"Belajar agama kok dari terjemahan dan tafsir!"
"Lha, kalau tidak membaca dan belajar langsung dari sumbernya, terus belajar dari mana?"
"Dari guru dong, ulama' yang jelas keilmuannya. Juga dari kitab-kitab kuning."
"Astagfirullah,,,,,! Ucapan guru dan ulama' dianggap jauh lebih hebat dan lebih mulia daripada Firman Allah. Kitab buatan manusia lebih benar dan lebih pantas diikuti daripada Al Quran. Sebenarnya ini yang keblinger mana?"
Pertanyaan yang terakhir itu benar-benar susah untuk dijawab. Terjemahan dan tafsir juga bukan terjemahan Firman Allah secara murni, obyektif, dan apa adanya. Dalam terjemahan dan tafsir yang ada saat ini, juga mengandung banyak kesalahan. Tetapi tak ada yang berani menjamah dan memperbaikinya, karena terjemahan dan tafsir dianggap Firman Allah padahal sudah jelas tidak murni dan tidak apa adanya. Memprihatinkan. Benar-benar memprihatinkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H