Kau benar-benar menghancurkan duniaku, tanpa permisi, tanpa perjanjian untung maupun rugi, juga janji akankah kita sehidup-semati dalam suka dan duka. Kau menempatkanku pada sisi runyam di antara bolehkah aku memperjuangkanmu, atau haruskah aku memperjuangkanmu. Sungguh, aku tak menampik setiap dilema ataupun ambigu yang seringkali menyusup di relung jiwa. Ku nikmati semua itu dalam kebingungan rasional, walaupun tiga jam sesudahnya tak ada jawab yang menggiurkan akal dan rasa untuk bersatu menaklukan arti tatap indahmu itu.Â
Ku mohon, ucap saja sebait kata. Atau bila terlalu berat, beri saja tanda sederhana. Hanya dengan alasan itu, sangatlah mungkin bagiku untuk mengakui bahwa hadirmu membuatku kenyang akan setiap prosa dan kata tanpa kata. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H