Mohon tunggu...
Ivan Jayadi
Ivan Jayadi Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis Yang Aktif Berpartai Di PSI sebagai Sekretaris DPC Sukun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Reborn III (Meletakkan Dasar Indonesia Baru Dua Ratus Tahun Ke Depan)

4 Maret 2017   19:38 Diperbarui: 12 Maret 2017   18:00 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukti Ke Dua Tentang Adanya Kesalahan, Penyimpangan, dan Penyesatan Yang Sangat Serius Tetapi Halus Dalam Terjemahan dan Tafsir Al Quran

AL BAYYINAH (BUKTI)

SURAT KE 98 : 8 ayat

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

AHLI KITAB BERPECAH BELAH MENGHADAPI MUHAMMAD S.A.W. SEDANG AJARAN YANG DIBAWANYA ADALAH WAJAR

1. Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,

2. (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran),

3. di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus.

4. Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

Dalam surat ini Allah menerangkan bahwa ajaran Muhammad s.a.w. adalah ajaran yang benar dan agama yang dibawanya adalah agama yang lurus yang mencakup pokok-pokok ajaran yang dibawa nabi-nabi yang dahulu.

Bila diperhatikan dalam terjemahan surat, kata yang digaris bawahi dan dicetak tebal ke dua, selain penambahan oleh penerjemah dan penafsir yang paling atas ialah kata yakni. Dalam terjemahan ada dua kata yakni. Keduanya merupakan terjemahan dari kata yang sama, yairu min dari Bahasa Arab. Kata min sendiri artinya 'dari', tetapi dalam terjemahan malah diartikan 'yakni'. Tentu saja beda maknanya jika kata min diartikan demikian, karena kalau diartikan 'yakni' seolah-olah orang yang ingkar (kafir) terdiri dari semua ahli kitab dan semua orang musyrik atau orang yang mempersekutukan Allah. Dalam ayat ke enam disebutkan, mereka (akan masuk) ke neraka Jahannam; dan mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruknya makhluk.

Dengan vonis seperti itu, orang beragama lain yang bodo ela-elo dan tak paham agama pun, pasti marah dan menuduh Allah kurang ajar jika mereka mendengar atau membacanya. Apalagi mereka yang masih beriman, tahu segi baik dalam ajaran agamanya, dan selalu berbuat baik terhadap siapapun. Sebagian orang Muslim sendiri, bahkan banyak yang sampai menanyakan, apakah orang-orang yang baik dan mulia dari agama lain akan masuk neraka? Jika iya, mereka pun tidak bisa terima secara rasional, karena banyak dari para ahli kitab agama lain yang amat berjasa dan menginspirasi banyak orang untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi segala keburukan dan kejahatan. Banyak dari mereka yang visi dan misinya sejalan dengan Ajaran Allah yang mulia, yaitu untuk menyempurnakan ahlak dan kemanusiaan.

Menurut keterangan di Al Quran, sebenarnya, dari golongan ahli kitab ada yang masih benar-benar beriman dan mengerjakan amal shaleh seperti yang disebutkan dalam ayat ke tujuh di Surat Al Bayyinah itu. Di Surat Al A'raf 168 sangat jelas Disebutkan Allah, bahwa dari ahli kitab sebagian ada yang shaleh. Kemudian di Surat Al Baqoroh ayat 62 juga Dikatakan Allah, soal pahala mereka (para ahli kitab, sabiin, penyembah api dan matahari) adalah UrusanNya, mereka akan Diberi balasan setimpal dengan yang dilakukan dan mereka tidak perlu merasa takut dan kawatir karena Allah adalah Hakim Yang Seadil-adilnya lagi Maha Bijaksana. Perbuatan sekecil atom pun, tidak akan terlewat dari Pengamatan Dan Perhitungan Allah.

Paman Nabi, Abu Tholib, tetap memilih menjadi pemeluk agama orang tua dan beberapa kakek buyutnya. Kalau diruntut, sebenarnya agama nenek moyangnya adalah agama Nabi Ibrahim yaitu Muslim, tetapi telah mengalami penyimpangan. Maka saat paman Nabi itu meninggalpun, Allah juga Berkata itu adalah UrusanNya kepada Nabi saat beliau mempertanyakan nasib paman beliau di alam kubur dan di akherat kelak. Karena itu turunlah Surat Al Baqoroh ayat 62.

Dari bukti-bukti tersebut, Allah seolah hendak Menegaskan bahwa beragama ialah soal pilihan berdasarkan kesadaran. Setiap perbuatan, baik lahir maupun batin ada timbangan dan takaran dosa dan pahalanya sendiri. Tentu saja beda, bobot perbuatan yang didasari iman tauhid yang benar dengan yang tidak. Beriman dan mempunyai pemahaman Tauhid yang benar adalah sebuah perbuatan baji. Beramal dengan dasar itu, berarti mempunyai dapat dua pahala bajik. Namun bukan berarti beramal tanpa dasar itu tak berpahala. 

Hanya saja hanya dapat satu pahala. Itu artinya, kalau ahli kitab atau ahli syirik amal baiknya sangat melimpah dan selalu menghindari keburukan dan kejahatan, semua itu bisa untuk menutup dosa syirik atau dosa besarnya meskipun sangat tipis kemungkinannya dosa besarnya bisa terhapus. Karena itu tidak tepat kalau kata min dalam Surat Al Bayyinah itu diartikan yakni, sehingga orang beragama lain pasti masuk neraka, kekal di dalamnya, dan mereka semua adalah orang yang seburuk-buruknya.

Yang pasti masuk neraka, kekal di dalamnya, dan jadi orang yang seburuk-buruknya adalah orang yang ingkar (kafir). Dari go long an Muslim pun Yang Muslim pun demikian. Kalau dia ingkar (kafir), juga akan masuk ke neraka jahanam, bisa kekal di dalamnya, dan termasuk orang yang seburuk-buruknya. Tapi keuntungannya, Umat Muslim bisa cepat menebus dosa-dosanya, karena bobot amalnya pasti lebih besar jika iman tauhidnya benar. Apalagi, Umat Muslim juga punya seperangkat rukun Islam, yang diwajibkan yang bisa untuk menghapus dan menebus dosa-dosa dan menambah simpanan amalnya. Dengan itu diharapkan Umat Muslim tidak sampai bangkrut pahalanya, apalagi sampai merugi atau masih punya sisa dosa ketika wafat. Sehingga kemungkinan wafat sebagai orang baik dan bersih (khusnul khotimah) sangat besar.

Maka dari itu, yang lebih tepat arti dari kata min ialah 'dari', sehingga maknanya menjadi ada golongan yang kafir dari para ahli kitab dan orang musyrik, tetapi ada dari mereka yang benar-benar baik dan masih beriman kepada Allah, yang bisa jadi masih bisa selamat karena saat wafat tidak mempunyai sisa dosa, bahkan mungkin masih memiliki sisa pahala juga seperti orang Muslim yang lulus dari ujian dunia, bisa selamat, dan masuk surga. 

Tetapi orang yang bukan Muslim yang pemahaman tauhidnya tidak bagus, susah sekali buat ibadah secara ihlas yang benar karena Allah semata, sehingga cenderung mudah sekali disesatkan iblis dan setan. karena itulah kenapa dosa syirik jadi termasuk dosa besar yang sulit dibersihkan. Sebaliknya, orang yang beragama Muslim pun, juga sama dengan mereka jika pemahaman tauhidnya tak bagus, tak beramal secara ihlas karena Allah semata, dan tersesatkan oleh iblis dan setan. Gampangnya, orang Muslim seperti itu adalah ahli kita juga, bukan  seorang Muslim.

Karena itu, kalau dipahami lebih dalam, berdasarkan prinsip keadilan, kearifan dan kebijaksanaan, Ahli kitab sesungguhnya juga termasuk ahli kitab Al Quran yang tidak memenuhi kriteria dalam ayat tujuh Surat Al Bayyinah tersebut. Yaitu mereka mewarisi Al Quran, beriman pada Allah, selalu berbuat baik, tetapi juga masih gemar melakukan kejahatan. Atau beriman, tidak melakukan dosa, tetapi tidak mau berbuat baik termasuk tak mendirikan sholat dan tak menunaikan zakat. Soal pahala dan dosa orang Muslim seperti itu juga biar jadi urusan Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana sebagaimana ahli kita agama lain. Sehingga, kalau para ahli kitab dari agama lain dan kalangan Umat Muslim yang jelas-jelas ingkar (kafir), tidak pernah tobat dan memperbaiki kesalahannya selama nyawa masih dikandung badan, mereka pasti (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mrekalah seburuk-buruknya mahluk.

Untuk lebih jelasnya tentang orang kafir sesuai dengan ayat ke tujuh, mereka adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tidak mau melakukan perbuatan baik, selalu berbuat buruk dan jahat. Sebenarnya masing-masing perbuatan itu ada hisab, konsekwensi, atau balasan pahala dan dosanya masing-masing. Orang yang tidak beriman pada Allah sudah jelas melakukan dosa syirik yang amat susah dibersihkan. Yang beriman, tentu dapat pahala yang besar dan bila pemahaman tauhid dan keihlasannya bagus, amal apapun bisa jadi lebih berat bobot pahalanya. Orang yang berbuat baik ada pahalanya, meninggalkan perbuatan baik tentu ada kerugiannya. Orang yang berbuat buruk ada dosanya, meninggalkan perbuatan dosa besar pahalanya. Kalau yang dimaksud yang seburuk-buruknya orang, seperti dikatakan sebelumnya adalah yang tidak beriman, tidak mau berbuat baik, dan suka berbuat buruk dan jahat. 

Sederhananya, jika orang masih melakukan satu pelanggaran, dia masih disebut setan, tetapi kalau sudah melakukan semua pelanggaran, mulai dari tak beriman, berbuat buruk, dan tak mau berbuat baik, sebutannya adalah iblis. Jadi, Iblis bukan semata mahluk pertama yang Diciptakan Allah dari api, yang berani membangkang. Semua orang dan jin yang sangat buruk dan ingkar adalah iblis sebagaimana semua orang dan jin yang sangat baik dan ihlas karena Allah semata adalah auliya atau waliNya. Tapi meski begitu, patut tetap disadari juga atas keberadaan nenek moyang setan pertama (iblis), yang Diberi Allah tangguh hingga akhir jaman, karena bisa jadi itu adalah yang dimaksud sebagai Dajjal dan Taghut yang dimaksud dalam Al Quran, yang hingga kini belum diketahui keberadaannya.

Dari semua penjelasan itu, intinya sesungguhnya semua agama adalah sama, tetapi berbeda. Dengan pemahaman tauhid, berbagai amalan, dan cara ibadah secara ihlas yang benar, membuat orang Muslim jadi agak istimewa dan Diberi Allah kelebihan berupa kemudahan dan keringanan dalam menempuhi ujian hidup di dunia. Tapi yang membuat orang Muslim jadi istimewa bukan karena agamanya, tetapi karena amal ibadah yang dijalankannya sendiri  sesuai dengan agamanya itu. 

Makanya Dikatakan Allah, yang membedakan satu orang dengan orang lain di Mata Allah hanya kadar ketakwaannya. Selain daripada ketakwaan, tidak ada pembedaan apapun yang lain di Mata Allah, termasuk pembedaan agama. Walaupun orang beragama Latin, kalau kebaikannya melimpah, bisa menutup atau menebus dosanya, apalagi pahalanya lebih-lebih setelah dikurangi dosanya, maka surga adalah balasannya. Tapi secara logika, lebih melimpah manager pahala orang yang selalu berpahala dual dalam tiap beramal dengan yang dapat pahala satu saja? Lebih cepat mana bersihnya does dengan pahala dual dan pahala satu? Itulah pembedaan sejati seorang Muslim dengan orang yang menganut agama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun