Mohon tunggu...
Alfian Nawawi
Alfian Nawawi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lelaki yang menyukai hujan. Terkadang lebih memilih sunyi di antara lalu lintas ide dan peristiwa. Petani, pekerja seni, penyiar radio, penulis buku dan blogger. Tapi sampai saat ini masih belum mahir juga menulis.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak-jejak Senyap Memukau dalam 'Something in Bulukumba'

20 November 2012   19:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:59 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Objek-objek yang diangkat dalam  buku ini kebanyakan berada di pelosok-pelosok desa bahkan sebagian termasuk teralienasi. Rasanya agak sulit membayangkan betapa otentitas suatu situs budaya, cerita, jejak tokoh masih tersimpan di ingatan warga sekitarnya. Lalu itu semua dipaparkan dengan gaya citizen reporter bahkan jurnalisme sastra.

Anis tidak memakai metodologi penelitian tertentu, tidak pula bertendensi memecahkan masalah tertentu secara kompleks dan analitik. Justru dengan santai penulis menghindar dari klaim sebagai peneliti, lalu lebih memilih cara penulisan dan penelusuran fakta-fakta secara bebas dan lepas. Tendensi terhadap fenomena atau objek yang dituliskan murni untuk sekedar membeberkan pengalaman personal atas apa yangdia tangkap secara subjektif. Bisa jadi kumpulan tulisan perjalanan ini merupakan provokasi atau inspirasi atas kenyataan terdekat yang luput dari pengamatan di sekitar kita.

Sebagian besar catatan di buku ini merupakan potensi-potensi pariwisata yang seharusnya bisa dimaksimalkan menjadi potensi ekonomi. Bisa ditengok pada bab di mana penulis melanglang buana ke sepotong surga di Bulukumba bernama danau kahayya. Potensi eco-wisata di kahayya akan mengundang perhatian banyak wisatawan di tengah kerinduan dan minat tinggi masyarakat terhadap wisata alam. Lalu menyusuri Pantai lemo-lemo, salah satu alternatif wisata pantai yang belum dibenahi secara maksimal. Pantai yang di sekitarnya ada Taman Hutan Raya (Tahura) ini oleh sebagian besar masyarakat Bulukumba sendiri belum terlampau dikenal. Padahal pantai ini berpotensi menjelma menjadi wisata pantai terpadu yang mendatangkan pendapatan bagi daerah.

Yang juga sangat menarik, penulis buku ini juga memaparkan tentang sebuah radio legendaris di Bulukumba, Radio Cempaka Asri (RCA) 102,5 FM. Radio yang eksis hingga kini sebagai radio yang sangat merakyat dinilai menginspirasi masyarakat Bulukumba selama ini. Sejak berpuluh tahun silam masyarakat Bulukumba bahkan di selatan-selatan Sulawesi Selatan diperdengarkan dengan siaran-siaran berkualitas dan sehat.Terbetik pemahaman bahwa kebutuhan akan media lokal yang kental akan semangat local genius dan nilai-nilai kebangsaan selalu didambakan publik.

Begitupun dengan sisi-sisi humanis dalam masyarakat yang mengalami pengalaman akulturasi turun temurun pada masyarakat Mandar dan Konjo di Turungan Beru. Atau kedekatan emosional masyarakat Bone dan pribumi Ulutedong di Desa Garanta Kecamatan Ujung Loe. Atau cerita tentang masuknya tentara di Sampeang desa Swatani yang melahirkan banyak cerita-cerita menarik tentang pasar dan sebuah desa yang dihuni banyak pensiunan tentara.

Kelihatannya penulis memang sengaja tidak berminat mengeksplorasi sisi-sisi pariwisata secara lengkap di Bulukumba, terutama informasi tentang tempat-tempat wisata yang sudah ternama. Buku ini hanya ingin mengatakan bahwa Bulukumba sebenarnya tidak hanya memiliki Pantai Bira yang eksotik dengan pasir putihnya yang menawan. Inilah sebuah kabupaten yang kaya akan potensi pariwisata dan memiliki kekhasan tersendiri dalam dinamika sosialnya. Sebagai kabupaten dengan pantai terpanjang di Sulsel, potensi wisata pantai di Bulukumba memiliki banyak pilihan selain Pantai Bira yang sudah mendunia antara lain; pantai Panrang Lahu, Pantai Marumasa, Pantai Mandala Ria, Pantai Kasuso, Samboang dan juga Lemo-Lemo. Sebagian dari pantai ini hanya dikembangkan secara alami tanpa perencanaan wisata yang maksimal.

Bulukumba juga memiliki potensi wisata alam sangat variatif antara lain; air terjun Bravo, permandian alam limbuaq Hila-Hila, gua Malukua, gua Passea, gua Pasohara, puncak Pua Janggo dan Kahayya sendiri. Termasuk potensi wisata agro seperti; perkebunan karet dan agro wisata tambak.

Sayangnya memang dari potensi yang demikian besar itu, perhatian dan political will dari pihak pemerintah untuk mengembangkannya sebesar-besarnya demi kesejahteraan masyarakat belum sepenuhnya terlihat. Masyarakat yang bermukim di sekitar pantai Lemo-Lemo bisa menjadi contoh betapa keinginan mereka untuk hidup lebih baik belum kesampaian, meski mereka hidup di sekitar pantai yang istimewa.

Buku ini akan membuka mata hati kita bahwa rupanya ada begitu banyak hal yang tiada ternilai harganya di sekitar kita. Keunikan dan kekayaan yang ada itu harusnya memang dijaga bahkan dikembangkan. Dan yang paling penting adalah memperluas informasinya ke luar bahkan ke dunia internasional agar ada keinginan bagi orang lain untuk berkunjung ke Bulukumba.

Penulis tidak sempat mengangkat semua sisi menarik yang jumlahnya memang cukup banyak di tiap kecamatan di Bulukumba. Tetapi dengan alasan tertentu tetap berusaha untuk merepresentasikan seluruh catatan dari keberadaan sepuluh kecamatan di Bulukumba. Di kecamatan Rilau-Ale misalnya tertuang cerita tentang pasar tantara’ dan penyebaran agama Islam yang pertama kali di Bulukumba Bahagian Barat.

Khusus kecamatan Bulukumpa pembaca bisa menelusuri tradisi berdemokrasi di batu tujua serta kepercayaan masyarakat terhadap bukit karaeng-puang, serta potensi wisata di Balantaroang. Ketiganya merupakan tempat yang menarik namun luput dari pantauan banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun