Mohon tunggu...
Yunus SeptifanHarefa
Yunus SeptifanHarefa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Indah Tapi Tak Mudah

Berkarya untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Anti Narkoba: Nasib Bangsa di Tangan Pecandu

26 Juni 2019   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2019   13:42 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa bulan yang lalu saya berkesempatan mengunjungi salah satu penjara yang ada di kota Jakarta. Kebetulan karena tugas sehari-hari saya adalah pelayan kerohanian penuh waktu di gereja, saya diminta untuk berkhotbah di dalam persekutuan narapidana waktu itu. Tentu saja saya tidak sendirian. Dengan tim, kami mengadakan persekutuan bersama orang-orang yang berada di dalam sel.

Itu adalah kali pertama saya mengunjungi sebuah penjara dan baru tahu seperti apa kondisi yang mereka alami di dalam sana. Hal pertama yang membuat saya kaget saat itu adalah karena penghuni jeruji besi itu mayoritas anak-anak muda. Ketika saya berbincang-bincang dengan mereka tentang alasan masuk bui, kebanyakan dari mereka bercerita bahwa dirinya tersangkut kasus narkoba. Ada yang level pemakai, ada juga yang jadi pengedar. "Kasihan sekali mereka", kata saya dalam hati.

Jujur, melihat banyak anak muda di dalam sana, hati kecil saya sedih sekali. Cita-cita dan harapan mereka terhalang oleh jeruji besi karena narkoba telah menjerat mereka. Hal yang semakin membuat sedih ialah ketika salah seorang dari mereka berkata pada saya, "kami ini hanya orang sial yang sudah tertangkap, di luar sana ada jutaan anak muda yang sampai sekarang masih menjadi pecandu". Saya kaget sekaligus khawatir mendengarkan hal itu. Hal yang saya pikirkan waktu itu, kalau di Indonesia ini ada jutaan generasi muda yang jadi pecandu narkoba, mau dibawa ke mana bangsa ini?

Sebagai anak muda yang cinta terhadap Indonesia, saya khawatir melihat banyaknya generasi muda yang seumuran dengan saya, terjerat dalam kasus narkoba. Setidaknya, menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), pengguna narkoba di Indonesia mencapai 5,1 juta orang dan 40% di antaranya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa (sumber: nasional.sindonews.com). Kondisi ini tentu mengkhawatirkan dan tidak boleh dibiarkan terus menerus seperti ini.

Narkoba yang adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang merupakan barang haram yang dapat merusak diri anak muda, baik pikirannya, perasaannya, maupun perilakunya. Dampak buruknya yang lain juga sudah dituliskan di dalam UU RI No 22 / 1997, yakni menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Dengan efek buruk seperti inilah, maka tidak heran jika ketergantungan terhadap narkoba dapat membuat seseorang bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum, hanya

demi mendapatkan barang haram tersebut. Para pecandu rela mencuri, merampok, menipu, bahkan sampai membunuh asalkan dirinya bisa menggunakan narkoba. Realitas inilah yang membuat saya terus bertanya dalam hati, "Apakah yang terjadi pada bangsa ini, kalau generasi mudanya adalah para pecandu?" 

Mati sebelum berjuang 
Generasi muda yang semestinya menjadi calon-calon pemimpin bangsa tidak lagi bisa diharapkan, jika dirinya sudah terjebak dalam jeratan narkoba. Jangankan berbicara soal masa depan bangsa, masa depan dirinya sendiri pun tidak jelas. Ia bisa saja mati sebelum berjuang bagi bangsanya.

Narkoba sudah merenggut banyak sekali nyawa manusia, termasuk nyawa anak-anak muda. Data dari BNN menunjukkan bahwa, dalam satu hari saja, ada sekitar 30 rakyat Indonesia yang meninggal dunia karena menggunakan narkoba (sumber: bnn.go.id). Artinya, setiap harinya, bangsa Indonesia kehilangan generasi penerus, yang pada awalnya diharapkan dapat memimpin bangsa ini. Narkoba telah berhasil merusak generasi muda yang kaya akan potensi dan membunuh mereka sebelum berjuang bagi bangsanya.

Berhalusinasi bukan berkreasi 
Generasi muda dikenal dengan daya kreatifitasnya yang tinggi. Kalau berbicara mengenai anak-anak muda, maka kita akan berbicara soal ide-ide baru, inovasi, dan juga kreasi. Anak-anak muda itu menjadi harapan untuk membawa perubahan bagi sebuah bangsa. Tidak heran kalau Bung karno pernah berkata "Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia". Hal ini adalah penegasan bahwa pemuda memiliki peranan penting dalam dalam memajukan sebuah bangsa dan negara. Tidak bisa dipungkiri, para pendiri bangsa ini menaruh harapan besar pada generasi muda saat ini.

Namun, narkoba telah merusak semua harapan itu. Narkoba perlahan-lahan mematikan sel-sel otak yang penuh dengan daya kreasi tersebut dan menciptakan generasi muda Indonesia yang kerjaannya hanya bisa berhalusinasi dan tidak bisa berkreasi. Zat-zat kimia dalam barang haram tersebut membuat sistem saraf anak muda menjadi rusak dan merangsang gangguan cara berpikir yang memicu gangguan kejiwaan. Tentu saja, Indonesia tidak bisa menaruh harapan kepada generasi seperti ini. Oleh sebab itu, kehadiran generasi muda yang menjadi pecandu narkoba adalah "musibah besar" bagi bangsa Indonesia.

Ketika Indonesia dipimpin oleh pecandu 
Narkoba dapat menjerat siapa saja. Tidak dibatasi oleh usia, gender, atau profesi tertentu. Mulai dari yang berada di jalanan, sampai di kantoran. Orang-orang biasa ataupun para pejabat, semua bisa menjadi korban dari jeratan narkoba. Misalnya saja, seperti kasus yang baru saja terjadi di awal tahun 2019. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Andi Arief digerebek oleh anggota kepolisian karena kedapatan memiliki obat-obatan terlarang. Sebenarnya, sedih sekali ketika mendengar seorang pemimpin yang seharusnya menjadi panutan bagi anak muda terjerat dalam kasus narkoba.

Kalau kita membuka catatan-catatan masa lalu, maka bukan hanya Andi Arief, pejabat yang terjerat dalam kasus narkoba. Dalam artikel Kompas yang berjudul "Daftar Politisi dan Pejabat yang Terjerat Kasus Narkoba" disebutkan lima nama pejabat pemerintahan dan politisi yang pernah dibui karena kepemilikan obat-obatan terlarang. Beberapa nama itu antara lain: Indra J Piliang (Anggota Dewan Pakar Partai Golkar), La Usman (Kepala DPRD Buton Selatan), Baharuddin Mamasta (Kabiro Agama Sekretariat Negara), Ahmad Wazir Nofiadi Mawardi (Bupati Ogan Ilir), dan terakhir adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh Utara nonaktif, berinisial F.

Orang-orang ini adalah pemimpin bangsa yang telah terjerat dalam kasus barang haram tersebut. Tentu, kita tidak punya hak untuk menghakimi mereka. Namun, ironis sekali karena mereka itu seharusnya menjadi teladan bagi generasi muda Indonesia. Tetapi, semuanya rusak karena mereka terjebak dalam jerat narkoba. Cita-cita untuk memajukan bangsa ini menjadi terhenti, karena langkah mereka terpaksa tidak bisa dilanjutkan karena narkoba.

Tongkat kepemimpinan diserahkan kepada generasi yang waras 
Kita doakan supaya kasus-kasus seperti para pemimpin yang terjerat narkoba di atas tidak terulang lagi. Namun, yang perlu kita sadari bahwa menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada para pecandu sama saja artinya menyerahkan Indonesia ini kepada orang-orang yang tidak waras. Mereka tidak akan tahu arahnya ke mana, karena diri mereka sendiri tidak bisa mereka arahkan, apalagi mengarahkan bangsa yang besar ini. Oleh sebab itu, untuk memajukan bangsa ini, Indonesia membutuhkan pemimpin yang waras dan bisa diteladani perilakunya. 

Tentu saja harapan besar ini tidak ditaruh kepada generasi pecandu narkoba, melainkan kepada generasi muda yang waras, yang anti terhadap narkoba. Karenanya, setiap generasi muda jangan pernah mencoba-coba untuk menggunakan narkoba. Jika engkau mencintai bangsamu, terlebih dahulu cintailah dirimu dengan cara menjauhi narkoba.

Selamat hari anti narkoba sedunia, 26 Juni 2019.

Yunus Harefa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun