Mohon tunggu...
Farkhan Bunaiyya
Farkhan Bunaiyya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

wong cilik yang hanya ingin negeri ini menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Si Anak Bengal

30 September 2013   08:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:12 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Bengal' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti 'tidak mau mengindahkan nasihat; keras kepala'. Itulah Jokowi, si anak keras kepala yang berani melawan siapapun ketika bertentangan dengan prinsip yang dia punya. Bahkan melawan "atasannya" sendiri. Bahkan juga melawan "kekuatan asing" yang konon begitu ditakuti.

Kebijakan mobil murah misalnya. Tanpa ba bi bu, Jokowi langsung to the point melawan kebijakan pemerintah pusat tersebut (baca : presiden). Sebagai gubernur, yang secara struktural berada di bawah presiden, tentu saja sikap ini dinilai lancang. Mestinya Jokowi mendukung penuh setiap kebijakan yang di ambil oleh pemerintah pusat, bukan malah sebaliknya.

Tak lama berselang, kebengalan Jokowi terjadi lagi. Permintaan Mendagri, Gamawan Fauzi, untuk segera mengganti lurah Lenteng Agung, di tolak mentah-mentah sama Jokowi. Sedikitpun Jokowi tidak mengindahkan "nasehat" dari "atasannya" tersebut. Bahkan melalui Ahok, Mendagri balik dituding untuk belajar bagaimana berpegang teguh pada konstitusi.

Kebengalan Jokowi dalam melawan kekuatan asing juga terlihat ketika dia tidak setuju dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Bank Dunia (World Bank) terkait pinjaman dana 1,2 trilyun untuk normalisasi sungai di Jakarta dalam proyek JEDI (Emergency Dredging Initiative). Secara terbuka dia malah berani menyatakan, "saya tidak mau diatur-atur sama Bank Dunia!"

Ketika masih menjabat walikota Solo, aksi bengal melawan gubernur Jateng, Bibit Waluyo, juga sempat mencuat ke permukaan. Kegigihan Jokowi dalam menolak gurita kapitalisme dan keinginannya untuk mempertahankan cagar budaya, membuatnya bersikeras untuk menolak pembangunan mall di lahan bekas pabrik es Saripetojo.

Itulah Jokowi si anak bengal. Di balik kesederhanaan, keramahan dan kelemahlembutannya, Jokowi sebenarnya memiliki watak keras kepala. Apa yang menjadi prinsip dan keyakinannya, akan dia perjuangkan dengan gigih meskipun beresiko melawan arus yang kuat. Siapapun yang menghalanginya, akan dia lawan dengan elegan, tegas dan lugas. Beberapa prinsip yang dia perjuangkan dengan konsisten dapat kita sebutkan antara lain :

- Keberpihakannya kepada rakyat kecil (bukan kapitalisme)

- Melindungi dan melestarikan cagar budaya

- Mengembangkan identitas kota yang berkarakter (city branding)

- Berpegang teguh pada konstitusi

- Membangun birokrasi yang bersih dan melayani

- Law enforcement

- Menciptakan kota yg ramah dan hijau (green city), dst.

Namun yang harus dicatat di sini, aksi bengal Jokowi selalu dia hadirkan dengan pendekatan yang arif dan bijaksana. Ini yang saya sebut elegan. Balutan kental budaya Jawa yang sarat dengan filosofi memanusiakan manusia (nguwongke), sangat konsisten dia lakukan. Meskipun keras kepala, tetapi cara penyampaian yang kalem, ringan, dan seringkali dibumbui guyon dan senyuman, membuat perlawanan yang dia lakukan malah menarik banyak simpatik dan dukungan.

Maju terus pak Jokowi. Kami tunggu aksi-aksi bengal selanjutnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun