Mohon tunggu...
Ivan Imam Efendi
Ivan Imam Efendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya

Mahasiswa aktif program studi ilmu hukum di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mahasiswa Universitas Brawijaya Adakan Penyuluhan Pengolahan Sampah Menjadi Ecobrick di Desa Tawangargo

27 Juli 2024   14:00 Diperbarui: 27 Juli 2024   14:20 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program MMD (Mahasiswa Membangun Desa) merupakan salah satu program dari Universitas Brawijaya dimana mahasiswa diterjunkan langsung untuk ikut terlibat dalam upaya pengembangan desa-desa dengan memberikan kontribusi di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, serta lingkungan. Melalui kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat setempat, mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan dan potensi desa serta melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup warga. Tujuan yang ingin dicapai dari program ini adalah terciptanya sinergi antara ilmu pengetahuan yang dimiliki mahasiswa dengan kearifan lokal masyarakat desa, sehingga dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi kedua belah pihak.

Salah satu desa yang menjadi lokasi pelaksanaan program MMD ini adalah Desa Tawangargo yang terletak di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang yang merupakan lokasi Kelompok 03 MMD Universitas Brawijaya ditempatkan. Berangkat dari latar belakang minimnya fasilitas pengolahan sampah dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang ramah lingkungan yang tentunya juga telah dikonsultasikan kepada Ibu Neza Fadia Rayesa, S.TP, M.Sc sebagai Dosen Pembimbing Lapangan, kelompok 03 yang kerap disebut sebagai “Warga NolTiga” melaksanakan kegiatan ecobrick di Balai Desa Tawangargo sebagai respon terhadap permasalahan pengolahan sampah plastik.

Kegiatan ecobrick ini dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan serta demonstrasi cara pembuatannya. Penyuluhan dimulai dengan pemaparan tentang permasalahan aktual yang terjadi diikuti dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan oleh salah satu Warga NolTiga. Dijelaskan bahwa sampah plastik membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai, sehingga perlu adanya solusi kreatif yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampaknya. Salah satu solusi yang diperkenalkan adalah ecobrick, yaitu botol plastik yang diisi dengan potongan sampah plastik lain hingga padat atau bisa disebut batu bata plastik.

Setelah pemaparan, dilanjutkan dengan demonstrasi cara membuat ecobrick. Sembari perwakilan Warga NolTiga menunjukkan cara pembuatan ecobrick, peserta dibagi menjadi dua kelompok dan tiap kelompoknya diberikan alat dan bahan untuk turut mempraktekkan pembuatan ecobrick tersebut. Dimulai dari pemilihan botol plastik yang akan digunakan, pengisian botol dengan potongan-potongan plastik hingga penuh dan padat, serta cara memastikan ecobrick yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang proses dan manfaat ecobrick dengan menunjukkan langkah-langkah praktis dalam mengolah sampah plastik.

Praktik pembuatan Ecobrick
Praktik pembuatan Ecobrick

Dalam penjelasannya, Warga NolTiga menekankan bahwa ecobrick tidak hanya membantu mengurangi jumlah sampah plastik yang mencemari lingkungan, tetapi juga memiliki manfaat lain. Selaras dengan tujuan dari SDGs desa nomor 11, yaitu kawasan pemukiman desa aman dan nyaman. Ecobrick dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan pagar taman, furnitur, hingga konstruksi bangunan sederhana. Dengan memanfaatkan ecobrick, masyarakat tidak hanya membantu menjaga kebersihan lingkungan namun juga sebagai bentuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari para peserta, terutama pada sesi demonstrasi dimana kedua kelompok yang telah dibagi untuk mempraktekkan pembuatan ecobrick justru saling berlomba untuk menunjukkan kelompok mana yang dapat membuat ecobrick paling cepat dan berkualitas. Beberapa pertanyaan juga sempat dilontarkan oleh peserta menunjukkan rasa ketertarikan mereka terhadap metode kreatif pengolahan sampah plastik ini.

Kegiatan penyuluhan pengolahan sampah plastik menjadi ecobrick yang dilakukan oleh Warga NolTiga di Desa Tawangargo ini merupakan langkah positif dalam mengatasi permasalahan sampah plastik. Dengan edukasi dan demonstrasi yang diberikan, diharapkan masyarakat dapat lebih peduli dan aktif dalam mengelola sampah plastik sehingga tercipta lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Kegiatan ini juga membuktikan bahwa permasalahan sosial dan lingkungan dapat diatasi dengan cara yang kreatif dan inovatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun