Mohon tunggu...
Yunus SeptifanHarefa
Yunus SeptifanHarefa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Indah Tapi Tak Mudah

Berkarya untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memberantas Korupsi, Mulai dari Lingkaran Keluarga

17 Maret 2018   07:00 Diperbarui: 17 Maret 2018   07:51 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.aktual.com

4. Orang Tua Tidak Disiplin

Waktu itu hari Minggu, seorang anak datang terlambat ke sekolah Minggu. Dia berlari-lari, dan masuk ke dalam kelas. Saya mencegatnya dan menyalaminya, lalu saya bertanya, "kenapa kamu terlambat?" Dengan lugu ia menjawab, "papa telat bangun lause".  Setelah itu, saya langsung membukakannya pintu dan ia masuk ke dalam. 

Jika orang tua tidak pernah menghargai waktu, bagaimana anak disuruh untuk disiplin terhadap waktu? Pola didikan yang tidak disiplin waktu ini membentuk pribadi yang tidak baik dalam diri anak. Dengan pola seperti ini ia akan bertumbuh menjadi  anak yang akhirnya sering melalaikan waktu. Ia akan menjadi menganggap remeh hal-hal kecil. Ketika ia besar dan bekerja, ia akan menjadi orang yang datang sesuka hatinya. Tidak ada lagi keengganan untuk telat. Ia sesuka hatinya mengorupsi waktu. Bukankah semuanya dimulai dari keluarga?

5. Orang Tua Menghukum Tanpa Mendidik

Orang tua sering sekali menjadikan hukuman fisik sebagai cara untuk mendidik anaknya. Tapi, hal yang sering dilupakan adalah , "Apakah hukuman itu mendidik atau tidak?"  Orang tua terkadang berhenti hanya pada hukuman fisik, dan lupa untuk menanamkan nilai. Ketika yang diterima oleh anak hanya sekadar hukuman-hukuman fisik tanpa nilai.

 Akhirnya ia bertumbuh menjadi seorang pemberontak. Kalau dianggap hukuman membuat anak patuh pada aturan. Itu salah. Yang saya tahu, orang yang dihukum terus menerus, akan menjadi orang yang tidak pernah patuh pada aturan. Demikianlah, para koruptor itu bisa disebut sebagai orang-orang yang memberontak terhadap hukum. Mereka tahu ada hukum yang melarang, termasuk segala konsekuensinya. Tetapi, mereka tetap saja melakukannya.

6. Orang Tua yang Egois

Koruptor itu tidak pernah peduli dengan orang lain. Mereka hanya memikirkan perut mereka sendiri. Mereka tidak mau tahu apakah orang-orang miskin di luar sana mati kelaparan. Tidak ada rasa belas kasih. Mereka sengaja memperkaya diri mereka, untuk kepentingan pribadi. Mental seperti ini sudah dimulai dari keluarga-keluarga yang terlalu mendidik anak-anaknya menjadi individualis. Anaknya dilarang untuk bergaul dengan teman-temannya. Hanya belajar dan bekerja, lalu mendapat uang. 

Akibatnya, anak yang lahir dari bentukan seperti ini menjadi anak yang tak lagi punya sisi kemanusiaan. Ia akan bertumbuh menjadi pribadi yang egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Tidak ada rasa peduli pada merek ayang membutuhkan. Semuanya untuk aku, aku, dan aku.

7. Orang Tua yang Tidak Bertanggung Jawab

Terakhir adalah tentang tanggung jawab. Siapa yang bertanggung jawab memberi pendidikan kepada anak? Keluarga? Sekolah? Atau Agama? Ya, semuanya punya bagian masing-masing. Tetapi, yang memiliki peranan besar adalah keluarga. Secara khusus orang tua. Namun, yang jadi masalah, orang tua sering sekali abai terhadap tugas ini. Banyak orang tua melempar tanggung jawab mendidik anak sejak kecil kepada pihak lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun