Rekonsiliasi dalam masyarakat multikultur bukanlah proses yang instan, melainkan sebuah perjalanan panjang. Rekonsiliasi yang sejati memerlukan waktu, komitmen, dan kerja keras dari semua pihak dan aktor yang terlibat. Hal ini memerlukan upaya untuk memperbaiki hubungan yang rusak, menghapus prasangka, dan menciptakan pemahaman yang lebih dalam antar kelompok yang berbeda.
Proses rekonsiliasi juga membutuhkan pendekatan yang berbasis pada pengakuan terhadap penderitaan yang dialami oleh kelompok-kelompok yang tertindas. Dengan mengakui ketidakadilan yang terjadi, masyarakat dapat mulai memperbaiki hubungan dan bergerak menuju perdamaian yang lebih berkelanjutan.
Â
Masyarakat multikultur berpotensi menghadapi berbagai konflik karena perbedaan yang ada, namun dengan pendekatan yang tepat, konflik tersebut bisa dikelola dan diselesaikan dengan cara yang damai. Proses pencegahan hingga rekonsiliasi memerlukan kerja sama dari semua pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, maupun individu, untuk menciptakan komunitas yang harmonis dan saling menghargai.
Sumber:
Morton Deutsch, Peter T. Coleman, E. C. M. (2006). The Handbook of Conflict Resolution: Theory and Practice. John Wiley and Sons Inc, 310. http://books.google.com.au/books?hl=en&lr=&id=rw61VDID7U4C&oi=fnd&pg=PR7&dq=professional+conflict+management&ots=zblqs8ptTt&sig=PsDHja6pwPcuwwBLeFNGmLL4fo8#v=onepage&q=interpersonal&f=false
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H