Mohon tunggu...
Ivan Ramasanto
Ivan Ramasanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Football Enthusiast

Ora Muntir!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dihajar Habis 18-0 oleh Australia, Salah Siapa?

22 Januari 2022   17:46 Diperbarui: 23 Januari 2022   01:00 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi penyerang timnas wanita Indonesia, Zahra Muzdalifah, saat melawan Australia pada laga Piala Asia Wanita 2022, Jumat (21/1/2022) malam WIB. (Dok. PSSI via kompas.com)

Timnas Wanita kita sedang menjadi sorotan akhir-akhir ini akibat hasil mencolok dari 2022 AFC Women's Asian Cup, dimana timnas kita dihajar super telak 18 gol tanpa balas (Jumat, 21 Januari 2022). 

Bermain dengan kekuatan penuh sejak awal laga, Timnas Australia besutan Tony Gustavsson langsung menunjukan perbedaan kelas yang sangat kontras.  

Kran gol Timnas Australia dibuka melalui penyerang utama sekaligus kapten tim mereka yaitu Sam Kerr. Setelah gol yang cukup cepat tersebut, sisanya hanya menunggu waktu bagi Australia untuk terus membombardir pertahanan Indonesia dan mencetak gol. Babak pertama ditutup dengan skor yang sudah bisa dibilang game over yaitu 9-0. 

Unggul 9-0 dibabak pertama tidak membuat Australia bermain santai, mereka tetap tancap gas untuk menyerang habis-habisan pasukan Garuda Pertiwi. 

Hasilnya, pertandingan diakhiri dengan skor 18-0 untuk kemenangan Timnas Australia. Pertandingan yang digelar di Mumbai Football Arena ini menjadi saksi sejarah kekalahan terbesar yang pernah diterima oleh timnas wanita Indonesia di ajang internasional.

Tentu saja kekalahan Garuda Pertiwi tersebut menjadi perbincangan hangat netizen khususnya bagi pecinta sepak bola timnas. Pertanyaannya adalah, mengapa kita bisa kalah dengan begitu telak? Salah siapa kekalahan tersebut, apakah pemain, pelatih, atau bahkan federasi sepak bola negeri ini.

Pertama untuk diketahui adalah bahwa kekalahan yang diterima timnas kita adalah hal yang wajar. Mengapa wajar, karena memang perbedaan kualitas timnas kita dengan Australia bagaikan bumi dan langit. 

Walaupun bola itu bundar dan apapun bisa terjadi selama pertandingan, kualitas suatu tim juga menjadi salah satu indikator untuk memprediksi bagaimana pertandingan akan berakhir. 

Tidak perlu mengambil berbagai macam data statistik yang ribet, cukup melihat bahwa Timnas Australia berada di peringkat 11, sedangkan Indonesia di peringkat 94 FIFA sudah menjadi data valid untuk menilai perbedaan kualitas kedua tim tersebut. 

Lantas, salah siapakah kekalahan tersebut?

Seluruh pecinta sepak bola mungkin setuju bahwa apabila suatu tim menelan kekalahan pasti orang yang pertama kali dituntut pertanggungjawabannya adalah pelatih. 

Namun, pelatih juga memiliki batasan kemampuan untuk mengatur pola permainan yang cocok dengan anak asuhnya. 

Pada konferensi pers setelah pertandingan, Rudy Eka Priyambada selaku pelatih kepala timnas juga mengakui bahwa terdapat kesenjangan kualitas antara pemain Indonesia dengan Australia yang sebagian besarnya bahkan bermain di liga top Eropa. 

Australia sendiri juga sudah mempunyai liga domestik khusus wanita di berbagai jenjang usia sehingga pemain bisa mendapat jam terbang yang reguler. 

Perbedaan tersebut tentu berpengaruh pada statistik di lapangan seperti penguasaan bola, akurasi passing, dan juga mental yang pastinya akan lebih dikuasi oleh pemain Australia. 

Sumber: Dokumen PSSI
Sumber: Dokumen PSSI

Melihat kondisi tersebut, bisa kita asumsikan bahwa Pep Guardiola maupun Jurgen Klopp juga bakal kesulitan jika disuruh melatih timnas kita saat ini. Pekerjaan rumah bagi pelatih saat ini adalah bagaimana meningkatkan mental pemain pada laga selanjutnya menghadapi Filipina dan Thailand.

Apakah skuad Timnas Australia memang begitu "wah"?

Jawabannya adalah ya. Mayoritas skuad Australia saat ini diperkuat oleh pemain Women Super League (WSL) atau dikenal sebagai Liga Inggris-nya sepak bola wanita. 

Selain itu masih ada juga beberapa pemain yang bermain reguler di Divisi 1 Feminine yang merupakan kasta tertinggi sepak bola wanita Prancis. Kita ambil contoh Sang Kapten Samantha Kerr atau dikenal sebagai Sam Kerr.

 Sam Kerr saat ini  bermain reguler di Inggris sebagai penyerang utama bersama Chelsea. Sam Kerr juga masuk dalam tiga besar Ballon D'or 2021, bisa dikatakan Sam Kerr adalah versi wanita dari Robert Lewandowski dan Jorginho yang merupakan tiga besar Ballon D'or versi pria. 

Pengalaman, insting, dan juga visi permainan yang dimiliki Sam Kerr dan pemain Australia lain tentu tidak bisa diimbangi oleh pemain Indonesia yang liganya saja bahkan tidak jalan dan hanya melakukan fun football.

Apakah peran federasi juga berpengaruh terhadap kualitas timnas kita?

Lagi-lagi jawabannya adalah ya. Perlu diketahui bahwa liga sepakbola wanita yang dinaungi oleh PSSI baru berjalan sekitar dua tahun, dan bahkan sekarang sedang berhenti total karena adanya pandemi. 

Liga tersebut juga sifatnya masih elite pro dan belum dilaksanakan di berbagai jenjang usia. Dibandingkan, dengan Australia yang sudah memiliki liga profesional khusus wanita, bahkan berjenjang dari kelompok umur hingga senior, bisa dikatakan bahwa mereka sudah memiliki bibit dalam mengembangkan potensi sepak bola wanitanya. 

Adanya liga profesional juga menjadikan pemain memiliki jam terbang yang tinggi, sehingga pengalaman bermain mereka dapat terus terasah di berbagai macam situasi dan kondisi. 

Kuasa atas liga ini tentu berada ditangan PSSI sebagai federasi sepak bola nasional, karena negara yang liganya hebat pasti memiliki timnas yang kuat.

Kesimpulannya adalah, saat ini bukan saat yang tepat untuk mencari siapa yang patut disalahkan atas kekalahan Garuda Pertiwi di kancah internasional. Walaupun banyak cibiran di media sosial, namun dukungan kepada pasukan Garuda Pertiwi juga tidak kalah banyak. 

Pasalnya, skuad saat ini adalah skuad terbaik yang dimiliki oleh Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Mereka berhasil lolos ke AFC Women's Asian Cup untuk pertama kali setelah selalu gagal pada babak kualifikasi selama 30 tahun terakhir. 

Hubungan yang baik dan kerja keras dari pelatih, pemain, maupun federasi dibutuhkan untuk membentuk pondasi sepak bola wanita yang kuat.

Apakah sepak bola wanita Indonesia berpotensi besar? Ya.

Apakah potensi tersebut dapat dimaksimalkan dengan baik? Siapa yang tau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun