Mohon tunggu...
Ivanda Ilham
Ivanda Ilham Mohon Tunggu... Relawan - 031

Boys Will Be Boys.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Memaknai Ulang Sebuah Derby dan Hegemoni Rasa Kebencian

20 Agustus 2021   23:07 Diperbarui: 20 Agustus 2021   23:56 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tajuk sebuah derby adalah pengejawantahan dari persaingan sebuah tim yang asal-muasalnya dari daerah yang sama. Perebutan gelar, persaingan taktik dan kultur-kultur dari tim tersebut.

Berhembus kabar dari Kabupaten Sidoarjo, yang juga kedatangan tim baru bernama Putra Delta Sidoarjo (PDS), nama yang tidak asing di kancah sepak bola Sidoarjo. Pasalnya, nama tersebut hampir sama dengan Delta Putra Sidoarjo (Deltras) yang sudah lebih dikenal dulu dibanding PDS.

Lahir diantara carut-marutnya Deltras, yang belum ada kabar-kabar untuk mempersiapkan tim, justru PDS tampil lebih percaya diri dibanding saudara tuanya itu. Tim yang sebelumnya merupakan Putra Jombang tersebut adalah milik Vigit Waluyo, yang merupakan manajer Deltras era 2009-2010.

Vigit yang dikenal sebagai mafia sepak bola nasional itu juga pernah berdarah-darah dan menggelontorkan dana pribadinya dengan Deltras ketika dilanda krisis finansial. Alhasil, ia tidak mendapat dana talangan dari APBD yang ketika itu sudah dijanjikan dan menjadikannya sekarang barisan sakit hati.

Lalu, kedatangan tim ini apakah bisa diartikan sebagai misi untuk menghancurkan Deltras itu sendiri atau nantinya menjadi derby yang paling bergengsi di kota ini?

Terlalu awam juga jika berprasangka seperti itu, berkaca dari Putra Sinar Giri, Blitar United, Malang United yang juga merupakan kesebelasan baru, umurnya juga sangat rentan. Pasalnya, dari mereka juga mengalami hal serupa seperti PDS. Dibenci di kotanya sendiri dan publik sekitar mengganggap bahwa itu hanyalah tim biasa.

Atau membandingkan PDS dengan Deltras layaknya FC United of Manchester (FC UM) dengan Manchester United, jelas ini salah besar. Lantaran, FC UM sendiri terlahir karena menolak padam sepakbola yang sekarang sudah terjajah kepentingan bisnis yang juga awalnya bertentangan dengan pemilik klub dari AS dan merasa nantinya akar budaya dari klub yang didirikan oleh kaum buruh kereta api akan tergerus.

Begitu pun pada kenyataannya, julukan derby tidak hanya disematkan pada rivalitas klub satu kota dalam sebuah laga.
Tolak ukur derby tidak cuma lokasi yang berdekatan, melainkan sudah terdogma pada rivalitas. Derby berubah menjadi kata yang digunakan untuk merujuk kepada sebuah persaingan yang terjadi di dunia sepakbola. Biasanya karena persaingan prestasi antara kedua klub yang bersangkutan.

Melihat istilah yang sudah meluas ini, tetap saja tidak semua pertandingan bisa masuk kategori derby. Sebuah derby adalah – kembali ke pengertian di awal tulisan ini, pertandingan antara dua rival dari satu daerah yang sama, di mana pengertian “daerah” ini bisa menjadi lebih luas lagi, bahkan sampai seluas batas negara.

Jadi mengganggap PDS dan Deltras jika nantinya sama-sama bertemu di satu grup juga tak bisa dikatakan sebuah derby, karena anggapan Deltras melawan tim baru itu tidak memiliki head to head atau juga persaingan prestasi yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun