Rasa sayang dan cintanya pada seorang ibu melebihi rasa sayang pada dirinya. Rumini memilih untuk melindungi sang ibu dari panasnya wedus gembel dari letusan Semeru. Keduanya meninggal dunia dengan cara berpelukan. Jasad Rumini dan Salamah ditemukan pihak keluarga di bagian dapur rumahnya  dalam posisi berpelukan.
mlayu o ndukk...aku wess tuo,wes aku tak nang kene wae.Â
mboten Bu,sikil Iki saget mlayu tapi ati Iki mboten saget ninggalno ibu dewekan..
"Larilah nak, saya sudah tua, biarlah aku disini saja, kamu masih punya masa depan panjang, masih ada cita-cita yang harus kamu capai. Hiduplah dengan bahagia."
"Tidak bu, kaki ini  mungkin bisa lari, tapi hati ini tidak bisa meninggalkan ibu sendirian"..
"Lihat tetangga-tetangga pada berlaria, desa ini akan segera tertutup awan, lahar, cepat lah lari, kamu masih bisa selamat, ibu mohon"
"Tidak ibu, aku tidak pernah meninggalkan ibu, hati ini akan selalu bersama ibu, bakti ku akan selalu bersamamu hingga akhir hayat"
Tangan ini gemetaran sambil memeluk Ibu yang sudah lemas tak berdaya.
Rumini merupakan sosok yang bisa jadikan contoh,dan inspirasi baktinya terhadap orang tua bahkan sampa akhir hayat pun memeluk orang tuanya.
Tidak peduli itu ibu atau neneknya, bahkan berita ada yang menyebut bahwa itu sebenarnya adalah neneknya, ada juga yang menyebutkan itu adalah ibunya tapi apapun itu.
Bakti seorang Rumini mengajarkan pada kita bahwa, kasih sayang anak kepada orang tuanya tak akan pernah pudar seperti kasih sayang orang tua ke anak.