Mohon tunggu...
Ivan Jayadi
Ivan Jayadi Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis Yang Aktif Berpartai Di PSI sebagai Sekretaris DPC Sukun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Reborn V (Meletakkan Dasar Indonesia Baru Dua Ratus Tahun Ke Depan)

7 Maret 2017   05:42 Diperbarui: 12 Maret 2017   18:00 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukti Ke Empat Tentang Adanya Kesalahan, Penyimpangan, dan Penyesatan Yang Sangat Serius Tetapi Halus Dalam Terjemahan dan Tafsir Al Quran

AL BAYYINAH (BUKTI)

SURAT KE 98 : 8 ayat

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

AHLI KITAB BERPECAH BELAH MENGHADAPI MUHAMMAD S.A.W. SEDANG AJARAN YANG DIBAWANYA ADALAH WAJAR

1. Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,

2. (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran),

3. di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus.

4. Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

Dalam surat ini Allah menerangkan bahwa ajaran Muhammad s.a.w. adalah ajaran yang benar dan agama yang dibawanya adalah agama yang lurus yang mencakup pokok-pokok ajaran yang dibawa nabi-nabi yang dahulu.

Kalimat yang digarisbawahi dan dicetak tebal ke empat adalah penambahan penafsir dan penerjemah seperti kalimat yang digarisbawahi dan dicetak tebal pertama. Kalimat itu merupakan kesimpulan dari penerjemah dan penafsir atas Surat Al Bayyinah. Isinya merupakan ilmu dan pengetahuan yang benar sesuai Petunjuk Allah di Al Quran, tetapi jika dikaitkan dengan hal yang dibahas dalam Surat Al Bayyinah tersebut, kesimpulan itu belum mewakili keseluruhan isi Surat Al Bayyinah. Kalimat itu hanya mengambil dan memahami sebagian ayat, mengabaikan yang lain. Jadinya itu seperti hanya menekankan dogma dan tak meneladankan cara berpikir yang akurat dan menyeluruh.

Suatu kebenaran yang tak menyeluruh seperti itu, amat berbahaya jika diulang-ulang dan terus dicekokkan, karena bisa mengalihkan perhatian dan pemikiran orang dari sisi-sisi sangat penting yang lain. Karena itu orang yang belajar Al Quran tanpa bekal yang memadai bisa tertular suka mendogma dengan mengambil sebagian ayat dan mengabaikan yang lain seperti itu. Mereka berpikir, itulah yang diajarkan dan diteladankan Allah di Al Quran, padahal itu buatan penerjemah dan penafsir. Dan itulah yang dilakukan para teroris, sakarstik, dan kaum fundamentalis untuk membenarkan perbuatan sadis, narsis teologis, dan serangan-serangan kejam sporadisnya atas nama agama.

Penanaman dogma dan teladan kebiasaan berpikir tidak akurat dan menyeluruh seperti itulah yang menjadi sebab munjamurya terorisme, sarkarsme, dan fundamentalisme di negeri ini. Ada istilahnya, "Orang berpikir, berbuat, dan membuat sesuatu sesuai atau terpengaruh oleh jamannya". Terjemahan yang saat ini ada, di dalamnya begitu kuat pengaruh jaman Orde Baru yang dogmatis dan tiran. Beberapa kali ada revisi atas Al Quran, tetapi tetap saja begitu konsepnya, kesalahan lama banyak yang belum tersentuh, bahkan mungkin kesalahan baru bisa timbul. Di jaman Orde Baru, banyak yang bilang, "Itu orde teror, pemaksaan, dan penuh kekerasan dan kesadisan". Oleh sebab itu, penerjemah dan penafsir Al Quran, yang bisa diterima adalah yang sejalan dengan pemikiran orde tiran dan bertangan besi itu. Padahal, secara tidak langsung penafsir dan penerjemah merupakan guru dan pendidik masyarakat secara tidak langsung atas Isi Al Quran. Karena itu, ibarat seorang anak, masyarakat jatuhnya tak jauh dari orang tua atau pendidiknya. Bahkan mungkin, anak didiknya menjadi jauh lebih parah daripada gurunya seperti kata pepatah, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Maka tak mengherankan kalau gurunya hanya meneror dan mendogma secara keilmuan dan pemahaman, muridnya melahirkan teror dan dogma itu di kenyataan.

Karena itu, jika ingin mengubah semua itu, penerjemah dan penafsir (guru dan pendidik) harus bisa menyediakan terjemahan yang benar, akurat, dan obyektif. Untuk tafsirnya yang dalam kitab tersendiri atau di kitab yang sama tetapi harus terpisah, harus luas, mendalam, menyeluruh, dan tidak berupa dogma-dogma dan kesimpulan yang menyesatkan. Kesalahan terjemahan dan ketidakobyektifan bisa menyebabkan kekacaubalauan tafsir. Pengurangan, bengabaian, dan kelalaian pada kemendalaman dan kemeyeluruhan pemahaman bisa menimbulkan ketersesatan yang akibatnya bisa sangat mengerikan, yaitu mulai dari hancurnya agama dan kepribadian seseorang, jatuhnya korban karena berbagai perselisihan, sampai kehancuran dan musnahnya sebuah bangsa dan negara.

Oleh sebab itu, dalam penerjemahan dan penafsiran Al Quran, jangan asal nekat, coba-coba, dan asal dapat duit dan nama kondang. Ingat Pesan Allah dalam Al Quran, bahwa tiap orang yang menyesatkan orang lain akan dapat sebagian dosa dari orang-orang yang disesatkannya. Dosa orang yang menyesatkan orang lain merupakan dosa jariah (sebuah kata yang amat tepat, yang saya dapat dari pembicaraan dengan seorang ustad di Kota Surabaya). Dosa jariah adalah dosa yang seperti sodaqoh jariah, yang akan terus mengalir selama yang disesatkannya melakukan yang dicontohkan dan diajarkan orang itu. Itulah sebabnya, Umat Muslim selalu diingatkan untuk senantiasa hati-hati pada ucapan, apalagi pada contoh dan suri teladan. Setiap orang Muslim, harus arif, ahli, dan bijaksana dalam berucap, menulis dan membuat sesuatu, maupun dalam perbuatan yang Baikal jadi contoh dan teladan. Kalau kearifan dan keahliannya belum pepak/komplit dan mantap/sempurna lebih baik diam dan menahan diri. Kalau soal pekerjaan dan sumber penghasilan, Karunia Allah sangat luas, carilah di tempat-tempat yang lebih barokah dan menghasilkan manfaat, jangan yang bisa menimbulkan kerugian, dosa, dan kerusakan. Apalagi kerugian, dosa, dan kerusakan jariah. Ingatlah, akherat jauh lebih baik daripada dunia. Orang yang mengejar keuntungan akherat, lambat-laun dunia akan mengikuti, tapi yang terbuai dunia sampai menghalalkan segala cara dan terbuai bujuk rayu setan, haram akherat untuknya dan lambat laun akan menuai akibatnya di dunia dan di akherat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun