Mohon tunggu...
Ivan Harly
Ivan Harly Mohon Tunggu... Siswa -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menolak Lupa! Tragedi Mei 1998

30 November 2018   21:58 Diperbarui: 30 November 2018   22:16 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tiong Hoa yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei -- 19 Mei 1998 khususnya di Ibu Kota Jakarta, namun juga terjadi di daerah lain. Kerusuhan ini pada dasarnya berawal dari tragedi Trisakti dimana sebanyak 4 mahasiswa tewas diembak aparat pada saat melakukan demonstrasu tanggal 12 Mei 1998 dan penurunan jabatan Presiden Soeharto.

Seperti yang sekarang kita lihat, Indonesia yang sekarang kita rasakan sudah sangat berbeda dengan Indonesia di masa lalu. Dimasa lalu banyak sekali pertumpahan darah untuk mempertahankan Indonesia, selain itu, ada juga kericuhan yang terjadi di dalam negara pada saat orde baru yang sekarang kita kenal dengan nama tragedi 1998 dimana banyak masyarakat yang awalnya berdemo untuk menurunkan kekuasaan Presiden Soeharto yang sudah menjabat selama puluhan tahun tersebut berubah menjadi membunuh, menyiksa, dan memerkosa warga yang beretnis Tiong Hoa

Seperti yang sudah kita ketahui, tragedi 1998 merupakan kericuhan yang terjadi antara masyarakat dan aparat negara dimana pada saat itu terjadi demo, dan kemudian terjadi penembakan oleh aparat negara yang menyebabkan kerusuhan antara masyarakat dan pemerintahan. Dilanjutkan dengan penyiksaan terhadap etnis Tiong Hoa. Latar belakang masyarakat melakukan demo sebenarnya adalah untuk menurunkan kediktaktoran Presiden Soeharto dari jabatannya. 

Masyarakat menginginkan presiden Soeharto untuk mundur karena pada saat itu terjadi krisis ekonomi yang sangat hebat dan pemerintah dinilai tidak dapat menyelesaikan krisis tersebut dan penyebab kebencian masyaraka terhadap etnis Tiong Hoa adalah karena banyak masyarakat etnis Tiong Hoa yang dapat menikmati banyak fasilitas di Indonesia karena mungkin dinilai lebih mampu, dan hal inilah yang kemudian membuat banyak masyarakat Indonesia menjarah pertokoan, membunuh, menyiksa, dan memperkosa orang-orang terutama orang Tiong Hoa karena kebanyakan dari orang Tiong Hoa pada saat itu kaya-kaya dan mereka iri terhadap kaum Tiong Hoa.

Menurut pendapat saya, tragedi 1998 ini merupakan persoalan politik, dimana Presiden Soeharto masih menginginkan jabatannya dan ingin terus berkuasa, padahal masyarakat menilai bahwa Presiden Soeharto dirasa tidak mampu untuk menangani permasalahan yang ada di Indonesia seperti krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dan penyebab lainnya dari kerusuhanini adalah karena kedengkian masyarakat pribumi dengan masyarakat Tiong Hoa. Sehingga menurut saya, aparat yang melakukan penembakan ini mungkin diperintahkan oleh presiden Soeharto. 

Namun, menurut saya ketidakmampuan Presiden Soeharto ini karena korup nya pemerintahannya. Banyak hal-hal yang dirasa janggal pada saat pemerintahannya seperti kursi pemerintahan era Soeharto banyak diisi dengan kerabat-kerabatnya, hilangnya Supersemar, dan masih banyak lagi. Karena itu, masyarakat akhirnya iri dengan kaum Tiong Hoa yang dinilai mereka sudah sangat kaya sehingga timbul permusuhan yang salah satu contohnya adalah pembakaran Mall Klender yang menyebabkan semua orang dalam mall tersebut tewas dilahap api. 

Saya kira seharusnya masyarakat harus lebih toleran, menghargai sesama warga negara, dan juga tidak mudah terprovokasi oleh seseorang. Pemerintahpun seharusnya lebih bersih dalam menjalankan tugasnya, tidak korupsi, dan mau mendengar dan melaksanakan aspirasi masyarakatnya.

Yang kedua yang ingin saya bahas adalah siapakah yang harusnya bertanggung jawab dalam hal ini. Menurut analisa saya, yang seharusnya bertanggung jawab adalah jenderal yang berinisial PS. PS ini merupakan kepala KOSTRAD yang waktu itu memicu terjadinya keicuhan pada tragedi 1998, KOSTRAD menembaki mahasiswa yang ada disitu. Tentu para anggota-anggota ini tidak mungkin mengerjakan sesuatu tanpa arahan dari ketuanya. 

Sehingga disini sangat jelas bahwa dalang dari kejadian ini adalah PS. Bahkan, Wiranto pun pernah mengatakan bahwa PS ini juga sudah diberhentikan dari jabatannya sebagai kepala KOSTRAD. Sehingga dari sini, semoga para pembaca dapat menentukan pilihan pembaca di pemilu 2019 nanti, jangan sampai salah pilih ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun