Mohon tunggu...
Ivanpat
Ivanpat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Paling Keren

Merupakan mahasiswa sedang mendalami dunia perkuliahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tumbuh dalam Pluralisme, Seorang 'Wibu' Juga Bisa Merayakan Lebaran

24 Mei 2022   18:49 Diperbarui: 24 Mei 2022   18:59 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjauhi keramaian demi berdamai dengan diri sendiri bukanlah sebuah keanehan. Memiliki sebuah prinsip yang berbeda itu tidak selamanya dapat diterima oleh orang lain, melainkan selalu saja mendapatkan respons negatif. 

Tidak disangka mayoritas orang lebih memilih menjauhi keramaian dan menghabiskan waktu untuk di rumah saja. Seperti pada perayaan Lebaran tahun ini, media telah menggambarkan situasi kemacetan lalu lintas yang disebabkan orang mudik ke kampung halaman. 

Untuk menghindari situasi yang tidak kondusif, seperti kemacetan berkepanjangan dan membludaknya jumlah turis, beberapa dari mereka mencoba berkomunikasi dan bersilaturahmi melalui media sosial. Bahkan, para kawula muda mencoba untuk menghabiskan waktu di rumah dengan kegiatan yang menyenangkan, salah satunya ialah menyaksikan anime, sebuah animasi dari kultur pop Jepang. 

Mengikuti kultur pop Jepang, seperti menyaksikan satu season anime atau memiliki ketertarikan dalam membaca manga, dapat diistilahkan sebagai seorang "wibu". Sebenarnya, makna dari istilah "wibu" belum ada yang pasti, tetapi media sosial telah menggambarkan istilah ini sebagai seseorang yang "introvert", 

menggunakan wallpaper anime baik di hp maupun laptopnya, penggunaan kata "watashi" sebagai pengganti kata "aku", dan pastinya berkaitan dengan penggunaan kacamata. Dengan kata lain, mereka dianggap memiliki perilaku 'aneh'.  

Seorang "wibu" seringkali mengalami kesulitan untuk terbuka kepada orang lain atau menerima orang baru. Hal ini pernah terjadi kepada salah seorang pemuda asal Depok bernama Irvin Isai. Irvin Isai, atau biasa dipanggil Isai, seringkali lebih memahami kultur pop Jepang dibandingkan dengan perayaan Lebaran. 

Dibalik ketertarikannya kepada budaya pop jepang, Isai selalu pandai menyembunyikan latar belakangnya. Sebuah ciri khas dari seorang "wibu" sejati, bahwa tidak mudah terbuka kepada orang lain. 

Tumbuh menjadi seperti Isai itu tidak mudah, ia lahir dari hasil pernikahan beda keyakinan, ayahnya gereja di hari minggu sedangkan ibunya berdoa lima waktu. Sayangnya, kebahagiaan itu tidak bertahan lama sehingga Isai pun terpaksa harus ikut ibunya. 

Meski begitu, ia selalu terlihat tegar dan ceria ketika bertemu teman-temannya, tetapi pada momen tertentu raut kesedihannya tidak pernah bisa disembunyikan. Menariknya, ia sempat menempuh pendidikan menengah atas di sebuah sekolah swasta Kristen. 

Isai pun tidak pernah mempermasalahkan untuk mempelajari ajaran Kristen, bahkan ia pun diperbolehkan untuk tetap melaksanakan sholat jumat. 

Adapun upaya Isai untuk mendoktrin teman-temannya agar menonton anime, seperti menceritakan tentang anime yang lagi ditontonnya dan menceritakan pengalaman uniknya selama ikut event anime, pokoknya tidak jauh dari anime, game Genshin Impact dan Dota 2. Hal ini justru membuat dia semakin cinta akan kultur pop Jepang. 

 Ilustrasi Seorang
 Ilustrasi Seorang "wibu" (sumber: minews.id)

Kondisi seperti itu membuat teman-temannya bertanya mengenai pandangan keluarganya melihat Isai begitu menyukai kultur pop Jepang. Ia hanya menjawab bahwa keluarganya sudah tau. 

Bahkan, dari hobinya akan menyaksikan anime dan membaca manga, ia pun mencoba memulai menulis karya novelnya sendiri, sebut saja "Return of The Hunter", "Eternal System", dan "Linked Genesis". 

Isai mendeskripsikan dirinya sebagai pribadi yang introvert karena ia sering mengalami kesulitan dalam bergaul. Namun, dibalik kepribadian introvert-nya, Isai memiliki sifat ramah dan sopan, baik kepada sesama maupun yang lebih tua. 

Menurutnya, perayaan Idul Fitri pada tahun ini paling berkesan karena ia bisa merayakan bersama keluarga dan teman-temannya. 

Meski, Lebaran tahun ini tidak sama seperti yang lain, ia sangat bersyukur bahwa masih bisa bertemu dengan kerabat terdekat. Isai tidak pernah menyangka bahwa teman-temannya pun datang untuk bersilaturahmi.  

Kegiatan Isai selama Idul Fitri bermula dari sholat ied bersama keluarganya. Lalu, setelah melakukan sholat ied, ia pun mempersiapkan dirinya untuk pergi ke rumah saudaranya, baik dari pihak ayah dan pihak ibu. Ia bercerita mengenai betapa membosankannya makan opor ketika berkunjung ke rumah saudara. 

Isai memiliki kecenderungan untuk membuka diri kepada keluarga dari pihak ibunya, dibandingkan dengan pihak ayahnya. 

Adanya kehangatan yang terjalin membuat Isai bisa terbuka karena saudaranya masih sepantaran dengannya. Adanya faktor lain yang Isai tidak sebutkan mengenai keluarga dari pihak Ayahnya. 

Bertemu keluarga jauh selalu memberikan pertanyaan mengenai perkembangan dirinya selama ini. 

Menurut Isai, pertanyaan yang dilontarkan oleh saudaranya hanya seputar "Udah punya pacar belum?" atau "Kapan lulus?", sama seperti pertanyaan menjengkelkan pada umumnya. 

Ia tidak sama seperti yang orang-orang pada umumnya, dimana orang-orang pada umumnya berusaha menjadi sok "savage" karena mengatasnamakan kekesalan dalam menanggapi pertanyaan tersebut . Ia hanya menjawab dengan tulus dan tetap sopan. 

Maraknya kemarahan kawula muda dalam menanggapi pertanyaan dari saudara yang menjengkelkan di media sosial begitu menarik untuk dibahas. Polemik dalam menanggapi pertanyaan saudara ini mengindikasikan adanya ketersinggungan dari kawula muda. 

Isai hanya bisa bilang bahwa hal ini terlalu lebay. Alasannya sangat simpel, karena setiap orang berusaha untuk mencari topik agar terlihat ramah dan tidak usah bereaksi secara berlebihan. 

Pada tahun ini, ia pun mendapatkan berkah lebih untuk membeli baju baru. Ia menjelaskan bahwa berdasarkan dari sudut pandang agama, untuk bertemu dengan Allah harus rapi dan bersih. 

Serta, menunjukkan sebagai Umat Muslim bisa hadir dengan sosok yang lebih baru. Namun, menurutnya membeli baju baru itu tidak wajib. 

Pernah dalam satu kali di masa Lebaran, ia terkena demam berdarah, Covid-19, dan tifus. Rasanya pada kala itu, menjadi perayaan Hari Lebaran kala itu perayaan yang terburuk. Walaupun, ia terkena sial, tetapi ia hanya bisa bersyukur karena masih bisa hidup dan masih bisa melihat keluarganya sehat walafiat.    

Idealnya merayakan Idul Fitri itu bertemu dan bersilaturahmi dengan saudara jauh. Tetap bersyukur dengan apa yang dimiliki dan selalu berbuat baik kepada orang tanpa melihat aspek fisik. 

Sifat Isai yang dikenal sebagai orang yang begitu sederhana dan apa adanya membuat ia tidak pernah menuntut lebih dalam merayakan Idul Fitri.

Di bulan yang penuh berkah ini, ia pun menyadari bahwa begitu banyak orang yang tidak bisa bertemu keluarganya di kampung halaman. Ia hanya bisa mendoakan agar bisa dipermudah jalannya. 

Dengan demikian, hal ini menandakan kepribadian introvert, seperti Isai, pun bisa merayakan lebaran dengan kerabat terdekat. 

Perayaan Idul Fitri yang ideal untuk seseorang dengan jiwa introvert adalah tidak ditanyai mengenai hal-hal yang mungkin dapat menyinggung pribadinya, atau bersifat pribadi. 

Selain itu, jangan pernah memaksakan satu hal kepadanya, seperti menjodohkannya dengan orang lain. Karena ia sendiri pun tidak mudah terbuka dengan orang baru. 

Dengan menjauhkan hal ini, ia pun masih bisa merayakan Idul Fitri dengan damai.

Cerita Isai ini menandakan bahwa seorang "wibu" yang memiliki jiwa introvert dan anti sosial pun bisa merayakan Lebaran dengan aman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun