Sudah Menemukan bentuknya,' mungkin hal tersebut yang sedikit pantas untuk disematkan kepada kompasiana. Sejauh ini saya pribadi melihat kompasiana sudah mendekati 60 % on the track.( blog keroyokan yang mendekati kenetralan. Mendekati bukan berarti sudah dekat.)
Apabila kita harus melihat para pendiri sudah tentu mereka-mereka tidak terlibat dalam management kompasiana, sebut saja Seorang Budiarto Shambazy. Sosok elegan penuh kharisma, beliau adalah mantan wartawan Kompas yang menjadi panutan para juniornya, lalu bagaimana dengan Pepih Nugraha? Pepih Nugraha juga seorang yang brilian dan lugas.
Pengendalian, pengaturan dan pengelolaan, hal yang terpenting dalam kompasiana, ketidaklaziman pengelolaan sangat di mungkinkan kerap terjadi di saat Pepih Nugraha tersibukan diri dengan berbagai macam kegiatan profesionalnya. Hingga sedikit terjadi pergeseran alur. Haruskah Pepih Nugraha selalu mengandalkan employe kompasiana, saya katakan harus, di karenakan kesibukan Pepih Nugraha sendiri.
Lalu apakah apabila pendiri dan Bos mengandalkan second line itu perbuatan salah.? Tentu tidak, dimana letak kesalahan tersebut,? tidak ada kesalahan, yang ada hanya murni kepentingan. Kepentingan tersebut sudah pasti kepentingan bersama antara kompasiana, Pepih Nugraha dan pemanfaatan level medium, "
pada akhirnya di sinilah level medium mau tidak mau harus berposisi sebagai leader,' yang harus mengendalikan kompasiana.' apakah Kita membayangkan hal tersebut,'
Mengendalikan secara langsung sangat berbeda dengan hanya memonitor,' mengendalikan secara langsung akan mendapatkan data yang cepat dan memerintahkan aturan dengan tepat, mengendalikan dengan hanya memonitor hanya mendapatkan data yang kurang cepat dan tidak bisa memerintahkan aturan secara cepat.'
Pengendalian yang tidak pada porsinya,' itulah yang selalu terjadi di saat Pepih Nugraha harus tersibukan dengan kegiatan Beliau yang semakin padat."
dalam hal isu terbaru mengenai Undangan Makan siang di istana, saya harus mengatakan Pepih Nugraha sudah menemukan bentuk kompasiana. ( hendak berada di jalur manakah kompasiana.? Pembaca akan merasakan dalam 3 bulan kedepan,) paragraf pembuka di atas, 60 % adalah di mana masa - masa kebimbangan sangat deras mengalir di antara sisi positif ke' ekonomian, sisi positif kelangsungan Hidup kompasiana harus matang terpikirkan, suka tidak suka saya harus mengatakan kompasiana sudah selangkah mendekati sang Induk. ( Kompas.) apakah saya terlalu naif, mungkin saja. ( apabila Kita mengamati dengan cermat, sang Induk belum mengeluarkan Berita, kompasiana sudah.' Karena penulis bisa mendapat sumber darimana saja.' Di sini Jokowi lebih memilih Kompasiana.)
Jokowi mengundang kompasianer makan siang.
Untuk perhelatan besar Kompasianival di Gandaria City, saya pribadi sudah mengira Jokowi tidak akan Hadir, beberapa alasan antara lain yaitu rumitnya Standar Keamanan untuk seorang Kepala Negara, tentunya akan membutuhkan waktu yang tidak cepat dan Biaya yang tinggi, juga sedang berlangsungnya isu hangat Freeport, ( Jokowi adalah pribadi yang sangat menjaga Etika.)
Sisi politis mengundang 100 orang kompasianer untuk Makan siang di Istana merupakan tindakan yang sangat Cerdas dari seorang Jokowi, saya angkat Topi untuk hal ini.' 100 orang kompasianer,' secara Jasmani sudah bertemu Presiden, tentu memori yang sangat indah untuk para kompasianer. terlepas pengkritik ataupun bukan pengkritik,' dan sangat di mungkinkan sebuah kenangan tak terlupakan, dapat di pastikan juga 70 % dari kompasianer tersebut akan menulis dan bercerita di dalam forum apapun. ( sebuah kabar berita tentang kehangatan Istana.) tidak Ada yang salah dalam hal tersebut. dan tentu merupakan keuntungan juga untuk kompasiana.
Dan hemat saya untuk isu terbaru makan siang di Istana dan perihal pemilihan kompasianer yang di undang adalah," di karenakan level medium yang harus menjadi leader." Maka terjadilah sedikit kekeliruan, namun bukanlah sesat pikir, yang mengkritik pun tidak sesat pikir. ( dalam keilmuan yang saya pelajari, sesat pemikiran hanya bisa di gunakan untuk hal kekeliruan tentang penistaan Agama dan pemberontakan ideologi Negara.) perbedaan argumentasi bukan sesat pikir, berhati hatilah dalam berkalimat kepada teman - teman kompasianer, sesat pikir tidak lazim di Indonesia, saling berbeda Argumentasi adalah hal yang lumrah dan argumentasi masing - masing tergantung dari pemikiran, seragam dan atribut individu tersebut, untuk itulah terjadi perbedaan pendapat. Apabila pemikiran, seragam serta atribut Kita semua sama, sudah jelas tidak akan terjadi yang di namakan berbeda pendapat.
Untuk yang di undang makan siang di istana, dan yang tidak di undang, tentu perbedaan pendapat jelas terjadi, terlebih ada kekeliruan pemanfaatan, ( seperti percobaan pemanggilan penulis lawas,' dan malah menjadikan blunder kompasiana.) seperti yang saya sebut di atas, namun saya tidak melihat pengkritik yang sesama kompasianer tersebut di tujukan kepada 100 kompasianer yang datang ke Istana. terlihat mereka bercanda dengan Mesra di Kolom komentar satu sama lain,( semisal, Cintawp - Ariyani Na, pebianov-Cintawp, Katedrarajawen-Cintawp, Thomson Cyrus - Cintawp, saling komentar dan memberikan Vote, dan banyak lagi contoh kekuatan share and conecting.) Kritik jelas di tujukan kepada Admin Kompasiana. Bukan kepada kompasianer yang hadir di Istana, dan Esensi kritikpun tentang mekanisme pembagian Undangan, Itulah Realitanya. hendaknya Admin sedikit memberikan angin segar dalam terciptanya pembentukan Kompasiana, Semoga kedepan kekeliruan tersebut dapat terminimalisir.
Terus berkarya, sikapi perbedaan dengan Bijak.
Semoga bermanfaat,
Salam Hangat dan Salam Edukasi,
tentang pemikiran yang salah, berbeda opini,/ bukan sesat pikir.
Soetta, Indonesia .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H