03:53 Diperbarui: 19 November 2017   05:16 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Togog sebenarnya agak ketar ketir waktu calonnya membahas soal pernikahan. Ya gimana wong dia juga baru aja diangkat jadi pegawai Astina di bangsal kepatihan Jonggring saloka oleh Pemerintahan Kurawa.

Sebenarnya Togog sendiri nggak tahu apa dia harus seneng atau harus sedih pas disumpah jadi abdi Bhumi Pura Wira Wibawa itu. Mau seneng, tapi kok nanti makin kekurangan waktu sama calonnya, soalnya nyambut gawe mesti capek, dan ndilalah Togog kok ngantukan. Tapi mau sedih, ilang sedihnya karena baginya nggak ada kesedihan yang melebihi perasaannya pas ngaca.

Sudah dua dasawarsa Togog menunggu. Tapi baru kali ini harapannya bener-bener hampir bisa jadi kenyataan. Lha wong jarak Astina ke pelataran Gohkarna itu butuh sekitar 23 selapan. Jadi kalo Togog mau otw Rabu Pahing, ya dia bakal sampe rabu pahing juga, tapi 23 minggu kemudian. Hla yo mendem. Togog mbawa perutnya aja susah. Tapi yang paling susah itu bibir dowernya. Untuk perjalanan selama itu, dia bingung butuh berapa karet gelang buat nali bibirnya itu biar ngga njengat dan kemasukan angin banyak.

"Ah aku sudah cukup ngganteng buat ketemu calonku." batinnya sambil gemagus mbenerin kerah baju PNS biru lautnya

Akhirnya Togog pun memutuskan berjalan kaki. Selidik punya selidik, Semar-Gareng-Petruk-Bagong yang merupakan sejawat Togog sudah kehabisan duit buat ngasih utang harian padanya. Semar-Gareng-Petruk-Bagong memang punya bos yang lagi berjaya, yaitu penguasa. 

Tapi namanya duit kan seperti umur juga, ada batasnya. Esok harinya Togog yang bingung cari duit darimana karena walaupun sudah pemberkasan jadi pegawai di Ngastina, tapi kan ya njuk ngga langsung dapet duit. Akhirnya Togog yang desperate masang iklan yang ditempel-tempel di pohon, tembok, tiang listrik, pos ronda dan lain-lain. Di antara iklan guru privat, sedot wc, badut, sulapan, baby sitter, dan lain-lain. Wong ya lagian dia mbadut bisa, ngajar les privat bisa.

Togog sebenarnya melakukan semua ini diam-diam. Di kahyangan tabu berbicara soal cinta. Apalagi sama penduduk Marcapada. Dia cuma pamitan sama Lurah Bagong dan tentunya Sang Hyang Tunggal serta sang ibu Rekathawati. Dia yang sebenarnya sudah pewe di Astina 21 dasawarsa tau-tau bakal melangkah dan mempersunting seorang gadis yang lama tak dia temui.

Saat kepala Togog sedang liar-liarnya membayangkan bakal menyentuh pipi calonnya sambil ngences, tau-tau Destrarastra nepuk punggungnya dari belakang.

"Kenapa kamu cengengesan?"

"Lhoh, lhoh, Prabu, njenengan kok bisa liat saya? Kan njenengan ndak bisa liat". Terkejut-kejut Togog melihat prabu Destrarastra yang ndak bisa liat tau dia senyam senyum sendiri.

"Ealah le, makane golek guru. Meguru o le. Saya sudah lama bisa mendengar senyuman". Jawab Destrarastra nyantai sambil nyecek rokoknya.

"Kok saged to Prabu?" Tanya Togog heran.

"Jare putrane Sang Hyang Tunggal. Ha kok nggumunan? Kamu tanya apa wae nek aku iso yo tak bantu. Tapi yo kamu tau sendiri rokok ku terakhir barusan tak cecek. Hehe. Nek ada rokok rong ler sama kopi sachet gapapa wis ayo lenggah mbek ngobrol."

"Jare Prabu tapi kok ndremis". Togog mengeluh. "Yawis ini, aku ada rokok tinggal tiga, ambilen 2 ndakpapa. Ini tembakau asli Gohkarna. Njenengan pernah kesana?"

"Wah well kui le". Jawab Destrarastra bungah. "Belum ik, ngeri aku gaberani kesana. Disana isinya putri kahyangan. Aku itu buta, ngapain melihat keindahan yang tidak bisa kulihat. Kamu mau kesana po?"

"Injih Prabu, saya itu lagi kasmaran. Lagian apa njenengan ndak lihat? Bajuku aja udah baju PNS biru-biru ini lho. Aku bosen makan Gudeg Astina, Prabu. Pengen nyicipi Seruit Gohkarna".

"Hmm begitu ya". Jawab Destrarastra dengan mata butanya yang menerawang ke kanan atas.

"Aku tu pengen kawin Prabu, pengen punya anak banyak yang jadi Ksatria kaya Pandu sama Kunti." Ucap Togog dengan tatapan kosong. "Di Gohkarna kulo niku sudah diarep arep sama sama calon saya Prabu. Dia itu kalo lagi galak, Kawah Candradimuka di Gohkarna itu Prabu, bisa nyemprot lavanya kemana mana. Kalo lagi cemburu, aku wis koyok Rama, seakan akeh sek gelem mbek aku. Padahal payu we sukur Prabu. Tapi dia tu ayune ngalahngalahi Shinta. Kekuatane ngalahi Ratu Gandamayu si Uma itu. Kalo lagi manja, wuh Prabu, manjane ngelebihin Banowati. Pesona ne seribu kali lipat Dewi Sukesi. Terus dia tu juga disukai sama teman-temannya karena kebaikannya kaya kanjeng Dewi Manuhara, Prabu. Terus dia itu..."

"Uwis uwis le kedanan uwis. Meh di bahas koyo opo aku juga nggak bisa liat dia". Ucap Prabu Destrarastra tegas memutus khayalan Togog. "Lha Astina mu gimana? Mbok tinggal?"

Togog mikir ngalor ngidul, akhirnya jawabannya pendek. "Iyawis Prabu. Gimana lagi".

"Merem o sekarang gog" Jawab Prabu Destrarastra sambil membuka satu-satu karet di bibir Togog dan mengelus kepalanya.

Pas melek, tiba-tiba dia sudah ada di Gohkarna. Yang pertama ia lihat ndilalah Putri-nya. Tatapannya ngga segalak kaya kalo pas jauhan. Mungkin karena jarak tu bisa jadi ancaman hubungan. Togog pun akhirnya bisa mengelus pipi Putri-nya yang sudah lebih dari dua dasawarsa tidak ditemui. 

Setelah hubungan beberapa dasawarsa yang romantis dan berdekatan, akhirnya Togog menikah dan membawa Putri-nya itu ke Jonggring Saloka, di kahyangan. Setelah dikaruniai anak yang sakti mandraguna, Togog pun akhirnya hidup sakinah mawadah warohmah dan mameri hubungan harmonisnya ke Semar yang tenar, tapi ndak berkeluarga.

"Gog, bangun le. Edan baru aku elus kepalanya sudah tidur" Prabu Destrarastra mencak-mencak dia daritadi ngomong ngalor ngidul malah ditinggal molor.

Dasar Togog. Pantes calonnya juga sebel tau Togog selain jelek juga ngantukan.

Jogja, 19-11-2017, 3:53

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun