Mohon tunggu...
Yunus SeptifanHarefa
Yunus SeptifanHarefa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Indah Tapi Tak Mudah

Berkarya untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perlukah Kita Mempublikasikan Aksi Sosial di Media Sosial?

14 April 2020   14:55 Diperbarui: 14 April 2020   15:23 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudahlah, tidak perlu mempublikasikan aksi sosial yang sudah dilakukan.  Apakah kebaikan yang sudah kita lakukan harus diketahui oleh orang lain? Cukup Tuhan aja yang tahu, tidak perlu mempublikasikan aksi sosial, di media sosial."

Beginilah kira-kira tanggapan beberapa orang yang saya dengar, ketika melihat postingan-postingan di media sosial, perihal aksi sosial yang dilakukan di tengah masa pandemi ini. 

Menurut sebagian orang ini, melakukan aksi sosial, tidak perlu dipublikasikan di media sosial. Hal ini seperti menyombongkan kebaikan yang sudah dilakukan. Oleh karenanya, lebih  baik lakukan saja kebaikan itu, tanpa harus diketahui banyak orang.   

Di satu sisi, sebenarnya pandangan seperti ini ada benarnya. Kebaikan yang sudah kita lakukan tidak harus selalu disebarkan di media sosial. Berbuatlah kebaikan tanpa harus dipublikasikan kepada banyak orang. 

Tetapi di sisi lain, mempublikasikan aksi sosial yang sudah dilakukan di media sosial, tidak sepenuhnya salah.  Ketika itu dilakukan untuk sebuah gerakan kemanusiaan, maka ada baiknya hal itu harus dipublikasikan.

Sebenarnya, mempublikasikan aksi sosial yang kita lakukan di media sosial itu antara perlu dan tidak perlu. Perlu dilakukan jika tujuannya untuk membangunkan rasa kemanusiaan  yang mungkin sudah tertidur. Perlu dilakukan jika tujuan publikasi untuk membuat aksi tersebut menjadi sebuah gerakan besar, yang mendorong lebih banyak orang untuk terlibat.

Ketika ada bukti, baik video atau gambar mengenai aksi sosial yang sudah dilakukan, maka kesadaran untuk terlibat atau melakukan aksi dalam bentuk yang lain pasti akan bermunculan. Saya percaya bahwa, di negeri ini ada banyak orang baik dan dermawan. Hanya, mereka tidak tahu bagaimana menyalurkan atau melaksanakannya.

Dalam hal ini, postingan di media sosial, mengenai aksi sosial yang sudah kita lakukan  harus punya tujuan seperti ini. Menginspirasi orang lain, membangunkan rasa kemanusiaan, dan menggerakkan lebih banyak orang untuk terlibat.  

Tetapi, hal ini tidak perlu dilakukan jika motivasi mempublikasikannya sudah keliru. Misalnya, kita mempublikasikan aksi sosial yang kita lakukan, agar orang lain melihat bahwa kita adalah orang baik, sehingga orang beramai-ramai memuji kita. 

Jika hal ini yang mendasari alasan mempublikasikan aksi sosial di media sosial, maka aksi sosial itu sebenarnya telah berubah menjadi "atraksi sosial". Menjadi atraksi karena yang kita lakukan hanya dijadikan sebagai pertunjukan atau tontonan belaka.  

Oleh karena itu, agar kita tidak terjatuh pada motif yang salah, maka 5 hal ini dapat menjadi pertimbangan sebelum kita mempublikasikan aksi sosial yang kita lakukan di media sosial.

1. Tetaplah fokus pada tujuan kemanusiaan. Publikasikanlah aksi sosial tersebut untuk menggerakkan sebanyak-banyaknya orang untuk ikut terlibat di dalamnya.

2. Bagikanlah gambar atau video yang menggambarkan bahwa banyak orang-orang yang sedang membutuhkan bantuan pada saat ini, sehingga ketika melihatnya, akan banyak orang yang terbuka pikirannya dan tergerak untuk dapat mengambil bagian.

3. Memotret para penerima bantuan sebagai dokumentasi untuk sebuah pertanggung jawaban memang perlu dilakukan. Tetapi dalam melakukannya, tidak perlu berlebihan sehingga orang-orang yang menerima merasa rendah diri karena dirinya dijadikan objek penerima bantuan dan harus dipublikasikan di media sosial.  Dokumentasi dan bagikan proses itu secara natural saja.

4. Ketika mempublikasikan, hindarilah kata-kata yang menyombongkan diri atau mungkin menyudutkan orang lain, seperti "Mengapa kamu tidak melakukan seperti kami ini?" atau "Kami sudah bergerak, mengapa kalian diam-diam saja?"Ini adalah caption yang  tidak boleh dicontoh. Sekali lagi, kata-kata yang ditulikan harus mampu menggerakkan orang lain agar ikut terlibat.

5. Ajakan untuk bergabung di dalam gerakan kemanusiaan itu harus jelas. Cantumkan kontak yang bisa dihubungi atau cara-cara yang bisa dilakukan untuk bergabung dalam gerakan tersebut, sehingga oran-orang yang melihatnya tahu bagaimana cara untuk terlibat.

Di masa pandemi ini, marilah kita bersama membangunkan rasa kemanusiaan yang mungkin sudah lama tertidur. Saya percaya bahwa di negeri ini banyak orang baik. Banyak orang yang ingin berbagian di dalam melakukan aksi sosial. Tetapi, mereka tidak tahu bagaimana caranya. Oleh karena itu, pastikan bahwa setiap kita mempublikasikan aksi kemanusiaan yang sudah kita lakukan di media sosial, tujuannya agar gerakan kemanusiaan itu semakin meluas dan dampaknya semakin besar.

"Memang kita disuruh saling jauh-menjauh. Tapi, jangan lupa. Kita harus tetap saling bahu-membahu." @yunus_harefa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun