Mohon tunggu...
Ivan Syhrn
Ivan Syhrn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang yang ingin sukses

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menganalisis Penggunaan Bahasa Kias yang Terkandung dalam Novel Laut Bercerita

17 November 2024   19:10 Diperbarui: 17 November 2024   19:16 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

11. Paradoks
Pernyataan yang tampaknya bertentangan tetapi sebenarnya mengandung kebenaran.
Contoh: "Semakin banyak belajar, semakin sadar betapa sedikit yang diketahui."

12. Pleonasme
Penggunaan kata yang berlebihan untuk mempertegas sesuatu.
Contoh: "Ia turun ke bawah."

13. Sarkasme
Pernyataan yang menyakitkan atau menyindir dengan nada tajam.
Contoh: "Pintar sekali kamu sampai lupa bawa otak."

14. Aliterasi
Pengulangan bunyi konsonan pada kata-kata dalam kalimat untuk efek estetik.
Contoh: "Dedaunan diterpa debur debu."

15. Onomatope
Penggunaan kata yang meniru bunyi dari suatu objek atau kejadian.
Contoh: "Gemuruh ombak memecah keheningan malam."

Setelah mempelajari tentang pengertian, fungsi dan macam-macam bahasa kias. Mari kita menganalisis tentang bahasa kias yang terdapat dalam novel "Laut Bercerita". Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori adalah sebuah cerita yang berlatar pada masa Orde Baru di Indonesia, terutama sekitar tahun 1990-an. Novel ini menggambarkan perjuangan aktivis mahasiswa yang melawan ketidakadilan, penindasan, dan pelanggaran hak asasi manusia oleh rezim yang otoriter.
Dalam novel ini, Leila S. Chudori sangat banyak menggunakan bahasa kias yang tujuannya untuk memperkuat tema dan suasana cerita. Bahasa kias yang digunakan membantu menggambarkan emosi, perjuangan, dan penderitaan tokoh, serta menyampaikan kritik sosial dengan cara yang indah namun mendalam.

Berikut adalah beberapa analisis tentang bahasa kias yang terdapat dalam novel Laut Bercerita:

1. Metafora
Metafora sering digunakan untuk menggambarkan situasi, perasaan, atau pengalaman tokoh utama, Biru Laut, dan kawan-kawannya.

Contoh:
"Hidup kami seperti gelombang di lautan yang terus-menerus dihantam badai."
Metafora ini menggambarkan perjuangan para aktivis yang tidak pernah berhenti menghadapi tekanan dari penguasa.
"Kebebasan adalah udara yang terasa semakin menipis."
Kiasan ini menggambarkan hilangnya kebebasan akibat penindasan rezim Orde Baru.
2. Personifikasi
Personifikasi digunakan untuk memberi nyawa pada alam atau benda mati, sehingga menggambarkan suasana yang lebih emosional.

Contoh:
"Laut itu berbicara dengan deru ombaknya, menyampaikan amarah dan luka."
Laut di sini dipersonifikasikan sebagai saksi bisu penderitaan para korban penindasan.
"Hujan menangis bersama kami di malam-malam yang penuh ketakutan."
Hujan diibaratkan ikut merasakan kesedihan tokoh-tokoh dalam cerita.
3. Simile (Perumpamaan)
Simile digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan dengan perbandingan eksplisit menggunakan kata seperti "seperti" atau "bagai."

Contoh:
"Suara itu seperti jeritan angin yang terperangkap di celah-celah gua."
Gambaran ini menunjukkan ketakutan dan rasa terkurung yang dirasakan para tahanan.
"Hati kami terasa bagai kertas yang diremas-remas."
Kiasan ini menggambarkan perasaan hancur akibat kehilangan teman-teman seperjuangan.
4. Hiperbola
Hiperbola digunakan untuk melebih-lebihkan sesuatu demi menekankan rasa sakit atau penderitaan yang dialami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun