Mohon tunggu...
Ivan Syhrn
Ivan Syhrn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang yang ingin sukses

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menganalisis Penggunaan Bahasa Kias yang Terkandung dalam Novel Laut Bercerita

17 November 2024   19:10 Diperbarui: 17 November 2024   19:16 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Contoh:
"Pukulan itu terasa seperti gunung yang runtuh di punggungku."
Gambaran ini menunjukkan kekerasan fisik yang dialami tokoh selama penyiksaan.
"Kesunyian di penjara itu begitu pekat hingga aku merasa bisa menyentuhnya."
Kiasan ini mempertegas keterasingan dan kehampaan di dalam penjara.
5. Simbolisme
Banyak elemen dalam novel ini yang menggunakan simbol untuk menyampaikan makna yang lebih dalam.

Contoh:
Laut: Laut menjadi simbol kebebasan, namun juga menjadi saksi bisu kekejaman, karena menjadi tempat pembuangan jenazah korban penghilangan paksa.
Burung: Dalam beberapa bagian, burung digambarkan sebagai simbol harapan dan kerinduan akan kebebasan.
6. Ironi
Ironi dalam novel digunakan untuk menyoroti ketidakadilan yang dialami oleh para aktivis.

Contoh:
"Negara melindungi kami, katanya. Tapi kami tahu, mereka melindungi kami dari kebebasan."
Kiasan ini menunjukkan ironi janji pemerintah yang justru berlawanan dengan kenyataan.
7. Pengulangan (Repetisi)
Pengulangan digunakan untuk menekankan emosi dan gagasan tertentu.

Contoh:
"Kami tidak menyerah. Kami tidak menyerah. Kami tidak menyerah."
Repetisi ini menegaskan semangat juang dan tekad para tokoh meskipun menghadapi berbagai rintangan.
8. Paradoks
Paradoks digunakan untuk menunjukkan kontradiksi dalam kenyataan yang dialami oleh tokoh.

Contoh:
"Di tengah keramaian, aku merasa sendiri."
Paradoks ini menggambarkan keterasingan yang dirasakan oleh Biru Laut meskipun berada di antara banyak orang.
Penutup
Penggunaan bahasa kias dalam Laut Bercerita tidak hanya memperkaya estetika narasi, tetapi juga menjadi alat untuk menyampaikan pesan-pesan yang lebih mendalam. Leila S. Chudori menggunakan bahasa kias untuk membangun suasana emosional, menyampaikan kritik sosial, dan memperkuat tema perjuangan, harapan, serta kehilangan. Melalui bahasa kias ini, pembaca diajak merasakan penderitaan, ketakutan, dan semangat para tokoh dalam menghadapi kekejaman rezim Orde Baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun