Mohon tunggu...
Ivan Reifaldi
Ivan Reifaldi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hari Gini Masih Demo Anarkis (Mahasiswa)?

20 Oktober 2017   14:18 Diperbarui: 21 Oktober 2017   01:05 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terpikirkan dari dalam benak kalian ketika mendengar mahasiswa melakukan demo ? Tentu kalian berpikir itu adalah jati diri mahasiswa yang sebenarnya. 

Demo atau Demonstrasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk Menyalurkan aspirasi-aspirasi mereka yang ber-demonstran. Gelar tertinggi yang selama ini menjadi gelar tertinggi pasca tragedi 1998 sedang berada di pundak saya dan teman-teman yang lain yaitu Mahasiswa.

Bayangkan, orang nomor satu di negeri ini bisa dilengserkan dari jabatannya oleh Mahasiswa. Dengan suara-suara yang lantang dan vokal mereka berteriak-berteriak di jalanan hanya untuk melengserkan orang nomor satu di negeri ini kala itu. Demonstrasi besar-besaran kala itu membuat geming seluruh rakyat Indonesia. Berlandaskan Krisis Moneter dan maraknya budaya KKN kala itu membuat mahasiswa menjadi berang dengan sikap pemimpin di negeri ini kala itu. Ketika suara dibungkam maka bahasa tubuh yang dimainkan (aksi demo seperti bentrokan, anarkisme, dsb).

Duka yang mendalam kala itu, berapa banyak korban yang berjatuhan tak menyurutkan semangat mahasiswa untuk melengserkan orang nomor satu di negeri ini kala itu. Permasalahan yang muncul ketika itu bukan hanya secuil ujung jari, masalah saat itu sudah menjadi rasa sakit hati yang sudah tak terbendung lagi. Dengan kata lain memang inilah (demonstrasi) jalan satu-satunya menuju reformasi.

Saat itu, Presiden berpidato untuk yang terakhir kalinya di hadapan seluruh rakyat Indonesia menyatakan turun dari jabatannya. Gempita kemenangan bersorak-sorai seluruh rakyat Indonesia akan berita itu. Terlebih Mahasiswa, mereka yang mati-matian bercucur keringat, bertumpahkan darah menyuarakan lengsernya presiden saat itu. Tabir baru kembali dibuka, wajah lama belum sepenuhnya dihapus, wajah baru muncul sebagai cita-cita baru republik ini yaitu REFORMASI.

Reformasi, tentunya kita semua sudah tidak asing lagi dengan kata-kata ini. Seluruh Rakyat Indonesia patut berterima kasih kepada mahasiswa yang berjuang menekan agar reformasi segera di republik ini. Seperti apa yang saya katakan tadi, apakah esensi dari reformasi ini wajah lama belum dihapus sepenuhnya, sedangkan wajah baru dipaksakan untuk menggantikan yang wajah yang lama. Apakah reformasi ini sudah menjadi akhir dari orde-orde di negeri ini? Sama seperti Orde baru, masalah yang dihadapi era reformasi tak lain dan tidak bukan hampir sama dengan orde baru.

Maraknya budaya KKN, hutang luar negeri semakin berlipat ganda, belum meratanya ekonomi di daerah-daerah,dan sebagainya. Pertanyaannya dimanakah peran mahasiswa sekarang setelah era reformasi? Banyak sekali perubahan yang terjadi di kalangan mahasiwa sekarang ini. Mereka sibuk dengan dunianya sendiri, mereka sibuk dengan gadget, mereka hobi meminta tanpa tahu bagaimana mencari, mereka tidak lagi menjadi agen perubahan, sosial kontrol, dan lainnya sebagai peran fungsi mahasiswa. Tapi apakah demonstrasi masih tetap ada  di era reformasi ini? Jawabannya masih ada.

 Mereka yang peduli dengan keadaan bangsa ini, sibuk berorasi didepan publik walaupun kadang suaranya ada yang dingar dan ada yang tidak didengar. Apakah masih relevan bentrokan dengan aparat pada saat demo? Apakah masih relevan merusak fasilitas umum pada saat demo ? Tentu sudah tidak lagi. Mengapa tidak relevan? Karena yang diperlukan sekarang adalah solusi tanpa masalah, bukan masalah melahirkan solusi.setahun kerja presiden, demo. 2 tahun kerja presiden, demo. 

Tidak puas jika suaranya dipatahkan, apa yang terjadi ? Rusak sana rusak sini, fasilitas umum rata-rata dirusak, jalan raya jadi macet karena ulah mahasiswa yang katanya kritis. Apakah mereka tidak berpikir secara logika? Apa yang mereka timbulan saat merusak fasilitas umum? Fasilitas umum rusak, yang memperbaikinya lagi siapa? Penerintah, pemerintah apakah memakai uang dari elit-elitnya untuk memperbaikinya ? Lantas kalu bukan dari uang elit-elitnya pakai uang siapa ? Pasti jawabannya uang rakyat. Alangkah meruginya jika demonstrasi yah selalu berujung anarkis, berapa banyak fasilitas umum yang dirusak? Berapa banyak uang rakyat yang terbuang sia-sia untuk memperbaiki fasilitas umum ? Mereka masa bodoh dengan hal itu. 

Yang penting suaranya sudah di lontarkan, kelihatan perkasa karena merusak fadilitas umum, sudah, itu saja hasil dari demo. Jalanan macet, sudah berapa kerugian yang ditimbulakn gara-gara jalanan macet. Otomatis aktivitas ekonomi terhenti sejenak. Apakah mereka tidak berpikir ? Di era yang sekarang inovasi-inovasi baru yang diperlukan bukan hanya jadi analisis masalah negara kemudian hanya bisa berteriak- teriak dan jadi barbar. Memangnya apa yang sudah kau berikan untuk negara ini ? Lalu mengapa kau hanya meminta hak mu saja mahasiswa ? Apa kau tidak kasihan melihat negara ini memperjuangkan hak-hak rakyatnya, sementara kau belum menunailan kewajibanmu untuk negara ini ?

Intinya tetap lah jadi mahasiswa yang kritis, namun jangan pernah mengesampingkan inovasi. Jangan hanya bisa berteriak lalu anarki, sudah bukan zamannya lagi kita melakukan hal-hal seperti itu. Jangan sia-sia kan idealis mu mahasiswa untuk hal-hal berteriak. Putar pikiranmu jadilah mahasiswa yang kreatif dan inovatif untuk kemajuan bangsa dan negara ini.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun