Pastinya dalam hidup kita ada sebuah perjalanan atau ada sebuah momen yang sangat istimewa untuk dikenang di memori kita yang akan kita ceritakan kembali kepada seseorang, seperti orang-orang penjelajah berkata “bawalah kenangan, tinggalkan jejak kaki saja”.
Dan tiba tanggal 26 mei 2016 ini awal perjalanan saya yang pertama kali ke Semarang tapi dalam perjalanan saya ini tidak seperti perjalanan-perjalanan yang kemarin yang hanya berjumlah 2 orang atau saya seorang saja tapi kali ini saya rombongan atau bisa dibilang seangkatan kuliah kami berangkat ke Semarang dan juga dalam rangka hunting photografi.
Kita mundur dihari sebelum pemberangkatan yaitu hari Rabu itu adalah hari persiapan dan juga membaca rundown dan juga pengarahan dari tour guide tentang apa saja yang aka dilakukan nanti disana dan juga menerangkan tempat yang akan dituju dan juga sebelum hari pemberangkatan pula ada kendala yaitu saya atau kami seangkatan hampir tidak jadi berangkat Karena ada beberapa mahasiswa yang belum bayar atau belum melunasi uang perjalanan dan seangkatan harus menalangi uang mahasiswa yang belum lunas tersebut dan total mahasiswa yang belum ada lima belas orang dan itu cukup lumayan banyak dan setelah pembahasan itu akhirnya kami semua keluar studio dan selesai permasalahannya tinggal menunggu keajaiban yang terjadi besok nya, setibanya saya dirumah saya packing alat-alat photografi seperti tripod, kamera, flash dan yang terpenting baterai camera yang harus full charge setelah peralatan photografi sudah siap sekarang waktunya packing baju dan celana hal yang terpenting untuk perjalanan jauh adalah harus membawa pakaian dalam yang banyak itu yang terpenting bagi saya, oke semua kelar barang-barang sudah dimasukan ke carrie saatnya tidur menyiapkan fisik untuk besok.
Paginya persiapan dan mandi dulu setelah mandi check carrie, peralatan photografi abis itu mandi siangnya berangkat sekitar jam sepuluhan naik kereta ke kampus dan itu seperti mau naik gunung bawa-bawaan banyak dan memakai attribute seperti anak gunung iya tetapi enggak itu menurut saya lumayan keren, setibanya dikampus ternyata bukan saya aja yang bawaan barangnya banyak seperti udah mau minggat dari rumah selama seminggu dan abis itu saya berkumpul dengan anak-anak kelas saya dan juga berkumpul dengan kelompok photografi untuk merencanakan apa saja yang mau difoto nanti dan untungnya dari kelompok saya adalah peralatan lumayan lengkap mulai dari lensa tele dan flash external dan juga kelompok saya itu satu bus yaitu bus dua jadinya enak.
untuk berkomunikasi sambil diperjalanan, setelah satu jam berlalu akhirnya tiba untuk berngakat tapi sebelum berangkat kami mengambil baju hunting yang telah disediakan oleh kampus habis mengambil baju saya dan kelompok saya naik ke bus dan menaruh barang-barang di bagasi setalah manaruh barang baru siap berangkat.
Tapi dengan duduk bareng sama dia tidak membuat bosan saya karena dengan tingkah lakunya yang konyol dan kadang banyolan-banyolannya yang membuat saya ketawa pula. Dan juga di bus kami ada 2 tour guide satu cewe satu cowo dan juga ada dosen pemimbing photografi kami yaitu pak Hermanto dan juga ada mas Ade sebagai pegawas mahasiswa tapi yang paling menonjol di bus ini adalah tour guide yang cewe karena paras nya yang cantik dan imut pula dan namanya kak Astrid dan juga kak Astrid sebagai pemanis pula di bus saya karena rata-rata penghuni bisa saya adalah cowo semua. Dan setelah beberapa waktu lewat akhirnya bus kami dan bus rombongan tiba di rest-area 58 untuk berhenti membuang air kecil, air besar dan juga sholat magrib karena kami tiba kisaran waktu 5:30 mau menjelang magrib.
Suasana rest-areanya cukup bagus juga karena memiliki masjid yang sangat besar dan fasilitas di rest-area tersebut sangat lengkap mulai dari foodcort sampai tempat santai untuk para truck-driver. Setelah selesai sholat magrib kami mulai berangkat kembali menuju semarang dan tempat tujuan pertama adalah Masjid agung Semarang yang akan tiba pukul 04:00 subuh.
Pukul 01:30 saya terbangun dan melihat ke arah jendela ternyata bus 2 terkena macet parah sekali. Dan saya langsung bertanya kepada tour-guidenya dan hasil jawabannya cukup membuat saya langsung bete karena bus 2 terjebak macet dari jam 11:30 dan itu posisi bus masih di kawasan pinggiran kota Semarang dan kata tour-guidenya di depan jalanan sana ada kecelakan yang membuat kemacetan yang sangat parah sekali yang akhirnya bus saya terlambat untuk ke Masjid agungnya.
“Van beli es gak kaya nya enak tuh” ujar teman ku Deni sambil menepuk pundak saya
“Ayo Den boleh’ sambil berjalan ke grobaknya dan ternyata itu tukang es dawet tapi beda pastinya rasanya sama yang di Jakarta, harganya 5000 tapi benar rasanya beda sekali sambil ngobrol-ngobrol sama ibu penjualnya ternyata ibu ini yang bernama Siti hadijah punya cerita yang sangat unik dibaliknya diya berjualan es dawet ternyata anak-anak ibunya sudah pada kuliah malah melebih saya dan Deni anak pertamanya sudah S2 sekarang sedang bekerja di Jakarta anak keduanya ternyata sedang menjalankan S1 di Malaysia dan wow hebat sekali si ibu ini! Setelah selesai ngobrol saya dan Deni kembali ke bus.
Tiba di pintu masuk candi kami langsung masuk ke dalam sambil di pimpin oleh tour-guide tapi saya dan Deni terpisah dari rombongan kami dari candi pertama melewati nya dan langsung skip lanjut ke candi dua tapi ketika naik ke candi 2 ternyata jalurnya menajak juga lumayan karena candinya terletak di atas bukit-bukit kecil tapi bagi yang naik kuda itu enak sedangkan saya dan Deni jalan sampai atas. Candi gedong songo sendiri hanya tinggal beberapa saja yang berdiri karena sisanya tinggal bekas reruntuhannya saja, candi ini adalah peninggalan budaya Hindu dan juga di candi ini bukan hanya mengenal sejarah juga tapi ada pemandian air panasnya dan juga ada sumber mata air panasnya tapi saya dan rombongan bertujuan bukan untuk mandi air panasnya tapi untuk hunting photo dan kebetulan disini bahan foto saya adalah human interest disini ternyata banyak yang pacaran pula dan juga para biarawan pada berdatangan.
Singkat cerita saya sudah sampai di atas dan itu lumayan nanjaknya serasa makan 5 piring enggap bener badan! Tapi sampai atas hawanya sejuk dan terbayar pula dengan pemandangan yang terhampar luas dan saya bisa ngelihat candi 3 dan ke 2 dari atas, tapi firasat saya tidak enak ketika di atas pengennya turun dan saya mengajak deni untuk turun dan ternyata benar singkat cerita saya sudah hampir sampai ke bawah dan tiba seperti tsunami yang datang kabut yang tebal turun dengan cepat dan tiba-tiba hujan dan lama-lama mangkin deras dan disitu saya mulai apes karena saya gak bawa tas kamera saya dan kamera saya pegang saja dan akhirnya mau gak mau kamera saya masukin ke baju saya dan langsung lari mencari tempat berteduh, rombongan yang dibelakang saya dan Deni saya tinggal lari padahal dibelakang saya ada pak Edward dosen saya di kampus, saya langsung tinggal lari saja padahal larinya kecengan si Deni tapi akhirnya,
“Van buru didepan ada genteng!” ujar Deni sambil berteriak
“yang bener itu genteng? Tahu-tahunya genteng belum dipasang lagi” ujar saya sambil lari
“serius Van ini ada tempat teduh, buru larinya!” ujar deni sambil berteriak
Tibanya saya disaung Alhamdulillah cuman basah dikit badan. Dan juga kalo disini cuaca nya kurang bisa dipredeksi, setelah meneduh di saung saya memanggil rombongan yang tadi saya tinggal dibelakang tadi
“oyyy disini ada saung!!” ujar saya sambil berteriak
Akhir nya mereka datang dan basah kuyup dan pak Edward bajunya juga basah kuyup pula, cuman saya dan Deni yang lumayan kering bajunya akhirnya pak Edward & rombongan berteduh dulu di saung sampai hujannya redah. Setelah beberapa lama hujan pun berhenti dan saya, deni, pak Edward dan rombongan langsung turun untuk makan yang sudah disediakan oleh panitia berupa teh sama nasi dan lauk pauk. Selesai makan saya dan deni pun turun menuju parkiran bus dan langsung berangkat lagi ke hotel Citradream.
Setelah beberapa lama kami tiba di gereja belenduk dan kota tua Semarang tempatnya begitu bersejarah sekali dan juga pastinya banyak gedung-gedung tua peninggalan jaman Belanda yang masih bagus dan kokoh dan di kota tua Semarang ini ada icon gedung yang sangat unik yaitu gedung semut atau bukan berarti ini rumahnya superhero Ant-man tapi gedung semut ini memiliki sejarah yaitu sebagai gedung drama, pementasan seni, tari dan music, tempat ini pernah dipakai ini pernah menjadi tempat pertunjukan seorang spionase wanita cantik bernama Matahari.
Pada awal kemerdekaan setelah tidak dipakai lagi sebagai gedung pertunjukan, gedung ini ditempai oleh yayasan Empat Lima, yang anggotanya antara lain almarhum mantan presiden Suharto dan almarhum Supardjo Rustam. Yayasan ini kemudian berganti nama menjadi Yayasan Kodam. Itu sejarah singkat dari gedung semut tapi di daerah kota tua semarang ini ada seperti setu yang sangat besar dan setu ini digunakan warga sebagai tempat memancing ikan dan kegiatan lain nya pula.
Ada kabar buruk diterima untuk semua para mahasiswa dan mahasiswi semuanya bahwa tour ke pasar Johar tidak jadi karena pasar joharnya habis terkena kebakaran sekitar 5 bulan yang lalu dan akhirnya pasar Johar pun dicoret dari daftar perjalanan dan langsung skip menuju Sam poo kong.
Hampir di keseluruhan bangunan bernuansa merah khas bangunan China. Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Padahal laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim, tetapi oleh mereka di anggap dewa.
Hal ini dapat dimaklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau menganggap orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan kepada mereka. Seperti umumnya bangunan kelenteng, Kuil Sam Poo Kong yang terletak di Simongan, Semarang, ini juga didominasi warna merah. Sejumlah lampion merah tidak saja menghiasi kelentengnya, tetapi juga pohon-pohon menuju pintu masuk.
Awalnya administrasi NIS diselenggarakan di Stasiun Semarang NIS. Pertumbuhan jaringan yang pesat diikuti bertambahnya kebutuhan ruang kerja sehingga diputuskan membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh pada lahan di pinggir kota dekat kediaman Residen Hindia Belanda, di ujung selatan Bodjongweg Semarang. Direksi NOS menyerahkan perencanaan gedung ini kepada Prof Jacob F Klinkhamer dan B.J Ouendag, arsitek dari Amsterdam Belanda.
Dan karena awalnya Lawang sewu itu adalah stasiun kereta api makanya di depan gedung tersebut terdapat sebuah lokomotif tua yang dipajang, itu sejarah singkat dari Lawang sewu. Setelah saya menelusuri lorong dan ruangan ternyata ada ruangan-ruangan yang tidak boleh di masuki oleh para pengunjung dan juga saya, tempat ini pula pernah dipakai oleh acara dunia lain waktu itu tapi saya mencari ruangan yang dipakai syuting dunia lain, setelah bertanya kepada petugasnya ternyata ruangan tersebut sudah tidak boleh masuki lagi dan juga tangga menuju ke bawahnya sudah tidak ada pula dan ruangan bawah tanahnya sudah tergenang oleh air, tapi gak apalah yang penting sudah dikasih tahu letaknya. Hari sudah menjelang malam saat melanjutkan perjalan ke daerah Pekalongan untuk menginap di hotel Sendang sari.
Saya disini niatnya mau mencari souvenir tapi saya bingung di rumah sudah ada 5 baju batik dan disini saya niatnya mau mencari topi berdesain batik tapi sudah berkeliling tapi tidak ada, tapi saya malah ditawarin belangkon oleh para penjualnya tapi saya tidak mau. Harga souvenir disini lumayan murah-murah misalnya kaya baju batik itu harganya mulai dibandrol dari Rp. 50.000- Rp. 150.000 an dan juga harga belangkon Cuma Rp. 50.000 saja. Setelah beberapa lama akhirnya tiba waktunya naik ke bus dan siap berangkat ke Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H